Program Pangan Dunia (WFP) dan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) memperingatkan bahwa keluarga-keluarga di Jalur Gaza kini tidak mengetahui dari mana mereka dapat memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga mereka, di tengah blokade mencekik yang diberlakukan Israel selama lebih dari tujuh minggu terakhir.
Dalam pernyataannya di platform X (Twitter) pada Ahad (20/04), WFP mendesak semua pihak untuk mengutamakan kebutuhan warga sipil, melindungi para pekerja kemanusiaan, dan segera membuka akses bantuan ke Jalur Gaza. Mereka menyertakan video bertuliskan “Toko roti ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut” dan “Gaza butuh makanan.”
Sejak 2 Maret, Israel telah menutup semua pintu masuk ke Gaza, menghentikan pasokan makanan, obat-obatan, bantuan medis, dan barang kebutuhan lain. Akibatnya, kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut memburuk secara drastis. Menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina, sejak Israel kembali melanjutkan serangan besar-besaran pada 18 Maret, sebanyak 1.827 warga Palestina terbunuh dan 4.828 lainnya luka-luka—mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.
UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, melaporkan bahwa sebanyak 420.000 orang telah mengungsi kembali sejak pertengahan Maret akibat serangan baru Israel. Mereka juga menegaskan bahwa blokade kali ini lebih brutal daripada periode awal pasca serangan 7 Oktober 2023.
Sementara itu, di ruang perawatan neonatal RS Nasser, Khan Yunis, tubuh-tubuh mungil bayi terbaring lemah dalam inkubator, tanpa tangisan, hanya sunyi dan erangan lirih. Rumah sakit tersebut mengalami krisis akut pasokan susu formula, popok, dan kebutuhan dasar lain untuk bayi. Hal ini diperparah oleh kondisi gizi buruk para ibu selama kehamilan yang berdampak langsung pada kesehatan bayi.
Dokter anak Fidaa Al-Nadi menyebut bahwa bayi-bayi yang selamat dari serangan bom kini terancam kehilangan nyawa karena kelaparan akibat pengepungan dan blokade yang ia sebut sebagai bagian dari perang pemusnahan Israel yang didukung AS. “Setiap keterlambatan akan menambah jumlah korban jiwa,” ujarnya, sembari mendesak pembukaan segera pintu perbatasan Gaza.
UNICEF juga memperingatkan bahwa 21 pusat pengobatan anak telah ditutup sejak 18 Maret akibat perintah evakuasi atau serangan langsung. Sebanyak 350 anak kini terancam mengalami malnutrisi parah. Suplemen makanan untuk bayi di Gaza tengah dan selatan telah benar-benar habis. UNICEF memperkirakan hampir 10.000 bayi di bawah usia enam bulan sangat membutuhkan nutrisi tambahan, namun keluarga mereka terpaksa menggunakan pengganti tidak aman yang dibuat dengan air terkontaminasi.
Direktur Komunikasi UNRWA, Juliette Touma, menyatakan bahwa “anak-anak dan bayi di Gaza tidur dalam keadaan lapar.” Krisis ini terjadi sementara sistem kesehatan Gaza runtuh total akibat serangan militer Israel dan pemblokadean total terhadap pasokan medis.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyatakan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza saat ini adalah yang terburuk sejak perang dimulai. Penutupan total akses bantuan sejak 2 Maret semakin memperparah keadaan. Setelah 18 tahun diblokade, sekitar 1,5 juta dari 2,4 juta penduduk Gaza kini kehilangan tempat tinggal, dan wilayah itu telah memasuki fase kelaparan menyeluruh.
Didukung oleh Amerika Serikat, militer pendudukan Israel terus melakukan genosida yang telah membunuh atau melukai lebih dari 167.000 warga Palestina—mayoritas adalah perempuan dan anak-anak—dengan lebih dari 11.000 lainnya dilaporkan hilang.
Sumber:
https://english.palinfo.com
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini






