Anak-anak Palestina memprotes pengepungan Israel di kamp pengungsi Shuafat di pos pemeriksaan di luar kamp pada 12 Oktober. Israel memberlakukan pembatasan gerakan yang ketat dan melakukan beberapa serangan di kamp tersebut. (Anne Paq/ActiveStills)
Pasukan Israel membunuh 30 warga Palestina di Tepi Barat pada Oktober ketika wilayah tersebut dianggap memasuki babak baru perlawanan terhadap Israel. Secara total, sepanjang 2022 hampir 140 warga Palestina telah ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel dan pemukim di Tepi Barat. Sebuah kelompok pemantau Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa 2022 merupakan tahun paling mematikan di Tepi Barat sejak 2005, dengan menghitung rata-rata kematian bulanan penduduk Palestina yang dibunuh oleh Israel.
Sementara itu, pengepungan diberlakukan oleh militer Israel di Kamp Shuafat untuk mencari pemuda Palestina yang membunuh seorang tentara Israel dan melukai dua lainnya. Pengepungan tersebut memengaruhi daerah sekitarnya dengan terus diberlakukannya operasi militer dan penyerbuan malam. Di sisi lain, pemukim Yahudi turut memperburuk situasi Palestina di Tepi Barat dan Al-Quds dengan menyerang penduduk, lahan pertanian, rumah, serta kendaraan milik Palestina. Pemukim juga menganggu musim panen zaitun dengan menebang, mencuri, meracuni, dan membakar lahan zaitun Palestina.
Tentu ada kisah lain sepanjang Oktober ini yang dapat disimak melalui berita dalam gambar berikut ini.

Warga Palestina memanen kurma di Khan Younis, Jalur Gaza selatan (2/10) (Ashraf Amra/APA)

Massa Israel menyerang warga Palestina dalam dua insiden terpisah dan melukai tiga orang selama Yom Kippur, hari paling suci dalam tahun Yahudi. Serangan itu terjadi di pinggiran Tel Aviv di Bat Yam dan di Al-Naqab pada Selasa malam (4/10). Serangan di Bat Yam menyebabkan tergulingnya mobil milik Palestina yang diserang oleh pemukim Israel. (MEE)

Tiga puluh warga Palestina di penjara-penjara Israel melanjutkan mogok makan kolektif selama 11 hari berturut-turut, memprotes kebijakan penahanan administratif Israel (5/10). Pemogokan dimulai pada akhir September setelah peningkatan yang signifikan dalam jumlah perintah penahanan administratif terhadap warga Palestina dalam beberapa bulan terakhir. Menurut Klub Tahanan Palestina, otoritas Israel mengeluarkan lebih dari 1.500 perintah penahanan sejak awal 2022. (Al-Araby)

Kelompok HAM Israel B’tselem meminta Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk segera turun tangan menghentikan Israel mengusir warga Palestina dari rumah dan tanah mereka di Masafer Yatta, selatan Hebron di Tepi Barat yang diduduki (6/10). Otoritas Israel berencana untuk mengusir sekitar 1.000 penduduk Palestina Masafer Yatta, daerah pedesaan di South Hebron Hills, untuk menciptakan “zona tembak” militer, atau tempat pelatihan bagi pasukan Israel. (MEE)

Pasukan Israel membunuh dua warga Palestina di Jenin pada Sabtu (8/10), beberapa jam setelah dua remaja ditembak mati dalam insiden terpisah di Tepi Barat yang diduduki. Mahmoud Assos, 18, dan Ahmed Daragma, 16, tewas oleh tembakan Israel selama serangan besar-besaran di kamp pengungsi Jenin. Sebelumnya, pada Jumat malam (7/10), dua anak di bawah umur dibunuh oleh pasukan Israel. Adel Ibrahim Daoud, 14, ditembak di kepala dekat tembok apartheid Israel di Qalqilya sementara Mahdi Ladadweh, 17, ditembak di dada oleh tentara di barat laut Ramallah. (MEE/Al-Jazeera/Haaretz)

Dua sejarawan, Benny Morris, profesor emeritus di Universitas Ben-Gurion di Beersheba, dan profesor emeritus Benjamin Ze’ev Kedar dari Universitas Ibrani di Yerusalem menuliskan artikel – “Cast Thy Bread’: Israel Biological Warfare selama Perang 1948” – yang diterbitkan oleh Middle Eastern Studies. Berdasarkan penelitian mereka, diketahui bahwa ilmuwan Zionis bersama dengan unit militer, terlibat dalam kampanye sistematis untuk meracuni sumur air dan menyebarkan bakteri tipus di desa-desa dan kota-kota Arab-Palestina. Tujuannya adalah untuk menakut-nakuti penduduk Arab-Palestina, memaksa mereka pergi dari tanah airnya. Perintah untuk menggunakan senjata biologis tersebut diberikan atau setidaknya disetujui oleh pendiri negara Yahudi, David Ben-Gurion, yang merupakan perdana menteri sekaligus menteri pertahanan pertama Israel. (Haaretz/MEMO)

Oktober adalah bulan utama untuk memanen zaitun. Musim ini dianggap sebagai waktu yang paling diberkati sepanjang tahun. Mulai bulan Oktober, keluarga Palestina menyiapkan alat panen, tikar, gulungan plastik, tangga tinggi, dan ember, menjelajah pada pagi hari untuk mengunjungi tanah mereka, hingga akhirnya bisa memetik buah zaitun setelah setahun merawatnya. (Mondoweiss)

Namun, musim panen zaitun juga berarti musim kekerasan yang dilancarkan oleh pemukim, di bawah perlindungan polisi Israel. Pada Senin (10/10), pemukim Israel menyerang petani Palestina yang memanen zaitun di Khallet Hassan, kota Bidya utara. Arafat Abu Seif, seorang petani, mengatakan bahwa sekelompok pemukim bersenjata menyerang para petani, termasuk dirinya sendiri, memukuli mereka dengan kejam, bahkan salah satu penyerang melepaskan tembakan langsung ke para petani. (Wafa/MEMO)

Menandai hari pertama liburan Sukkot (10/10), pemukim Yahudi menyerbu tempat suci umat Islam, Masjid Al-Aqsa, mengadakan pawai provokatif melalui jalan-jalan sempit di Kota Tua al-Quds yang diduduki. Puluhan Yahudi fanatik masuk ke Masjid Al-Aqsa setelah polisi Israel membersihkan halaman masjid dari jamaah muslim untuk memfasilitasi kehadiran pemukim. Beberapa di antara mereka melakukan ritual yang melanggar status quo yang melarang nonmuslim mengadakan ibadah dalam bentuk apa pun di tempat itu. (MEMO)

Orang-orang Yahudi berkumpul di Tembok al-Buraq di Kota Tua Al-Quds (12/ 10), untuk pemberkatan tahunan, selama liburan Sukkot. Polisi dikerahkan untuk menjaga sekitar sepuluh ribu jemaah Yahudi yang menghadiri acara pemberkatan. Tembok al-Buraq merupakan bagian dari Masjid al-Aqsa, yang sejak perang 1967 direbut oleh Israel dan dijadikan pusat ibadah bagi Yahudi. (Gambar: Menachem Kahana/AFP)

Pasukan Israel menyerbu Kamp Pengungsi Shuafat selama bentrokan dengan pemuda Palestina (12/10). Bentrokan meletus setelah pasukan Israel menyerang pengunjuk rasa di pos pemeriksaan yang memprotes pengepungan kamp pengungsi. Sejak 8/10, tentara Israel telah memberlakukan pembatasan kebebasan bergerak dan melakukan berbagai serangan di dalam kamp. (Anne Paq/Activestill)

Hosam Salem, seorang fotografer Palestina yang menjadi pekerja lepas untuk New York Times (NYT) selama empat tahun di Gaza, melaporkan bahwa surat kabar itu memecatnya bersama dengan dua orang lainnya, setelah sebuah organisasi pro-Israel, Honest Reporting, memberi tahu NYT tentang dukungannya terhadap perlawanan Palestina yang diunggah di akun Facebook miliknya. Postingannya menyatakan dukungannya untuk perlawanan Palestina. “Apa yang terjadi adalah upaya sistematis untuk mendistorsi citra jurnalis Palestina sebagai pekerja yang tidak memiliki integritas, hanya karena kami meliput pelanggaran hak asasi manusia yang dialami rakyat Palestina setiap hari di tangan tentara Israel,” tegas Salem. (Mondoweiss/MEMO)

Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune mengomentari penandatanganan Deklarasi Aljazair untuk Reunifikasi dan Persatuan Palestina oleh faksi-faksi Palestina. Dalam pidato yang disiarkan televise dan dilaporkan surat kabar Aljazair, Ennahar, Tebboune mengatakan pada Kamis (13/10) bahwa situasi telah kembali normal, dan hari tersebut adalah hari bersejarah. “Kami berharap dapat melihat berdirinya Negara Palestina dalam perbatasan 1967, dengan Al-Quds sebagai ibu kotanya,” tambah Tebboune. (Al-Mayadeen)

Tentara Israel mendorong warga Palestina, saat pemukim Israel menyerang warga, mobil, dan toko Palestina di Kota Huwara, Tepi Barat, dekat Nablus (13/10). Seorang wartawan dilaporkan terluka ketika pemukim Israel, yang didukung oleh pasukan Israel, menyerang warga Palestina yang melewati jalan utama di pusat Huwwara. (Oren Ziv/Activestill/Wafa)

Fatma Salem memegang potongan batu yang dilemparkan oleh pemukim ke rumahnya di Sheikh Jarrah, Al-Quds (Yerusalem), setelah serangkaian serangan pemukim yang dilakukan sepanjang Jumat malam (14/10) Menurut saksi mata, polisi Israel hadir sepanjang waktu dan tidak mencegah serangan . Tidak ada pemukim yang ditangkap, sementara 10 pemuda Palestina ditangkap pada serangan tersebut. (Oren Ziv/Activestill)

Dalam beberapa bulan terakhir, sebuah kelompok perlawanan yang digawangi para pemuda berusia 20-an, muncul dari Nablus, Tepi Barat. The Lions’ Den telah menjadi terkenal karena serangan terhadap pos pemeriksaan, tentara, dan permukiman ilegal Israel. Militer Israel berusaha untuk menghancurkan kelompok tersebut, dan yang lainnya, dalam sebuah operasi “Break the Wave”. Wartawan Israel Yoni Ben Menachem mengatakan bahwa tentara Israel dan Shin Bet sedang bersiap menunggu situasi Nablus untuk berurusan dengan kelompok perlawanan, karena saat ini penduduk Nablus masih harus menghadapi jam malam yang panjang (pengepungan-red). (Al-Monitor/Al-jazeera)
Israel bereaksi keras atas pengumuman Australia bahwa mereka tidak akan lagi mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel (18/10. “Hari ini Pemerintah telah menegaskan kembali posisi lama Australia bahwa Yerusalem adalah masalah status akhir yang harus diselesaikan sebagai bagian dari negosiasi damai antara Israel dan rakyat Palestina,” kata Menlu Australia Penny Wong dalam sebuah pernyataan. “Kedutaan Australia selalu, dan tetap, di Tel Aviv.” (Washington Post)

Warga Palestina memprotes pengepungan Nablus dan berusaha menyingkirkan gundukan tanah yang terus ditumpuk oleh pasukan Israel di Deir Sharaf, barat Nablus, Tepi Barat (20/10). Sejak 11 Oktober, Nablus telah dikepung Israel. Hukuman kolektif adalah praktik yang sering digunakan Israel terhadap komunitas Palestina menyusul aksi perlawanan terhadap penjajahan dan pendudukan Israel. Sementara, kebijakan itu tidak dipraktikkan terhadap pemukim yang melakukan teror dan pembunuhan terhadap warga Palestina. (Anne Paq/Activestill)

Abdullah Odeh menunjukkan truknya yang habis dibakar oleh pemukim Yahudi di Huwwara, sementara tentara Israel tidak mampu menunjukkan tindakan apa pun (15/10). Pejabat keamanan Israel telah memperhatikan tren yang mengkhawatirkan dalam beberapa pekan terakhir dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pemukim di Tepi Barat, dengan lebih dari 100 kejahatan telah dicatat hanya dalam 10 hari terakhir. Sebagian besar insiden terjadi di Tepi Barat utara sekitar Huwwara. Pejabat Komando Pusat Israel mengatakan para pemimpin pemukiman melancarkan kampanye bayangan untuk menciptakan perasaan bahwa tentara telah kehilangan kendali (21/10). (MEE/Haaretz)

Bakr Shtayyeh, profesor ekonomi di Universitas Nasional An-Najah di Nablus, mengatakan “Nablus adalah kota komersial dan industri yang penting di Tepi Barat. Ini adalah rumah bagi 9.000 perusahaan komersial dan 2.900 fasilitas industri, yang merupakan seperlima dari total perusahaan komersial di Tepi Barat.” Nablus merupakan stasiun komersial untuk pembeli dari seluruh provinsi di Tepi Barat. Jumlah pembeli mingguan di Nablus diperkirakan mencapai 15.000 orang, dengan pengeluaran rata-rata setiap pembeli mengeluarkan $70, yang memompa lebih dari $1 juta dolar per minggu ke kota. Pengepungan yang dilakukan Israel telah merampas perputaran ekonomi kota dan memengaruhi perekonomian Nablus secara keseluruhan. (al-Monitor)

Pemakaman Salah Briki (19 tahun) yang tewas dalam konfrontasi ketika militer Israel menyerbu Jenin untuk menangkap pemuda yang menentang penjajahan dan pendudukan Israel (21/10). Sejak awal tahun, diperkirakan 120 warga Palestina dibunuh oleh pasukan kolonial Israel di Tepi Barat, termasuk setidaknya 26 anak-anak, menjadikannya tahun paling mematikan di Tepi Barat sejak 2002. (Anne Paq/Activestill)

Israel telah menerapkan aturan ketat yang membatasi kemampuan orang asing untuk masuk dan tinggal di Tepi Barat yang diduduki meskipun ada kritik internasional terhadap tindakan tersebut, mencakup deklarasi wajib atas hubungan percintaan. Sebuah peraturan 90 halaman menggantikan dokumen empat halaman sebelumnya mulai berlaku pada Kamis (20/10) untuk periode percontohan selama dua tahun. Hal ini diperkirakan akan melumpuhkan ekonomi, akademisi Palestina, pekerjaan badan-badan bantuan, dan menciptakan komplikasi bagi ratusan ribu keluarga Palestina dengan kewarganegaraan ganda, yang sudah berjuang untuk menavigasi sistem izin yang berbelit-belit. (Guardian)

Sebuah pabrik kecil di Khan Younis, Gaza selatan memperpanjang usia buku pelajaran yang kedaluwarsa dan kertas tugas sekolah bekas, dengan membuatnya menjadi karton telur. Akram Amour, operator pabrik di kota Khan Younis, Gaza selatan, mengatakan limbah kertas disediakan oleh Kementerian Pendidikan. Jalur Gaza yang padat penduduk menghasilkan sekitar 1.800 ton limbah padat setiap hari, sekitar 14 persen di antaranya adalah kertas dan karton. (Riziek Abdeljawad/Xinhua)

Tamer al-Kilani terbunuh di Kota Tua Nablus saat fajar (23/10) karena ledakan alat peledak, yang ditanam di sepeda motor atau diletakkan di dekatnya. Al-Kilani disebut-sebut sebagai anggota Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) dan pernah ditawan selama delapan tahun di penjara Israel. (Jafar Ashtiyeh/AFP/Al-Jazeera)

Seorang ayah di Khan Younis, Jalur Gaza, menampakkan tangisannya ketika mendengar kematian anaknya, Muqbil Ashour, yang meninggal ketika sebuah kapal migran tenggelam di lepas pantai Tunisia (24/10). Tujuh warga Palestina, semuanya dari Jalur Gaza, tenggelam ketika berusaha mencapai Eropa untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. (Ashraf Amra/APA/Alaraby)

Amnesty International telah meminta Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menyelidiki kemungkinan kejahatan perang menyusul “serangan melanggar hukum” yang dilakukan selama serangan mematikan Israel di Jalur Gaza pada Agustus. “Serangan terbaru Israel di Gaza hanya berlangsung tiga hari, tetapi itu adalah waktu yang cukup untuk melepaskan trauma dan kehancuran baru pada penduduk yang terkepung,” kata Agnès Callamard, sekretaris jenderal Amnesty International, dalam sebuah pernyataan yang menyertai laporan yang dirilis pada Selasa (25/10) (Al-Jazeera)
Anggota partai sayap kanan Otzma Yehudit, Itamar Ben-Gvir, berusaha membentuk milisi sipil bersenjata di pinggiran Tel Aviv, Bat Yam, dengan mengatakan niat mereka adalah untuk “mempertahankan rumah kami,” karena khawatir dengan peningkatan jumlah pekerja Arab-Palestina (26/10). Dia terkenal karena ancamannya terhadap Palestina. Awal bulan ini dia mengacungkan senjata dan mengancam akan menembak warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Al-Quds yang diduduki. (Haaretz/MEE)

Orang tua siswa Sekolah al-Iman di lingkungan Beit Hanina, Al-Quds, memprotes upaya Israel yang memaksakan kurikulum yang terdistorsi terhadap sekolah-sekolah Palestina (27/10). Raed Bashir, anggota Komite Orang Tua Siswa, mengatakan bahwa pemeriksaan tas siswa oleh staf Kementerian Pendidikan Israel adalah “ilegal” dan “tidak manusiawi”. Ia menegaskan bahwa sekolah akan mengambil tindakan hukum terhadap pelanggaran tersebut. (Saeed Qaq/APA Images/Wafa)

Poster besar untuk Pemilu Israel mendatang di Al-Quds terpasang di jalan-jalan kota (27/10). Putaran kelima Pemilu Israel akan dilaksanakan dalam waktu kurang dari 4 tahun, untuk memilih anggota Knesset atau Parlemen Israel, yang dijadwalkan akan diselenggarakan pada 1 November 2022. (Reuters)

Pertokoan di Kota Tua Hebron ditutup karena pemogokan setelah kematian seorang pejuang Palestina yang dibunuh setelah melakukan perlawanan terhadap pemukim Israel, Tepi Barat (29/10). Pasukan kolonial Israel meningkatkan kehadiran mereka dan semakin membatasi kebebasan pergerakan penduduk Palestina di Kota Tua Hebron dan dekat pemukiman Israel. (Anne Paq/Activestill)

Oktober telah menyaksikan jumlah tertinggi warga Palestina yang dibunuh oleh tembakan Israel di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, sepanjang 2022. Pasukan Israel menewaskan sedikitnya 29 warga Palestina di Tepi Barat, menjadikan Oktober sebagai bulan paling mematikan di sana sejauh ini dalam apa yang dikatakan oleh kantor kemanusiaan PBB. Israel masih menutup pintu-pintu masuk dan memberlakukan pemeriksaan ketat terhadap warga Palestina. Sebuah mural yang menggambarkan Handala terlihat di dalam Kota Tua Hebron di salah satu pintu menuju Jalan Shuhada yang telah ditutup oleh Israel (30/10). Di sebelah grafiti, terdapat kutipan penulis Palestina, Ghassan Kanafani, “Saya akan terus berjuang untuk mendapatkan kembali tanah air”. (Anne Paq/Activestill/MEE)
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini








