Program Pangan Dunia (WFP) telah memperingatkan bahwa pihaknya terpaksa mengurangi jatah bantuan bagi penduduk Rafah yang telah melarikan diri dari pengeboman Israel di Rafah.
“Keluarga yang meninggalkan Rafah kini berada di daerah yang kekurangan air bersih, pasokan medis, bahan bakar, dan bantuan makanan yang terbatas,” kata badan PBB itu dalam sebuah postingan di X (Twitter).
Untuk menjangkau sebanyak mungkin orang dengan sumber daya yang lebih sedikit, WFP terpaksa mengurangi jatah makanan dan memprioritaskan makanan hangat di dapur komunitas.
Kelompok yang dikenal sebagai Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan, atau FEWS NET, mengatakan bahwa ambang batas kelaparan di Gaza telah terpenuhi atau terlampaui di Gaza utara pada bulan April.
Kelompok tersebut memperingatkan bahwa kelaparan kemungkinan akan terus berlanjut setidaknya hingga Juli jika tidak ada perubahan mendasar dalam cara bantuan pangan didistribusikan dan diakses setelah memasuki Gaza.
Dikatakan bahwa banyak orang, termasuk anak-anak, meninggal akibat kelaparan di seluruh wilayah yang dijajah. Warga Palestina di Gaza semakin banyak yang melakukan tindakan putus asa dalam upaya untuk tetap hidup, kata direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Selasa.
“Ada orang yang sekarang mengonsumsi makanan hewan, makan rumput, bahkan meminum air limbah,” kata Hanan Balkhy, seperti dilansir AFP.
“Anak-anak hampir tidak bisa makan, sementara truk bantuan berbaris di luar Rafah,” kata Balkhy, yang mendesak Israel untuk membuka perbatasan tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi hak asasi manusia mengatakan bahwa Israel terus memblokir dan menghalangi bantuan memasuki Jalur Gaza yang terkepung, sehingga mendorong penduduk Palestina menuju kelaparan.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini






