Hamas menyerahkan jenazah seorang tawanan Israel kepada Palang Merah di Jalur Gaza pada Senin (27/10), sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tawanan yang disepakati pada 10 Oktober lalu. Jenazah tersebut menjadi bagian dari 28 tahanan Israel yang terbunuh sejak 7 Oktober 2023, sementara 20 tahanan hidup telah lebih dulu dibebaskan.
Menurut pernyataan resmi militer Israel, peti jenazah diserahkan kepada pasukan di Gaza dan akan dibawa ke Israel untuk upacara militer, identifikasi forensik, dan pengembalian kepada keluarga. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa upaya pemulangan seluruh tawanan akan terus dilanjutkan “hingga yang terakhir kembali.”
Sumber di dalam Hamas membenarkan penyerahan tersebut dan menyebut bahwa kelompoknya berkomitmen menyelesaikan tahap pertama kesepakatan gencatan senjata, termasuk pengembalian seluruh jenazah tawanan Israel dan warga asing. Namun, juru bicara Hamas Hazem Qassem menegaskan bahwa proses pencarian terhambat oleh kehancuran besar akibat agresi Israel, yang membuat banyak lokasi sulit dikenali.
Untuk membantu proses pencarian, tim gabungan dari Hamas, Mesir, dan Palang Merah diizinkan Israel untuk menyeberang ke wilayah yang mereka kuasai di Gaza–wilayah yang kini dikenal sebagai “garis kuning”, guna mencari 13 jenazah yang masih hilang. Tim tersebut dilengkapi alat berat yang dikirim Mesir untuk memindahkan reruntuhan.
Di sisi lain, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengonfirmasi bahwa penyerahan jenazah ini merupakan bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan. Seorang sumber perlawanan menyebut hambatan utama dalam proses pemulangan adalah minimnya peralatan dan sumber daya, seraya menegaskan kesediaan Hamas untuk mempercepat pemulangan bila dukungan logistik tersedia.
Sementara itu, tentara Israel menyerahkan 50 jenazah warga Palestina kepada pihak Gaza melalui Palang Merah. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa seluruh jenazah menunjukkan tanda-tanda penyiksaan dan eksekusi lapangan. Dengan penyerahan terbaru ini, jumlah jenazah yang dikembalikan Israel sejak gencatan senjata mencapai 245 orang, sementara 41 jenazah tak dikenal telah dimakamkan secara massal karena rusak parah dan sulit diidentifikasi.
Secara keseluruhan, 472 jenazah telah ditemukan di seluruh Gaza sejak gencatan senjata dimulai, termasuk 123 jenazah yang masih belum teridentifikasi. Otoritas Gaza meminta keluarga korban memberikan data untuk membantu proses identifikasi, di tengah keterbatasan bahan bakar, kerusakan besar, dan sulitnya akses ke reruntuhan bangunan.
Organisasi Euro-Med Human Rights Monitor mengecam penahanan dan pengembalian jenazah tanpa informasi jelas sebagai bentuk hukuman kolektif dan pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional. Israel juga dinilai menghalangi penyelidikan forensik independen dengan menolak masuknya peralatan dan bahan untuk autopsi dan tes DNA.
Sejak awal agresi pada 7 Oktober 2023, lebih dari 68.500 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah terbunuh, sementara 170.000 lainnya terluka. 90% infrastruktur sipil Gaza hancur, dan biaya pemulihan wilayah itu diperkirakan mencapai 70 miliar dolar AS menurut data PBB.
Sumber: The New Arab, Qudsnen, Palinfo





![Pemandangan dari Sheikh Ridwan di Kota Gaza, Gaza, menunjukkan kerusakan parah yang ditinggalkan setelah tentara Israel mundur menyusul perjanjian gencatan senjata, pada 25 Oktober 2025. [Mahmoud Abu Hamda – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/10/AA-20251026-39523597-39523583-DAILY_LIFE_IN_GAZAS_SHEIKH_RIDWAN_NEIGHBORHOOD_AFTER_CEASEFIRE-1-1-120x86.webp)


