Pada malam musim panas yang hangat, suara tawa dan tepuk tangan memenuhi udara saat penduduk Palestina sedang berkumpul sambil menonton film di layar darurat di pantai Gaza. Mereka menikmati suguhan langka: bioskop tepi laut yang menawarkan pelarian singkat dari kesulitan hidup di Jalur Gaza.
Bioskop tersebut dipandu oleh kafe “The Sea is Ours“, yang telah memutar beberapa film pilihan, termasuk komedi animasi berjudul “Ferdinand“, selama beberapa minggu. Pemilik kafe, Ali Mhana, adalah seorang dramawan lokal yang ingin menghadirkan hiburan dan budaya kepada masyarakatnya.
“Saya berharap suatu hari akan ada bioskop sungguhan, jadi saya bisa pergi ke bioskop dan makan popcorn,” kata Mohammad Zidan (13). Ia sama sekali belum pernah ke ‘bioskop sungguhan’ seumur hidupnya. Dia adalah salah satu dari banyak anak yang tertarik untuk hadir ke acara yang berlangsung tepi pantai Gaza karena tertarik pada seni suara dan gambar film.
Gaza, rumah bagi sekitar 2,3 juta orang, masih berada di bawah blokade yang diberlakukan Israel sejak 2007. Blokade tersebut sangat membatasi pergerakan orang dan barang masuk dan keluar dari Gaza. Akibatnya, blokade memperparah krisis kemanusiaan yang membuat banyak penduduk harus berjuang dengan kemiskinan, pengangguran, pemadaman listrik dan kekurangan air.
Bioskop dulunya pernah tumbuh subur di Gaza. Penduduk Palestina berbondong-bondong untuk menonton film Arab, Barat, dan Asia pada masa lalu. Akan tetapi, gedung-gedung bioskop tersebut kemudian dibakar pada Intifadah Pertama pada tahun 1987, kemudian dibakar lagi pada tahun 1996. Bioskop terakhir, yang telah lama ditinggalkan, kini menjadi habitat bagi kelelawar liar.
Saat ini, warga Gaza yang tidak bisa menyaksikan langsung pemutaran film di bioskop, beralih untuk menyaksikan banyak film di tempat tepi pantai. Kegiatan tersebut merupakan kesempatan langka bagi mereka untuk beristirahat dan memperoleh kesenangan.
Mhana mengatakan dia memilih film yang bisa menginspirasi orang-orang dan membuat mereka bahagia. Dia juga berharap bioskop tepi laut akan membantu mematahkan stereotip dan citra negatif dari banyak orang luar tentang Gaza. “Kami ingin menunjukkan bahwa Gaza bukan hanya tentang perang dan kehancuran, tetapi juga tentang kehidupan dan kreativitas,” ujarnya.
Bioskop tepi pantai adalah bagian dari festival besar untuk menghargai para pembuat film Palestina dan memberikan kelegaan dari teriknya musim panas. Selama musim panas, “Cinema of the Sea” memutar sekitar 15 film – banyak di antaranya terdapat aktor atau produser Palestina – di tepi pantai di daerah kantong pantai yang diblokade.
Salah satu film yang diperbolehkan untuk diputar adalah “Farha”. Film tersebut mengisahkan tentang seorang gadis Palestina yang mengalami Nakba, dan menyaksikan kekejaman yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina. Film berdasarkan kisah nyata seorang gadis Palestina pada tahun 1949.
Bioskop tepi laut adalah kesempatan langka bagi warga Gaza untuk menikmati hiburan dan relaksasi di tengah kesulitan hidup di bawah blokade Israel. Tapi itu juga menyoroti kerinduan mereka akan lebih banyak kebebasan dan kenormalan dalam hidup mereka. Seperti yang dikatakan salah satu pemirsa: “Kami ingin hidup seperti orang lainnya di seluruh dunia.”
Sumber:
https://daysofpalestine.ps/gazas-seaside-cinema-a-glimpse-of-joy-amid-the-israeli-blockade/
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini
#Palestine_is_my_compass
#Palestina_arah_perjuanganku
#Together_in_solidarity
#فلسطين_بوصلتي
#معا_ننصرها