Kantor Media Pemerintah di Gaza merilis laporan memilukan yang menandai dua tahun genosida Israel di Jalur Gaza, 730 hari pembunuhan massal, kelaparan, dan pengungsian paksa yang telah meratakan hampir seluruh wilayah ini.
Sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 76.600 warga Palestina terbunuh atau hilang, termasuk 20.000 anak-anak dan 12.500 perempuan. Sebanyak 1.670 tenaga medis dan 254 jurnalis turut menjadi korban. Laporan itu mencatat 2.700 keluarga musnah sepenuhnya, sementara 6.000 keluarga lainnya kehilangan hampir seluruh anggota.
Selama dua tahun, Israel menjatuhkan lebih dari 200.000 ton bahan peledak yang menghancurkan rumah, sekolah, dan rumah sakit. Sekitar 90% wilayah Gaza kini hancur, dengan dua juta penduduk menjadi pengungsi.
Sektor kesehatan lumpuh total, sebanyak 38 rumah sakit dan 96 klinik tak lagi berfungsi, sementara 197 ambulans dan 61 kendaraan penyelamat menjadi sasaran langsung. Ribuan pasien kanker, gagal ginjal, dan penyakit kronis meninggal karena Israel menutup jalur evakuasi medis dan menghancurkan infrastruktur vital.
Kelaparan dijadikan senjata. Selama 220 hari, seluruh perbatasan Gaza ditutup, memblokir lebih dari 120.000 truk bantuan. Sedikitnya 460 orang meninggal akibat kelaparan, termasuk 154 anak, sementara 650.000 anak lainnya terancam meninggal karena malnutrisi.
Pendidikan pun runtuh, sebanyak 95% sekolah rusak, dan 165 universitas serta sekolah hancur total. Lebih dari 13.500 pelajar dan 830 guru terbunuh.
Tempat ibadah tak luput dari kehancuran yaitu 835 masjid, tiga gereja, dan 40 pemakaman dihancurkan. Pasukan Israel juga menodai makam, mencuri 2.450 jenazah, dan menggali tujuh kuburan massal di dalam rumah sakit.
Seluruh infrastruktur Gaza kolaps. Sebanyak 725 sumur air dan lebih dari 5.000 kilometer jaringan listrik hancur. Pengeboman terhadap proyek air bersih membunuh 9.400 orang, sebagian besar anak-anak. Kini Gaza hidup tanpa air yang layak, listrik, dan sistem sanitasi.
Kerugian langsung ditaksir mencapai 70 miliar dolar AS, dengan 28 miliar dolar di antaranya berasal dari kehancuran sektor perumahan. Sebanyak 268.000 unit rumah rata dengan tanah, meninggalkan 288.000 keluarga tanpa tempat tinggal.
Sektor pertanian dan perikanan pun lenyap dengan hilangnya 94% lahan pertanian dan hancurnya seluruh fasilitas perikanan, sehingga mendorong penduduk Gaza ke jurang kelaparan yang lebih dalam.
Dua tahun telah berlalu, namun penderitaan Gaza belum berakhir. Di tengah reruntuhan, hanya keteguhan dan iman rakyatnya yang masih berdiri.
Sumber: Qudsnen






![Pemandangan dari Sheikh Ridwan di Kota Gaza, Gaza, menunjukkan kerusakan parah yang ditinggalkan setelah tentara Israel mundur menyusul perjanjian gencatan senjata, pada 25 Oktober 2025. [Mahmoud Abu Hamda – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/10/AA-20251026-39523597-39523583-DAILY_LIFE_IN_GAZAS_SHEIKH_RIDWAN_NEIGHBORHOOD_AFTER_CEASEFIRE-1-1-120x86.webp)

