Di Ibu Kota Tunisia, relawan terus berdatangan untuk mencatat dan menerima sumbangan bagi Maghreb Sumud Flotilla, salah satu dari empat kelompok koalisi Global Sumud Flotilla yang bertujuan memecah blokade Israel atas Gaza. Donasi yang terkumpul, mulai dari obat-obatan, susu bayi, hingga pesan-pesan penuh kasih dari anak-anak Tunisia untuk anak-anak Gaza, telah dipaketkan rapi ke dalam kardus-kardus.
Awalnya kapal direncanakan berangkat pada Kamis (4/09) lalu, namun armada Tunisia menunggu kedatangan rombongan dari Spanyol yang dipimpin antara lain oleh aktivis iklim Greta Thunberg. Kapal-kapal dari Barcelona sempat tertunda akibat badai, sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju Tunisia. Armada dari Sisilia juga dijadwalkan bergabung pada Ahad, sebelum bersama-sama berlayar menuju timur Mediterania.
Menurut data pelacakan satelit, hampir 20 kapal dalam armada ini telah tiba di perairan Tunisia pada Ahad (8/09) malam. Flotilla ini merupakan gabungan dari berbagai organisasi internasional, termasuk Freedom Flotilla Coalition, Global Gaza Movement, Sumud Convoy, dan Sumud Nusantara dari Malaysia. Secara keseluruhan, ratusan aktivis dari 44 negara ikut serta, di antaranya dokter, pengacara, influencer media sosial, dan politisi.
Persiapan berlangsung di banyak kota Tunisia, seperti Tunis, Bizerte, Sousse, Sfax, Beja, hingga Gabes. “Orang Tunisia tidak lagi menganggap jauh Palestina. Palestina terasa dekat,” kata seorang relawan bernama Sahraoui. Hal itu tercermin dari gelombang solidaritas yang terlihat. Ada banyak warga dari berbagai latar belakang berbaris memberikan donasi, meski hanya 5–10 dinar, jumlah kecil namun sangat berarti.
Flotilla ini bukan yang pertama. Sejak 2010, tujuh armada serupa berusaha menembus blokade, namun semuanya dicegat atau diserang Israel, bahkan ada yang diserang dengan drone bersenjata hanya beberapa kilometer dari Malta. Meski begitu, para peserta tetap teguh. Mereka sadar bahwa Israel bisa saja menghadang dengan cara kekerasan, apalagi setelah Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengancam akan melabeli peserta flotilla sebagai “teroris”.
Para aktivis menegaskan bahwa intimidasi ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan Konvensi Jenewa. Mereka menolak mundur dan menegaskan bahwa blokade Gaza bukan lagi sekadar isu Palestina, melainkan krisis moral global yang menuntut keterlibatan kemanusiaan dalam skala yang lebih luas.
Genosida Israel yang berlangsung hampir dua tahun ini telah membunuh lebih dari 62.000 warga Gaza dan memicu kelaparan massal. Kejahatan tersebut direspons oleh para relawan dari seluruh dunia dengan meluncurkan armada bantuan terbesar yang pernah berlayar menuju Gaza. Relawan berharap, jika Israel kembali menyerang atau menghadang, solidaritas dunia akan bangkit lebih kuat.
Sumber:
Aljazeera, Palinfo