Cucu Amina Ashkinan sedang bermain di depan rumah mereka di Kamp Pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara pada Sabtu (6/8) ketika serangan Israel datang. Cucu perempuannya, Mayar (10 tahun), terkena pecahan peluru di bagian perut. Cucunya yang lain, Ahmed (9 tahun), mengalami luka di sekujur tubuhnya. Kedua anak itu dilarikan ke RS Al-Shifa di Kota Gaza. Mereka hanya dua dari lusinan warga Palestina yang dibawa ke rumah sakit utama di Jalur Gaza selama pengeboman terbaru Israel di daerah kantong yang diblokade.
Mayar langsung dibawa ke ruang operasi. Kondisi Mayar dan saudara laki-lakinya telah stabil tetapi Ashkinan masih khawatir. Sebab, selama berhari-hari, pejabat kesehatan Palestina telah mengeluarkan peringatan tentang penghentian penyediaan layanan medis akibat kurangnya bahan bakar untuk mengoperasikan generator listrik di rumah sakit dan fasilitas kesehatan di seluruh Gaza. Pembangkit listrik satu-satunya di Jalur Gaza telah ditutup pada Sabtu, beberapa hari setelah Israel menghentikan rencana pengangkutan bahan bakar ke wilayah tersebut.
“Situasinya sangat menyedihkan dan tak terbayangkan,” kata Ashkinan (65) di rumah sakit. “Tidak ada manusia yang dapat menanggung apa yang kami tanggung dari perang yang terjadi melawan warga sipil yang tak berdaya. Atau dari pemadaman listrik yang terus-menerus, atau kehabisan bahan bakar. Apa salah kami, dan apa salah anak-anak kami, hingga semua ini terjadi pada mereka?” tambahnya.
Di ruangan lain di RS Al-Shifa, Suad al-Bis (5), berbaring telentang. Gadis kecil itu terluka pada Sabtu ketika serangan Israel menghantam sebidang tanah kosong di sebelah rumah keluarganya di Desa Badui Beit Hanun, yang dikenal sebagai Erez oleh orang Israel, di Jalur Gaza utara. “Karena pengeboman itu, cucu perempuan saya jatuh tengkurap dengan kencang sedemikian rupa sehingga secara langsung mempengaruhi limpanya,” kata neneknya.
Gadis kecil itu awalnya dirawat di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, sebelum dibawa ke Al-Shifa karena kerumitan kondisinya dan kekurangan layanan medis di sana. “Para dokter meyakinkan kami bahwa kondisinya akhirnya stabil,” kata sang nenek. “Tapi masih ada kekhawatiran apakah dia akan bisa makan dan minum dan akan terus diawasi,” tambahnya. “Para dokter di sini melakukan segala yang mereka bisa untuk membantu yang terluka. Akan tetapi keterbatasan kemampuan dan tekanan yang tidak berhenti, menguras mereka.” “Kami adalah orang-orang sederhana; kami duduk di rumah kami dengan aman, dan [dalam] setiap perang kami menjadi sasaran pemindahan dan pengeboman. Kami sangat lelah.” tambahnya.
Sumber:
***
Tetaplah bersama Adara Relief International untuk anak dan perempuan Palestina.
Kunjungi situs resmi Adara Relief International untuk berita terbaru Palestina, artikel terkini, berita penyaluran, kegiatan Adara, dan pilihan program donasi.
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina.
Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.

Klik disini untuk cari tahu lebih lanjut tentang program donasi untuk anak-anak dan perempuan Palestina.





