Inilah kubah hijau itu. Kubah yang hanya dengan memandang rupanya, seluruh perasaan menyatu dalam satu waktu, ada haru, bahagia, ada pula rasa rindu yang tak terbendung. ”Janganlah kalian berkunjung kecuali pada tiga masjid, yakni Masjid al-Haram (Makkah), Masjidku ini (Nabawi di Madinah), dan Masjid al-Aqsha (Palestina).”
Masjid adalah pusat peradaban Islam, setelah mendirikan Masjid Quba, pembangunan Masjid Nabawi memiliki kekhasan tersendiri karena penetapan lokasi pendiriannya dipilih langsung oleh Allah melalui perantara seekor unta.
“Jangan ada yang menarik kekangan tali unta ini, karena ia telah mendapatkan perintah langsung dari Allah dimana ia akan berhenti.”
Sang unta kemudian duduk di atas sebuah lahan bangunan milik dua anak yatim Bani Najjar (Sahl dan Suhail). Tanah ini kemudian dibeli oleh Rasulullah sebesar 800 dirham dan kemudian diwakafkan untuk pembangunan Masjid Nabawi.
Pembangunan Masjid Nabawi dilaksanakan selama dua belas hari. Saat itu masjid nabi memiliki panjang sekitar 70 hasta dan lebar 60 hasta. Masjid Nabi kala itu masih sangat sederhana, tak mungkin terbayang jika kita membandingkannya dengan bangunan masjid yang ada saat ini. Lantai masjid saat itu hanya terbuat dari tanah berbatu, atapnya dibangun dari pelepah kurma, dan hanya terdapat tiga pintu untuk akses keluar masuk masjid.
Baca juga Apa Itu Wakaf
Seiring berjalannya waktu jumlah umat muslim kian bertambah, maka pada tahun ke-7 hijrah Masjid Nabawi mengalami perluasan. Rasulullah SAW menambah masing-masing panjang dan lebarnya sekitar 20 hasta ke arah utara di atas tanah wakaf dari Abdurrahman bin Auf, sedangkan biaya pembangunannya ditanggung oleh Utsman bin Affan RA.
Perluasan dan pembangunan Masjid Nabawi terus berlangsung hingga terbentuklah Masjid Nabawi yang kita lihat saat ini. Sahabat, kemegahan dan kenyamanan beribadah dalam masjid Nabawi berawal dari kebaikan wakaf dari Rasulullah SAW dan para Sahabatnya.Begitulah cara Rasulullah SAW dan para Sahabat mengekalkan amalannya, meski raganya tak dapat kita temui, namun kebaikannya terus mengalir hingga akhir nanti.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang salih” (HR. Muslim).
Baca juga Masjid Quba, Wakaf Masjid Pertama Rasulullah
Tulisan telah disunting oleh Ustadz Rikza Maulan, Lc. MAg.
Mari siapkan bekal akhirat kita melalui wakaf pusat bantuan anak dan perempuan “Children and Women Care Center” melalui: BSI 7219550019 an. WAKAF ADARA. Narahubung: Fathimah 62 8811 081081, atau klik di sini
Referensi tulisan:
https://www.bwi.go.id/4956/2020/06/10/wakaf-produktif-di-zaman-rasulullah-saw-para-sahabat/
https://www.bwi.go.id/5031/2020/08/07/meneladani-wakaf-para-sahabat-nabi-sebagai-gaya-hidup/|
https://zakat.or.id/wakaf-masjid-nabawi/