Adara – Adara Relief International menggelar webinar Refleksi Kongres Basel: Awal Proyek Zionisme, Awal Mimpi Buruk Palestina (31/08). Webinar ini dilaksanakan bertepatan dengan peristiwa itu digelar 128 tahun lalu.
Maryam Rachmayani yang tengah berada dalam perjalanan menuju Tunisia untuk mengikuti Global Sumud Flotilla turut memberi sambutan. “Hari ini kita berkumpul untuk merefleksikan kongres zionis pertama. Saat itu berbagai tokoh Yahudi berkumpul untuk mewujudkan berdirinya negara Yahudi mandiri, dan pada Mei 1948 peristiwa Nakba terjadi dan negara Israel berdiri.”
Sejarah Kongres Basel

Webinar ini diisi oleh Gilang Al Ghifari Lukman, B.A., M.Phil., Co-Founder Haifa Institute serta lulusan Modern Middle East dari Oxford University. Sebanyak 237 peserta meramaikan sesi webinar yang berjalan interaktif dan edukatif.
Pasca pengusiran Yahudi oleh kerajaan-kerajaan Kristen di abad ke-19, mereka melakukan segala cara untuk dapat berbaur dengan masyarakat. Namun semua usaha ini lantas sia-sia saat terjadinya Dreyfus Affairs pada 1894. Alfred Dryfuz menjadi tersangka yang membocorkan rahasia militer Prancis hanya karena ia seorang Yahudi. Pelaku aslinya tertangkap 20 tahun kemudian, namun usaha Yahudi untuk berbaur sudah terlanjur gagal.
Theodor Herzl, seorang jurnalis asal Vienna, Austria kemudian mencetuskan istilah Zionis. Zionis merupakan sebuah gerakan untuk membangun rumah nasional bagi Yahudi, tafsir politik praktis, serta ideologi dari negara Israel.

Ia kemudian menginisiasi Kongres Basel pada 29-31 Agustus 1897, dengan visi mendirikan rumah untuk orang Yahudi di Palestina. Pertemuan ini melahirkan empat misi, yaitu:
- Mendorong pemukiman Yahudi di Palestina.
- Mengumpulkan semua orang Yahudi melalui acara-acara komunitas.
- Memperkuat kesadaran nasional orang Yahudi.
- Mempersiapkan persetujuan pemerintah untuk mencapai tujuan Zionis.
Kongres Basel ini menjadi titik awal dari pendudukan Yahudi di Palestina. Kemudian, dilaksanakan Deklarasi Balfour pada 2 November 1917, hingga kemudian negara Israel terbentuk pasca peristiwa Nakba pada 15 Mei 1948.
6 Lessons for Palestinian Advocacy
Gilang menyebutkan bahwa ada enam poin yang bisa diambil dari Kongres Basel.
- Dream big, no dream is too big. Herzl semula bukan siapa-siapa, namun ia memiliki keyakinan yang mampu menggerakkan orang Yahudi.
- Divided = lose. Perpecahan serta kurangnya persatuan dari bangsa Arab membuat Palestina lantas dikuasai Israel. Sementara itu, Yahudi juga sempat terpecah antara penganut Zionis dan asimilasi, namun Herzl terus berusaha untuk menyamakan persepsi Yahudi.
- Establish your position identify. Yahudi membangun identitas Zionis dan mengupayakan segala cara untuk mencapai tujuan tersebut.
- Network and lobby. Pentingnya untuk membangun relasi dan menjalin negosiasi untuk mencapai tujuan bersama.
- Be fanatic/passionate. Orang Yahudi melakukan manifestasi untuk mewujudkan impiannya, meskipun mereka harus terlihat berbeda, namun itu semua harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
- History = unpredictable. Kita tidak bisa mengatur sejarah, tapi kita bisa menyiapkan strategi supaya ketika momentumnya datang kita siap untuk langsung bergerak.

Diskusi Interaktif
Webinar ditutup dengan sesi tanya jawab dan kuis berhadiah yang dipandu langsung oleh Gilang. Kuis ini bertujuan untuk menguji seberapa jauh pemahaman peserta terhadap materi yang sudah disampaikan. Peserta ramai mengajukan diri melalui fitur raise hand. Kuis ini dimenangkan oleh Aisyah yang dapat menjawab ketiga pertanyaan dengan benar.

“Mari kita belajar dari sejarah, kita gali hikmah dan pelajaran agar tumbuh kesungguhan persatuan serta langkah nyata untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina. Semoga webinar ini menjadi upaya kita dalam menghidupkan kesadaran, menyalakan semangat, dan menguatkan tekad untuk selalu membersamai perjuangan rakyat Indonesia,” tutup Maryam dalam sambutannya.








