Armada kemanusiaan terbesar sejak blokade Israel atas Gaza akan segera berlayar menuju Jalur Gaza. Selama lebih dari lima bulan terakhir, Israel terus menghalangi masuknya bantuan, sementara Integrated Integrated Food Phase Classification (IPC) secara resmi telah menyatakan terjadinya kelaparan di wilayah tersebut.
Global Sumud Flotilla disebut sebagai armada sipil dan kemanusiaan terbesar yang pernah disiapkan dalam waktu paling singkat. Armada ini lahir dari persatuan empat gerakan akar rumput internasional: Freedom Flotilla Coalition, Global March to Gaza, Sumud Convoy, dan Asian Sumud Nusantara. Ribuan aktivis dari 44 negara, termasuk pengacara, dokter, jurnalis, anggota parlemen, dan pegiat HAM turut bergabung.
“Bersama, kami membawa misi untuk menyalurkan bantuan penyelamat jiwa langsung kepada rakyat Gaza, sekaligus menantang blokade ilegal yang merupakan salah satu kejahatan terberat dalam hukum internasional,” kata Melanie Schweizer, anggota Komite Pengarah Global Sumud Flotilla.
Sejak 2006, Freedom Flotilla Coalition berulang kali mengirim kapal menuju Gaza. Beberapa berhasil menembus, namun banyak pula yang dihalangi Israel, bahkan pada 2010 sebuah kapal diserang dengan kekerasan hingga membunuh sepuluh peserta. Maret 2025 lalu, Global March to Gaza berhasil memobilisasi lebih dari 4.000 peserta menuju Rafah, sementara Sumud Convoy menghimpun dukungan dari negara-negara Maghribi. Meski dihalangi secara brutal oleh otoritas Mesir, aksi ini menunjukkan kesiapan masyarakat sipil dunia untuk bergerak massal mendukung Palestina.
Dukungan juga datang dari dokter sekaligus penyintas Holocaust, Gabor Maté. Ia menyatakan solidaritasnya kepada flotilla yang akan berlayar dari Barcelona. “Israel telah berulang kali melakukan perompakan di laut lepas, menyita kapal bantuan, dan menahan para peserta. Namun kali ini, lebih banyak kapal akan berangkat dari berbagai negara. Flotilla ini adalah wujud solidaritas, ketulusan, dan kepedulian kemanusiaan,” ujarnya.
Konvoi pertama dijadwalkan berangkat dari pelabuhan Spanyol pada 31 Agustus, disusul rombongan kedua dari Tunisia pada 4 September. Selain membawa makanan dan obat-obatan, flotilla ini juga membawa harapan jutaan manusia: bahwa kemanusiaan akan menang melawan kejahatan dan ketidakpedulian.
Sumber:
Qudsnen, MEE






