Dalam salah satu hari paling mematikan di Gaza sejak genosida Israel dimulai pada 2023, serangan udara menghabisi nyawa lebih dari 400 warga Palestina pada Selasa (18/03), termasuk lebih dari 180 anak-anak dan 90 perempuan, hanya dalam hitungan jam. Serangan yang melanggar perjanjian gencatan senjata itu dinarasikan oleh media Israel dengan bahasa yang jauh dari fakta.
Avi Ashkenazi, seorang koresponden militer untuk surat kabar sayap kanan Maariv, menulis bahwa “Israel ingin memukul mundur sebanyak mungkin anggota Hamas dalam serangan pertama itu”. Dia menambahkan bahwa situasi pada bulan puasa telah “membantu melaksanakan misi”. “Shin Bet dan Militer telah menyiapkan alamat tempat anggota Hamas berkumpul dan mengadakan makan malam,” tulis Ashkenazi.
Selain perspektif militer yang dilaporkan di media Israel, media Israel juga mengabaikan jumlah korban anak yang terbunuh. Dalam beberapa kasus, semua yang terbunuh diberi label teroris. Tiga koresponden senior militer Israel melaporkan pengeboman itu dengan cara yang sama, mengatakan bahwa tentara menargetkan “komandan dan pejabat Hamas tingkat menengah dan senior”.
Orly Noy, seorang jurnalis dari situs berita Israel Local Call, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa liputan Israel yang bias tentang serangan itu adalah bagian dari fenomena yang lebih luas. “Media Israel telah menemukan jargon alternatif untuk menggambarkan tindakan perlawanan Palestina,” kata Noy. “Bagi media Israel, tidak ada perbedaan antara menyerang tentara dan menyerang warga sipil.”
Menurut Noy, terminologi ini telah berkembang selama genosida. “Media Israel telah mengadopsi klaim bahwa tidak ada orang yang tidak bersalah di Gaza.” Noy menjelaskan bahwa media Israel gagal melaporkan dampak sebenarnya dari serangan itu karena “media dimobilisasi sehingga [Perdana Menteri] Benjamin Netanyahu dan tentara dapat terus melakukan genosida di Gaza.” “Ini adalah cara Israel dalam menyembunyikan fakta dari publik Israel,” kata Noy kepada MEE.
Ohad Hemo, koresponden urusan Arab untuk Channel 12, saluran terkemuka Israel, melaporkan bahwa lebih dari 400 warga Palestina menjadi korban dalam serangan itu. Menurut Hemo, “sebagian besar korban memiliki peran penting dalam struktur pemerintahan sipil Hamas.” Laporan Hamo berkorespondensi dengan pernyataan juru bicara militer Israel. “Puluhan target teroris diserang untuk menghalangi kemampuan pemerintah dan militer Hamas serta untuk menghilangkan ancaman terhadap Israel, termasuk banyak teroris tingkat menengah dan senior di Biro Politik Hamas yang dieliminasi,” bunyi pernyataan itu.
Sementara itu, Channel 13, yang dianggap liberal, melaporkan bahwa gencatan senjata telah runtuh. “Di Jalur Gaza, dilaporkan bahwa lebih dari 300 orang kehilangan nyawa dalam serangan itu, termasuk pejabat senior Hamas,” lanjut laporan itu, tanpa menyebutkan warga sipil tak berdosa yang menjadi korban.
Selain mengabaikan identitas korban yang terbunuh, dalam beberapa kasus, Israel juga melabeli mereka sebagai ‘teroris’, seperti Channel 14 yang melaporkan bahwa “ratusan teroris telah dieliminasi”.
Menurut koresponden militer saluran itu, Hillel Biton Rosen, “kami berhasil melenyapkan ratusan teroris malam ini, termasuk mereka yang memegang peran penting dalam Hamas”.
Ashkenazi dari Maariv memuji peran yang dimainkan oleh Tomer Bar, Komandan Angkatan Udara, dan Kepala Shin Bet, Ronen Bar, dalam serangan mematikan itu. Menurut Ashkenazi, keduanya “memimpin operasi yang tepat untuk menghilangkan 300 teroris dalam hitungan menit”.
Sumber: https://www.middleeasteye.net
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini






