Hafiz Qur’an Belia dari Jalur Gaza

Usianya mungkin masih belia, namun kemampuannya dalam menghafalkan Al-Qur’an jauh di atas rata-rata. Namanya Osama Muhammad Al-Li. Usianya baru enam tahun lebih beberapa bulan saat ia dinyatakan telah menuntaskan hafalannya sempurna 30 juz, dari surah Al-Fatihah hingga surah An-Nas. Tak hanya menyelesaikan hafalan, Osama juga dianugerahi penghargaan sebagai Hafiz Al-Qur’an paling muda di Jalur Gaza pada tahun 2022.
Prestasi mengagumkan Osama tentunya tidak terlepas dari peran kedua orang tuanya dalam mendidiknya. Ibu Osama mengatakan, ia telah mendoakan anaknya sejak memilihkan nama untuknya. Ia memilih nama Osama untuk anaknya sebab terinspirasi dari nama salah satu sahabat Rasulullah saw. yang mulia yaitu Usamah bin Zaid.
Ibu Osama menambahkan, ia telah mendidik Osama untuk mencintai Al-Qur’an sejak masih berada di dalam kandungan. Ibunya mengatakan bahwa ia sering memutar lantunan ayat Al-Qur’an, karena ia yakin bayi yang ada di dalam kandungannya juga mendengar apa yang ia dengarkan. Ia juga memiliki harapan agar anaknya akrab dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an sejak dini, sehingga kelak memudahkannya dalam menghafalkan Al-Qur’an.
Ibu Osama lanjut menceritakan bahwa saat usia Osama dua tahun, ia mencoba mengajarkan surah Al-Ikhlas kepada Osama dengan membacanya berulang-ulang. Akan tetapi, mungkin karena usianya yang masih terlalu kecil, Osama saat itu masih kesulitan untuk menghafal ayat. Mengejutkannya, ketika usia Osama menginjak tiga tahun, Osama menunjukkan perkembangan yang pesat dalam menghafal. Osama berhasil mengingat ayat-ayat dengan baik, juga sudah mampu membacanya dengan artikulasi yang tepat. Seiring bertambahnya usia Osama, ibunya menaikkan levelnya tidak hanya di tahap menghafal, tetapi juga mengajarkan Osama membaca Al-Qur’an sejak usianya menginjak lima tahun.
“Saya biasanya merasa lemah saat saya melihat anak saya dan menyadari bahwa dia masih anak-anak. Akan tetapi saya segera menghapusnya dari pikiran saya, ketika saya menyadari bahwa usaha ini akan semakin mendekatkan kami pada tujuan utama, yaitu menyelesaikan hafalan Al-Qur’an Osama.” Ibu Osama juga menjelaskan bahwa meskipun Osama sejak kecil menghafal Al-Qur’an, tapi ibu dan ayahnya juga selalu memberikan waktu dan perhatian untuk Osama agar ia bisa bermain dan tumbuh layaknya anak-anak pada umumnya, serta memberi waktu khusus untuk mengajarkannya ilmu-ilmu penting lainnya seperti moral dan etika.

Selain pendidikan dari orang tua dan lingkungan terdekat, Ibu Osama juga menambahkan bahwa pendidikan di sekolah juga menjadi salah satu faktor penunjang yang cukup besar bagi kesuksesan Osama dalam menghafal Al-Qur’an. Ia mengatakan, transisi Osama dari masa balita ke usia sekolah menjadi salah satu masa yang sangat penting sekaligus menantang bagi orang tuanya. Oleh karena itu, ibu dan ayah Osama memutuskan untuk memasukkan Osama ke sekolah Al-Tabieen al-Syariah, sekolah yang menyediakan fasilitas menghafal Al-Qur’an bagi anak-anak kecil seperti Osama.
Begitu menjalankan tes masuk sekolah, pihak penguji Al-Tabieen Al-Syariah telah menemukan potensi di dalam diri Osama. Mereka menyebut Osama sebagai anak yang jenius dan memiliki kemampuan menghafal di atas rata-rata. Osama kemudian mendapat guru khusus untuk menyetorkan hafalannya bernama Jaafar Zeno. Di bawah bimbingannya, Osama berhasil menuntaskan hafalannya hanya dalam jangka waktu enam setengah bulan saja.
Ibu Osama mengatakan bahwa pendidikan di keluarga dan sekolah seluruhnya penting dan sangat berpengaruh terhadap proses anak-anak dalam menghafalkan Al-Qur’an. “Bukan tidak mungkin anak-anak kita bisa menghafal Al-Qur’an ketika usia mereka masih kecil, tetapi perkara ini tentunya membutuhkan pertolongan Allah, juga banyak doa dan upaya kerjasama antara pihak keluarga dan sekolah.”
Palestina, Negeri Para Pecinta Al-Qur’an

Di Palestina, tak peduli seberapa berat situasi yang dihadapi oleh penduduknya, selalu terlahir generasi para pecinta Al-Qur’an. Salah satu kota di palestina yang terkenal dengan banyaknya jumlah penghafal Al-Quran adalah Jalur Gaza. Gaza merupakan salah satu kota yang paling memprihatinkan di Palestina karena masalah ekonomi, kesehatan, politik, dan lainnya yang terus bertambah parah dari waktu ke waktu. Gaza bahkan diberi julukan “Penjara Terbesar di Dunia” karena telah menjadi korban blokade Israel selama lebih dari 17 tahun, ditambah dengan agresi bertubi-tubi yang seringkali menargetkan penduduk sipil dan fasilitas-fasilitas umum.
Di tengah tumpukan masalah yang terus bermunculan tanpa henti di Jalur Gaza, semestinya kita merasa malu saat mengetahui bahwa penduduknya amat sangat memuliakan Al-Qur’an, sedangkan kita yang hidup damai di sini mungkin masih sering lalai untuk rutin mengulang hafalan atau bahkan terlupa untuk meluangkan waktu membaca Al-Qur’an.
Di Gaza, setiap keluarga memiliki prinsip “Satu Keluarga, Satu Penghafal Al-Qur’an”. Bukan sekadar slogan, prinsip tersebut nyatanya benar-benar diwujudkan oleh warga Gaza, salah satunya terbukti dari kisah keluarga Osama yang sebelumnya telah diuraikan. Di Gaza, menghafal Al-Quran tidak dibatasi oleh usia, gender, maupun profesi. Dari balita hingga lansia, perempuan atau laki-laki, nelayan atau tentara, semuanya tetap mengutamakan Al-Qur’an di atas segalanya.
Dari tahun ke tahun, Jalur Gaza juga selalu melaksanakan wisuda bagi ratusan penghafal Al-Qur’an yang telah menuntaskan hafalannya. Pada tahun 2019, lebih dari 700 orang diwisuda setelah menyelesaikan hafalan 30 Juz. Tahun 2021, total penduduk Gaza yang sudah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an adalah sekitar 50.000 orang, sementara sekitar 300.000 penduduk lainnya sedang dalam proses menghafal. Tahun 2022, Direktorat Wakaf memberikan penghargaan kepada 123 penghafal Al-Qur’an yang memenuhi nilai minimal 90% atau memperoleh predikat mumtaz (sangat baik), dan melaksanakan wisuda bagi 581 hafiz Qur’an di Jalur Gaza pada tahun yang sama.
Banyaknya hafiz Al-Qur’an yang terlahir di Jalur Gaza dan Palestina pada umumnya, tentu tidak bisa terlepas dari peran keluarga dan pemerintah dalam mendukung proses menghafal Al-Qur’an bagi penduduknya, terutama bagi anak-anak. Salah satu program menghafal Al-Qur’an yang setiap tahun selalu diadakan adalah Qur’an Summer Camp.




Mulia dengan Al-Qur’an, Terhormat dengan Ilmu Pengetahuan

Meskipun anak-anak Palestina sejak kecil telah diajarkan untuk menghafal Al-Qur’an, mereka juga tetap mempelajari ilmu-ilmu akademik seperti yang diajarkan di sekolah-sekolah lain pada umumnya. Di tengah padatnya kegiatan menghafal Al-Qur’an ditambah dengan situasi kota yang tidak selalu kondusif, anak-anak Palestina terbukti mampu mempelajari ilmu-ilmu akademik dengan baik, bahkan seringkali meraih prestasi baik di tingkat sekolah, nasional, maupun internasional.
Salah satunya momen pembuktian prestasi anak-anak palestina adalah ketika pengumuman ujian Tawjihi. Ujian Tawjihi adalah ujian akhir bagi para peserta didik sekolah menengah di Palestina. Kelulusan ujian Tawjihi menjadi syarat bagi seluruh siswa di Palestina untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas.
Pada tahun 2022, sebanyak 58.107 siswa dinyatakan lulus ujian Tawjihi sedangkan pada tahun sebelumnya, sebanyak 59.128 dinyatakan lulus. Para siswa yang dinyatakan lulus mayoritas meraih nilai yang memuaskan, bahkan jauh di atas rata-rata. Oleh karena itu, tak heran jika setiap tahunnya pengumuman ujian Tawjihi selalu dirayakan dengan meriah. Pengumuman biasanya dirayakan dengan membuat dan membagikan manisan kepada orang-orang, melakukan konvoi di jalanan, kemudian dilanjutkan dengan berkumpul bersama teman-teman dan dan membuat perayaan sendiri bersama keluarga.
Video perayaan ujian Tawjihi:
توزيع الحلويات بالقدس القديمة احتفالاً بنتائج الثانوية العامة pic.twitter.com/n66o5e0bJ3
— القسطل الاخباري | القدس (@AlQastalps) July 30, 2022
شاهد الأجواء الاحتفالية في عصيرة الشمالية بنابلس، ابتهاجًا بنتائج الثانوية العامة. pic.twitter.com/BePRpJbOiO
— شبكة قدس الإخبارية (@qudsn) July 30, 2022
Salah satu fakta mengejutkan saat pengumuman ujian Tawjihi tahun lalu adalah peraih juara umum Tawjihi yang ternyata merupakan seorang siswa yang berasal dari Jalur Gaza bernama Anas Al-Harazeen. Di tengah gempuran blokade yang agresi serta permasalahan yang datang bertubi-tubi di Jalur Gaza, ia berhasil mematahkan persepsi orang-orang dan membuktikan kepada dunia bahwa anak-anak Gaza juga bisa berprestasi.

Tahun lalu, seorang anak difabel Palestina juga berhasil meraih prestasi yang membanggakan saat ujian Tawjihi. Ia bernama Muhammad Badawi, seorang siswa yang menderita penyakit kanker. Akan tetapi, penyakitnya yang tak ringan tersebut tidak lantas membuatnya patah semangat untuk menggapai mimpinya. Hal tersebut terbukti dengan keberhasilannya lulus dari ujian Tawjihi dengan nilai rata-rata 71%.
Kelulusan Badawi dirayakan dengan meriah oleh keluarga dan teman-temannya. Karangan bunga dan makanan dikirimkan ke rumahnya, orang-orang juga beramai-ramai memutar lagu-lagu kesuksesan untuk dirinya. Omar Badawi, ayah Muhammad, tidak bisa menahan diri dari sukacita. Ia mengekspresikan kebahagiaan dan kebanggaannya pada putranya dengan mengatakan, “Kami telah banyak berupaya untuk pengobatan dan studi Badawi, sampai kami bisa menuai buahnya hari ini. Saya berharap ia bisa mencapai apa yang dia cita-citakan, dan semoga Allah akan segera memuliakannya dengan kesembuhan.”
Saat diwawancara, Badawi mengatakan, “Setelah 12 tahun belajar, dan 4 tahun sakit, saya akhirnya dapat menyelesaikan sekolah menengah. Di sinilah saya berada di puncak untuk mewujudkan impian saya belajar teknologi informasi di universitas. Saya berhasil mendapatkan rata-rata nilai ini meskipun mengalami kesulitan karena penyakit dan penurunan kesehatan saya sepanjang tahun. Akan tetapi saya bersikeras untuk sukses dan mencapai ambisi saya. Hari ini, saya berterima kasih kepada semua orang yang mendukung saya di sesi pertama dan kedua ujian serta komite pemeriksaan di dalam rumah sakit.” Dia menambahkan.

Tahun ini, sebanyak 87.000 siswa Palestina telah mengikuti ujian Tawjihi yang berlangsung pada bulan Juni lalu. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, ujian tahun ini pun tidak mudah bagi mereka, karena sejumlah wilayah di Palestina akhir-akhir ini selalu dibanjiri oleh serangan pasukan dan pemukim Israel, terutama di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Ujian Tawjihi tahun 2023 dimulai pada 9 Juni 2023, hanya berselang satu bulan sejak pasukan Israel melakukan agresi terhadap Jalur Gaza yang menewaskan 33 penduduk, termasuk 6 anak-anak, 3 perempuan, dan 2 lansia. Penantian siswa Palestina dalam menunggu pengumuman Tawjihi pada bulan Juli tahun ini juga terganggu akibat serangan mematikan Israel di kota dan desa pengungsian di Jenin yang menewaskan 12 penduduk, termasuk 5 anak-anak, dan melukai ratusan penduduk lainnya.
Akan tetapi, di tengah situasi yang seringkali tidak menentu, anak-anak Palestina terbukti merupakan generasi tangguh yang selalu bisa tumbuh dan berprestasi apa pun kondisi yang menimpa mereka. Seperti anak-anak lainnya di seluruh dunia, mereka tentunya juga memiliki mimpi dan cita-cita di masa depan, hanya saja suara lantang mereka dalam meneriakkan impian kepada dunia seringkali dibungkam dengan dentuman bom yang silih berganti dan ditutupi dengan asap hitam yang menggelapkan pandangan.
Tapi mereka bukan anak-anak biasa, mereka adalah anak-anak Palestina. Mereka lahir dari rahim perempuan-perempuan tangguh dan mewarisi darah pejuang. Mereka menapaki Tanah Para Nabi yang suci, tumbuh di antara rimbunnya pohon zaitun yang akarnya menghujam bumi, akrab dengan suara azan dan lantunan ayat-ayat suci dari Masjid Al-Aqsa yang diberkahi. Mereka bukan anak-anak biasa, mereka adalah anak-anak Palestina yang mengemban amanah dari generasi ke generasi: membebaskan tanah suci dari cengkeraman keji penjajah Zionis.
Salsabila Safitri, S.Hum.
Penulis merupakan Relawan Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI.
Sumber:
http://www.womenfpal.com/news/2022/12/4/غزة-تتوج-اسامة-اصغر-حافظ-للقران-بعمر-6سنوات
https://safa.ps/post/339030/أوقاف-الوسطى-ت-كرم-123-حافظ-ا-وحافظة-للقرآن-خلال-
https://www.palinfo.com/news/2021/7/27/شهادة-مشاهرة-بدعم-والدها-الاسير-القسامي-ت-تم-حفظ-كتاب-الله
http://www.womenfpal.com/news/2021/8/3/نتائج-عدد-من-ابناء-الشهداء-والاسرى-في-الثانوية-العامة
http://www.womenfpal.com/news/2021/8/4/سارة-الزبدة-شقيقي-ووالدي-كانا-مصدر-الهام-للتفو-ق
https://www.#/20220903-gaza-honours-581-quran-reciters/
https://qudsnen.co/video-pictures-palestinian-students-celebrate-tawjihi-results/
https://www.#/20220801-palestine-education-announce-secondary-schools-results/
https://www.#/20210803-71-of-palestinian-students-passed-the-tawjihi-high-school-exam/ pengumuman tawjihi 2021
https://www.#/20230616-gaza-launches-quran-courses-for-the-summer-holidays/
https://www.#/20200705-gaza-restarts-classes-to-teach-the-quran/
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini








