Beberapa pekan yang lalu, Gaza diselimuti duka mendalam. Untuk kesekian kalinya, Israel menyerang Jalur Gaza, tepatnya pada tanggal 5 hingga 7 Agustus 2022. Sebanyak 49 penduduk Gaza kehilangan nyawanya, termasuk 17 anak-anak dan 4 perempuan, dan 360 lainnya menderita luka-luka. Korban termuda adalah Jamil Al-Din Nijm yang usianya baru menginjak 4 tahun ketika rudal Israel membunuhnya.
Belum kering luka Gaza, Zionis menambah kepedihan di hati penduduk Palestina dengan menodai Masjid Suci Al-Aqsa di Al-Quds (Yerusalem). Pada tanggal 6 Agustus 2022, di tengah malam, pemukim Israel melakukan pawai di Gerbang Al-Aqsa untuk memperingati Hari Penghancuran Bait Suci (Tisha B’Av). Para pemukim, di bawah pimpinan Zionis Ekstremis Ben Gvir, membawa bendera Israel sambil melakukan doa Talmud dengan perlindungan polisi Israel. Polisi Israel menembakkan gas air mata ke penduduk, mencegah mereka untuk memasuki lingkungan masjid.
Pada 7 Agustus 2022, bertepatan dengan hari ketiga agresi Gaza, sebanyak 1.744 pemukim ekstremis menyerbu Masjid Al-Aqsa di pagi hari, kemudian ditambah 458 pemukim lainnya di sore hari sehingga total pemukim yang menyerang Masjid Al-Aqsa menjadi 2.202 pemukim. Para pemukim menyerbu Masjid Al-Aqsa dalam 30 kelompok dari Gerbang Maghribi, kemudian melakukan ritual Talmud dengan perlindungan polisi Israel. Mereka juga mengganggu penduduk sipil dan jurnalis, serta menangkap dan menyerang beberapa orang.
Jika kita kilas balik setahun yang lalu, peristiwa yang hampir serupa juga terjadi, dan juga melibatkan Gaza dan Al-Aqsa. Pada tanggal 21 Agustus 2021, pasukan Zionis menyerang penduduk Gaza yang sedang memperingati Peristiwa Pembakaran Masjid Al-Aqsa. Zionis berdalih bahwa mereka hanya berusaha untuk “membubarkan kerusuhan”. Akan tetapi, pada kenyataannya, pasukan menembak 41 penduduk Gaza, 22 di antaranya adalah anak-anak, termasuk seorang anak 13 tahun yang terkena tembakan di bagian kepala.
Peristiwa Pembakaran Masjid Al-Aqsa

Setiap tanggal 21 Agustus, penduduk Palestina selalu mengingatnya sebagai momen kepedihan, ketika Masjid Suci Al-Aqsa dibakar dengan keji oleh Zionis. 53 tahun yang lalu, tepatnya pada 21 Agustus 1969, para jamaah dan penjaga Masjid Al-Aqsa yang saat itu baru selesai salat subuh dikejutkan dengan alarm yang tiba-tiba berbunyi. Begitu selesai salat, para jamaah mendapati asap telah membumbung tinggi dari kubah perak Masjid Al-Aqsa, tepatnya di ruangan salat yang berada di sayap tenggara masjid.
Para jamaah dengan bantuan umat Nasrani berusaha memadamkan api yang terlanjur membesar. Akan tetapi, tentara Zionis Israel menghalangi usaha mereka, menimbulkan bentrokan. Zionis dengan sengaja membuat penduduk kesulitan untuk memadamkan api karena alat pemadam kebakaran dan pompa air telah mereka rusak, dan selang air mereka putuskan. Di tengah keterbatasan, para penduduk menggunakan segala cara agar dapat memadamkan api. Mereka membentuk rantai manusia, lantas saling mengoper air menggunakan ember atau wadah kecil lainnya ke bagian masjid yang terbakar.
Mobil-mobil pemadam kebakaran berdatangan dari kota-kota sekitar Tepi Barat, seperti Nablus, Ramallah, Al-Bireh, Bethlehem, Hebron, Jenin, dan Tulkarem baru datang beberapa jam kemudian. Zionis lagi-lagi sengaja menyulitkan masuknya bantuan dengan cara menghalangi mobil pemadam untuk mencapai lokasi. Api kemudian berhasil dipadamkan setelah lebih dari tiga jam. Namun, api telah melalap mimbar kayu hadiah dari Shalahuddin Al-Ayyubi, panel mosaik di dinding dan langit-langit, dan jendela yang tepat berada di bawah kubah.
Pelaku Pembakaran
Mengenai peristiwa ini, Zionis berdalih itu merupakan “kecelakaan yang tidak disengaja”. Akan tetapi, alasan Zionis Israel tidak dapat diterima. Melalui siaran Radio Kairo, Mesir bahkan menegaskan bahwa peristiwa tersebut merupakan “kejahatan yang direncanakan”. Penyelidikan pun dilakukan untuk mengidentifikasi siapa sebenarnya pelaku pembakaran Masjid Suci Al-Aqsa.
Hasil penyelidikan mengungkapkan bahwa pelaku pembakaran adalah Michael Dennis William Rohan (28 tahun). Ia merupakan turis asal Australia yang berprofesi sebagai pekerja peternakan. Saat itu, dia memang sedang berkeliling selama beberapa bulan di Israel. Pada 23 Agustus 1969, ia mengakui bahwa tindakan yang ia lakukan bukanlah kejahatan sebab ia mengaku sebagai “utusan Tuhan”.
Rohan mengatakan bahwa tujuannya melakukan pembakaran adalah karena ingin mempercepat kedatangan Yesus Kristus untuk kedua kalinya. Ia menyatakan bahwa hal tersebut hanya bisa tercapai apabila Zionis Israel bisa membangun kuil di wilayah Masjid Al-Aqsa yang diklaim sebagai tempat awal berdirinya Kuil Solomon. Pernyataan yang disampaikannya membuat Rohan dianggap mengalami gangguan jiwa sehingga akhirnya mendapat perawatan di rumah sakit jiwa.
Pembangunan Kembali Mimbar

Selain mengakibatkan hangusnya banyak bagian masjid, pembakaran yang disengaja ini juga menghanguskan mimbar Nuruddin Zanky. Mimbar ini merupakan hadiah dari Shalahuddin Al-Ayyubi dan dibuat atas prakarsa Nuruddin Zanky bin Imaduddin Zanky pada 564 H/1168 M. Saat membangunnya, beliau bernazar akan meletakkan mimbar tersebut saat pembebasan Al-Aqsa dari pasukan Salib. Setelah 19 tahun berlalu sejak mimbar dibuat, Shalahuddin Al-Ayyubi, yang merupakan penerus perjuangan Nuruddin Zanky, berhasil membebaskan tanah Palestina dan mewujudkan nazar Nuruddin Zanky.
Mimbar Nuruddin Zanky bukan sekedar mimbar. Itu merupakan wujud keyakinan bahwa Al-Aqsa suatu saat akan kembali menjadi milik umat Islam seutuhnya dan menjadi lambang persatuan umat, Sebab, kemenangan tidak akan dapat dicapai secara individu melainkan merupakan buah perjuangan bersama.
Pembakaran Masjid Al-Aqsa membuat mimbar Nuruddin Zanky hangus menjadi kepingan-kepingan kecil yang kini tersimpan di arsip Lembaga Wakaf Masjid Al-Aqsa. Pada 28 Agustus 1993, Raja Husein bin Thalal dari Yordania memerintahkan untuk membuat mimbar pengganti dengan bentuk dan cara pengerjaan yang sama persis seperti mimbar Nuruddin Zanky. Setelah Raja Husein bin Thalal wafat, proyek ini dilanjutkan oleh Raja Abdullah II bin Husein.
Fakultas Seni Tradisional Islam Universitas Balqa, Yordan, kemudian mengadakan lomba bagi seluruh ahli ukir dan seniman dari berbagai negara untuk membentuk tim pembuatan mimbar. Indonesia turut ikut serta dalam proyek ini atas prakarsa (Alm.) Mahmud Bukhori dan beberapa rekan alumni ITB dari Desenta dan Birano. Indonesia mengirimkan sampel ukiran tangan yang kemudian mengantarkan Indonesia menjadi pemenang dan mendapat kehormatan menjadi bagian dari tim pembuat mimbar bersama perwakilan dari negara-negara lainnya.
Al-Aqsa Saat Ini
Peristiwa pembakaran Masjid Al-Aqsa memang telah berlalu 53 tahun. Akan tetapi, Zionis hingga detik ini masih terus melakukan pembakaran terhadap Masjid Al-Aqsa. Pembakaran yang Zionis lakukan tidak selalu dalam bentuk fisik, melainkan dalam bentuk yahudinisasi yang rutin dan berkelanjutan.
Sejak awal tahun hingga bulan Juni 2022, Menteri Wakaf Hatem Al-Bakri melaporkan bahwa pemukim ilegal Israel telah menyerbu Masjid Al-Aqsa sebanyak 23 kali dengan perlindungan pasukan Israel. Beliau juga menambahkan bahwa pasukan Israel juga melakukan sejumlah pelanggaran lain seperti melakukan penutupan berulang, melindungi pemukim yang menyerbu masjid, melanjutkan penggalian, dan melancarkan penargetan terus menerus terhadap para penjaga masjid dan penyerangan terhadap jamaah.
Ahmed Abu Halabiyeh, kepala Komite Al-Quds (Yerusalem) di Parlemen Palestina juga melaporkan bahwa Zionis telah mulai melakukan pemisahan Masjid Al-Aqsa. Pada bulan Juni, beliau mengatakan bahwa Zionis menargetkan untuk membangun sinagog di wilayah timur masjid Al-Aqsa agar dapat melakukan ritual keagamaan Yahudi. Mereka membuka jalan menuju area tersebut mulai dari Gerbang al-Maghribi yang merupakan situs suci Muslim. Zionis juga mencegah jamaah Muslim untuk mencapai Tembok al-Buraq dan Tembok Barat Masjid Al-Aqsa dengan tujuan untuk memperketat kontrol Yahudi atas Masjid Al-Aqsa.
53 tahun telah berlalu dari peristiwa Pembakaran Masjid Al-Aqsa, namun “pembakaran-pembakaran” dalam bentuk lain masih terus berlanjut terhadap Al-Aqsa. Tindakan yang Zionis lakukan ini tidak lain adalah upaya mereka untuk mewujudkan rencana mereka: mengambil kendali penuh terhadap Masjid Al-Aqsa dan menjadikan Al-Quds (Yerusalem) sebagai kota Yahudi. Akan tetapi, yang harus mereka ingat, selama masih ada umat muslim yang beriman, usaha mereka selamanya akan sia-sia. Zionis bisa membakar masjid dengan api, tapi tidak akan pernah bisa menghanguskan semangat penduduk Palestina untuk melindungi tanah air dan situs-situs sucinya.
Salsabila Safitri, S.Hum.
Penulis merupakan Relawan Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI.
Sumber:
https://adararelief.com/52-tahun-peristiwa-pembakaran-mimbar-masjid-al-aqsa/
https://adararelief.com/peringati-peristiwa-pembakaran-masjid-al-aqsa-anak-anak-gaza-ditembaki/
https://adararelief.com/mimbar-nuruddin-zanky-800-tahun/
https://www.#/20220608-israel-started-partitioning-al-aqsa-mosque-palestine-mp-says/
https://www.#/20220705-pa-records-73-israel-violations-against-al-aqsa-ibrahimi-mosques-in-june/
https://safa.ps/post/333068/مسيرة–كبيرة–للمستوطنين–تمهيد–ا–لاقتحام–الأقصى–اليوم
***
Tetaplah bersama Adara Relief International untuk anak dan perempuan Palestina.
Kunjungi situs resmi Adara Relief International untuk berita terbaru Palestina, artikel terkini, berita penyaluran, kegiatan Adara, dan pilihan program donasi.
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina.
Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.

Klik disini untuk cari tahu lebih lanjut tentang program donasi untuk anak-anak dan perempuan Palestina.







