Beberapa bagian garis pantai Mediterania Gaza telah mulai berubah warna menjadi coklat. Hal ini meningkatkan kekhawatiran di kalangan para ahli kesehatan tentang penyebaran limbah yang tidak diolah dan potensi wabah penyakit di daerah tersebut.
Citra satelit yang dianalisis oleh BBC Arabic mengungkap pembuangan limbah dalam jumlah besar di lepas pantai Deir Al-Balah. Abu Yazan Ismael Sarsour, kepala komite darurat Deir Al-Balah, mengatakan, “Hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah pengungsi dan banyak yang menyambungkan pipa mereka sendiri ke sistem drainase air hujan.”
Selain itu, pakar lingkungan dari Pax for Peace, Wim Zwijnenburg, mengonfirmasi setelah meninjau citra satelit bahwa air limbah dari kamp-kamp yang penuh sesak mengalir ke laut.
Tumpahan limbah yang terekam dalam citra satelit pada tanggal 2 Agustus meliputi area seluas lebih dari dua kilometer persegi. Tumpahan tersebut pertama kali terlihat pada bulan Juni dan terus meluas selama dua bulan berikutnya. Tidak jelas apakah pencemaran pesisir terus menyebar, karena data satelit terkini tidak tersedia.
Pada bulan Juni, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa “67 persen fasilitas dan infrastruktur air serta sanitasi telah hancur atau rusak” di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
Laporan tersebut merinci sejumlah insiden di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki. Di Gaza, situasi air sudah buruk sebelum Israel melancarkan serangan militernya pada 7 Oktober, sehingga serangan udara Israel telah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur penting Gaza pada saat ini. Salah satu insiden terburuk adalah penghancuran sebagian panel surya yang memberi daya pada pabrik pengolahan air limbah yang melayani satu juta orang.
Unit militer Israel yang bertugas mengawasi kebijakan sipil di wilayah Palestina yang diduduki (COGAT) mengklaim bahwa satuan tugas kemanusiaan khusus telah bekerja untuk memperbaiki sistem pembuangan limbah Gaza. Namun, klaim ini tidak dapat diverifikasi secara independen karena Israel membatasi akses ke Gaza dengan jurnalis independen hanya diizinkan masuk saat berada di dalam militer Israel.
Namun, para ahli kesehatan menyuarakan kekhawatiran mengenai risiko penyakit yang ditularkan melalui air di Gaza, khususnya setelah seorang bayi berusia sepuluh bulan lumpuh akibat virus polio tipe 2, kasus pertama di wilayah tersebut dalam 25 tahun.
Badan-badan PBB telah meminta Israel untuk menyetujui jeda kemanusiaan selama tujuh hari atas pengeboman Gaza untuk memungkinkan kampanye vaksinasi dilanjutkan di daerah kantong itu.
Oxfam melaporkan bahwa seperempat penduduk Gaza telah jatuh sakit karena penyakit yang ditularkan melalui air.
Lama Abdul Samad, pakar air dan sanitasi di Oxfam, mengatakan kepada BBC, “Kita melihat krisis kesehatan yang dahsyat terjadi di depan mata kita. Polio adalah penyakit yang ditularkan melalui air dan berhubungan langsung dengan situasi sanitasi.”
“Infrastruktur sanitasi telah rusak parah hingga membanjiri jalan-jalan dan lingkungan sekitar, sementara masyarakat (Gaza) kini tinggal di dekat genangan air limbah,” tambahnya.
Catatan terbaru mengenai kekerasan terkait air ini menambah bukti yang semakin banyak mengenai pelanggaran sistematis hak-hak Palestina di bawah pendudukan Israel, yang menurut Mahkamah Internasional (ICJ) adalah ilegal dalam putusan penting bulan lalu.
Sumber: https://www.#
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini








