Otoritas Energi dan Sumber Daya Alam Palestina melaporkan bahwa lebih dari dua juta warga Gaza kini hidup dalam kondisi kemanusiaan yang sangat kritis akibat pemadaman listrik hampir total selama dua tahun di bawah agresi genosida Israel. Total kerugian sektor energi di Gaza diperkirakan telah melampaui 750 juta dolar AS sejak awal serangan pada Oktober 2023.
Dalam pernyataannya pada Rabu (8/10), otoritas tersebut menyebut bahwa kerusakan langsung maupun tidak langsung mencapai ratusan juta dolar akibat serangan sistematis pasukan pendudukan Israel (IOF) terhadap jaringan listrik, pembangkit tenaga, dan sistem energi surya di seluruh wilayah Gaza.
Ratusan kilometer jaringan listrik dan jalur distribusi hancur akibat pengeboman berulang, sementara IOF melarang masuknya bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pembangkit listrik Gaza. Akibatnya, hampir seluruh aspek kehidupan lumpuh total dari layanan kesehatan hingga aktivitas ekonomi.
Pemadaman listrik berkepanjangan telah melumpuhkan rumah sakit, mengancam nyawa pasien di ruang operasi, ICU, dan penyimpanan obat-obatan. Selain itu, pemadaman juga menghentikan sistem air bersih dan sanitasi, komunikasi, pendidikan, serta aktivitas industri dan perdagangan, memperdalam kehancuran ekonomi dan krisis kemanusiaan di Gaza.
Perusahaan Distribusi Listrik Gaza menghadapi kesulitan besar dalam menghidupkan kembali pembangkit listrik, karena tidak dapat mendatangkan bahan bakar dan peralatan perawatan. Tim teknis pun dilarang mengakses area yang rusak akibat kondisi lapangan yang tidak aman dan ancaman serangan berulang.
Sebagai upaya mempertahankan layanan penting, Otoritas Energi berhasil mengaktifkan kembali jalur Kissufim untuk menyalurkan listrik ke pabrik desalinasi di Deir al-Balah dan memulihkan daya di fasilitas desalinasi selatan di Gaza tengah, yang meningkatkan produksi air bersih hingga delapan kali lipat. Fasilitas-fasilitas ini kini menjadi sumber utama air bagi penduduk Gaza.
Otoritas Energi menegaskan komitmennya untuk memperbaiki jalur listrik menuju perbaikan fasilitas vital lainnya dan memperkuat respons kemanusiaan di tengah keterbatasan ekstrem. “Pemulihan listrik adalah prioritas nasional dan kemanusiaan,” tegas lembaga tersebut, seraya menyerukan kepada komunitas internasional untuk menunaikan tanggung jawab moral, hukum, dan kemanusiaannya terhadap rakyat Gaza, serta membantu memulihkan infrastruktur yang dihancurkan oleh agresi Israel.
Sumber: Palinfo



![Tank dan kendaraan militer Israel terlihat dikerahkan bersama beberapa kendaraan militer, helikopter, dan drone yang berpatroli di sepanjang wilayah perbatasan menyusul penerapan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza dan penarikan pasukan Israel di dalam garis kuning di Sderot, Israel pada 14 Oktober 2025. [Mostafa Alkharouf – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251014-39412414-39412391-GAZAISRAEL_BORDER_REGION_FOLLOWING_THE_CEASEFIRE-1-1-120x86.webp)
![Seorang gadis Palestina yang terusir memegang boneka sambil bermain di luar tenda keluarganya di kamp pengungsian dekat pelabuhan di Kota Gaza, pada 19 Oktober 2025. [Foto oleh Majdi Fathi/NurPhoto via Getty Images]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/GettyImages-2241666942-1-120x86.webp)
![Warga Palestina, termasuk anak-anak, menunggu dengan panci untuk menerima makanan hangat yang didistribusikan oleh lembaga amal, sementara mereka berjuang melawan kelaparan akibat blokade makanan Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Kota Gaza, Gaza pada 21 Oktober 2025. [Moiz Salhi – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251021-39476504-39476501-HOT_MEAL_DISTRIBUTED_TO_PALESTINIANS_STRUGGLING_WITH_HUNGER_IN_GAZA-1-120x86.webp)


