Sabtu (6/8), keluarga al-Nairab di Kamp Jabalia, Gaza utara, menyelesaikan makan malam pada pukul 20:45 tanpa pernah tahu apa yang akan terjadi. Ketika itu, anak-anak mereka, Ahmed al-Nairab, 11, dan saudara laki-lakinya yang berusia 5 tahun, Momen, meminta sang ayah, Mohammed, untuk pergi ke toko kelontong kecil di sebelah rumah untuk membeli keripik dan permen karet. Saat itulah terjadi sebuah ledakan besar.
“Saya tidak bisa melihat apa-apa. Ketika asap mulai menghilang, saya menemukan Momen tergeletak di tanah, berlumuran darah,” kata ayah berusia 38 tahun itu. “Saya menggendongnya dengan cepat dalam pelukan dan mulai berlari mencari mobil atau ambulans. Setelah beberapa meter, saya menemukan Ahmed juga tergeletak di tanah. Seseorang menggendong Ahmed. Kami berlari bersama selama hampir 200 meter. Kemudian kami menemukan sebuah mobil penuh orang terluka. Bagasinya terbuka dan berisi dua atau tiga jenazah, menuju Rumah Sakit Indonesia di Jabalia. Kami memasukkan Ahmed dan Momen. Saya tidak tahu apakah mereka meninggal atau hanya terluka,” katanya.
Beberapa menit kemudian, mobil lain datang, menuju ke rumah sakit yang sama. Mohammed al-Nairab masuk. “Ketika saya tiba di rumah sakit, saya menemukan mereka menyelimuti Ahmed. Setelah beberapa saat, mereka memberitahu saya bahwa Momen telah meninggal juga,” kata Nairab di pemakaman anak-anaknya. Dia berkata: “Dulu saya tidak mengizinkan mereka meninggalkan rumah selama penyerangan. Saya dulu takut akan segalanya untuk mereka.”
Ahmed dan Momen sama-sama suka berenang. Mereka seharusnya pergi ke kolam renang pada hari Jumat 5 Agustus, ketika Israel memulai serangan militernya di Gaza. “Saya mendaftarkan Momen bulan lalu di sekolah. Saya seharusnya membelikannya seragam sekolah dan tas baru minggu depan,” kata ayahnya, suaranya pecah. “Saya membawanya ke sekolah yang dia tunggu-tunggu. Dia sering bertanya kepada saya: ‘Baba, kapan akan membelikan saya tas dan alat tulis baru?’ Hari ini adalah hari ulang tahun Momen. Semoga ia beristirahat dengan tenang.”
Mohammed Abu Shykan, 33, juga membawa dua anaknya, Osama, 6, dan Ahmed, 4, ke toko kelontong yang sama pada saat agresi terjadi. “Setelah mereka meninggalkan rumah, saya mendengar ledakan. Saya tidak membayangkan ini adalah roket. Lingkungan kami padat penduduk dan aman,” kata sang ibu. “Kemudian saya mendengar teriakan. Saya berlari untuk melihat anak-anak dan suami saya. Saya tidak menemukan mereka. Saya diberitahu bahwa mereka telah terluka dan dipindahkan ke rumah sakit,” katanya, sambil duduk di sebelah anak-anaknya yang terluka di bangsal.
“Ketika saya sampai di rumah sakit, saya menemukan mereka semua berlumuran darah. Suami saya segera dilarikan ke ruang operasi dan kedua anak saya memiliki pecahan peluru di setiap bagian tubuh mereka, terutama di bagian perut.” tambahnya. Suaminya, Abu Shykan mengalami cedera di dada dan dia mendapatkan di unit perawatan intensif. Dia dan anak-anaknya sekarang dalam kondisi stabil.
“Saya mendaftarkan Osama di kelas satu bulan lalu dan membelikannya seragam sekolah dan alat tulis. Dua hari yang lalu, dia menunjukkan gambar pakaian di Facebook dan berkata: ‘Mama, saya ingin pakaian seperti ini’,” kata ibu dua anak itu sambil menangis. “Apa yang harus saya lakukan? Mereka berbaring di ranjang rumah sakit yang sama sekarang.”
Sumber:
***
Tetaplah bersama Adara Relief International untuk anak dan perempuan Palestina.
Kunjungi situs resmi Adara Relief International untuk berita terbaru Palestina, artikel terkini, berita penyaluran, kegiatan Adara, dan pilihan program donasi.
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina.
Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.

Klik disini untuk cari tahu lebih lanjut tentang program donasi untuk anak-anak dan perempuan Palestina.






![Pemandangan dari Sheikh Ridwan di Kota Gaza, Gaza, menunjukkan kerusakan parah yang ditinggalkan setelah tentara Israel mundur menyusul perjanjian gencatan senjata, pada 25 Oktober 2025. [Mahmoud Abu Hamda – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/10/AA-20251026-39523597-39523583-DAILY_LIFE_IN_GAZAS_SHEIKH_RIDWAN_NEIGHBORHOOD_AFTER_CEASEFIRE-1-1-120x86.webp)
