Sheikh Ekrima Sabri, khatib Masjid Al-Aqsa sekaligus Ketua Dewan Tertinggi Islam di Al-Quds (Yerusalem), mengeluarkan peringatan keras mengenai ancaman serius terhadap Masjid Al-Aqsa akibat galian intensif yang dilakukan Israel di bawah dan di sekitar kompleks suci tersebut. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye sistematis untuk menghapus keberadaan Masjid Al-Aqsa dan mengubah identitas Islamnya, sementara dunia tetap bungkam terhadap pelanggaran ini.
Sheikh Sabri menjelaskan bahwa pendudukan Israel tengah membangun infrastruktur yang merusak fondasi masjid, menimbulkan retakan di dinding dan pelatarannya. Semua ini merupakan bagian dari rencana besar untuk meyahudikan kawasan tersebut dan membangun “kuil” di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsa.
Peringatan serupa juga disampaikan oleh Pemerintah Provinsi Al-Quds (Yerusalem). Penasihat Gubernur Al-Quds, Ma’ruf Al-Rifai, menyoroti bahaya galian dan pembangunan terowongan yang menghubungkan sejumlah situs kolonial di bawah dan sekitar Masjid Al-Aqsa. Menurutnya, terowongan tersebut menghubungkan area yang disebut Israel sebagai “Kota Daud,” melewati jalur air kuno yang telah dikeringkan dan diubah menjadi terowongan, museum, serta sinagoga. Salah satu di antaranya, yang dikenal sebagai “Pasar Jabbana,” bahkan dijadikan jalur wisata Yahudi yang mengancam struktur tanah di bawah Masjid Al-Aqsa.
Al-Rifai menegaskan bahwa penggalian ini tidak didasarkan pada metode ilmiah apa pun dan merupakan pelanggaran terhadap status quo. Ia memperingatkan bahwa aktivitas ini dapat menghancurkan bangunan bersejarah Palestina, seperti rumah kuno dan sekolah tua, serta mengancam kestabilan fondasi Masjid Al-Aqsa. Semua ini, katanya, merupakan upaya politik untuk memperkuat kendali Israel atas situs-situs suci di Al-Quds dan mengubah identitas sejarahnya menjadi versi yang sesuai dengan narasi Zionis.
Meski menghadapi pembatasan militer yang ketat, puluhan ribu warga tetap memadati Masjid Al-Aqsa untuk menunaikan salat Jumat dan melaksanakan salat jenazah gaib bagi para syuhada Gaza dan Tepi Barat. Ribuan jemaah dari Al-Quds dan wilayah 1948 menunjukkan tekad mereka untuk terus mempertahankan hak beribadah di Masjid Al-Aqsa.
Sementara itu, pasukan Israel terus memberlakukan pembatasan ketat di pintu-pintu masuk Kota Tua dan Masjid Al-Aqsa, termasuk menahan dan memeriksa jamaah muda, menyita kartu identitas mereka, serta mencegah banyak orang memasuki kompleks suci tersebut. Langkah-langkah represif ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan Israel untuk menekan dan mengendalikan warga Palestina di Al-Quds yang diduduki, sekaligus mempercepat proyek yahudisasi terhadap kota suci itu.
Sumber: Palinfo, Wafa






![Pemandangan dari Sheikh Ridwan di Kota Gaza, Gaza, menunjukkan kerusakan parah yang ditinggalkan setelah tentara Israel mundur menyusul perjanjian gencatan senjata, pada 25 Oktober 2025. [Mahmoud Abu Hamda – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/10/AA-20251026-39523597-39523583-DAILY_LIFE_IN_GAZAS_SHEIKH_RIDWAN_NEIGHBORHOOD_AFTER_CEASEFIRE-1-1-120x86.webp)

