Tunis—Setelah hampir dua pekan menanti kabar keberangkatan menuju Gaza, delegasi Indonesia justru memberikan kuotanya bagi negara lain (12/9).
Sejak 31 Agustus 2025, Global Peace Convoy (GPC) Indonesia yang terdiri dari wakil NGO, publik figur,medis, dan jurnalis, telah berangkat ke Tunisia untuk bergabung dalam Global Sumud Flotilla (GSF) – misi maritim terbesar yang diikuti lebih dari dari 1.000 lebih peserta dari 47 negara dengan sekitar 80 kapal.

Misi Global Peace Convoy Indonesia
Sejak awal, misi GPC Indonesia sejalan dengan Global Sumud Flotilla, yaitu:
- Menembus blokade Gaza dan membuka koridor kemanusiaan.
- Menggugah kesadaran dunia terhadap genosida bangsa Palestina di Gaza.
Persoalan yang dihadapi
Selama hampir dua pekan di Tunisia, peserta GPC Indonesia aktif mengikuti pelatihan, berkoordinasi lintas negara, serta menyiapkan berbagai hal untuk pelayaran. Namun perjalanan besar ini menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks.
- Kendala teknis kapal yang belum layak berlayar jauh.
- Cuaca ekstrim yang menyebabkan kerusakan pada kapal, termasuk armada GSF dari Spanyol yang singgah di Tunisia.
- Dengan demikian, jumlah kapal siap layar berkurang banyak, sementara peserta terus membludak. Steering committee Globwl Sumud Flotilla (SC GSF) memutuskan untuk mengurangi jumlah peserta, sesuai dengan ketersediaan kapal

Sikap Global Peace Convoy Indonesia
- Memberikan jatah kursi peserta indonesia kepada peserta internasional lain.
- Keputusan ini diambil sebagai langkah strategis untuk lebih menjamin kesuksesan misi global sumud flotilla yang terus diperjuangkan bersama.
Sikap GPC Indonesia dipuji steering committee Global Sumud Flotilla sebagai bentuk sikap kontingen relawan yang memahami misi GSF. “Delegasi Indonesia merupakan contoh baik tentang pemahaman masyarakat terhadap misi ini. Mereka memberikan kontribusi finansial yang besar dan berkampanye di dalam dan luar negeri untuk menyukseskannya dan menyumbangkan 30 kuota mereka untuk memberi tempat bagi semua orang.’ tulis Melanie Schweizer dalam pernyataan SC GSF pada anal resmi SGF di Signal.
Bagaimana perasaan delegasi Indonesia?
Seiring dengan pernyataan GPC, dalam wawancaranya Maryam menyatakan bahwa, “Jika ditanya apakah sedih? Jawabannya pasti. Tapi kita sudah siap berangkat dengan segala kemungkinan termasuk gagal berangkat“.
Maryam melanjutkan, “Hal ini mengingatkan saya pada perjalanan di tahun 2009 menuju Gaza. Kondisinya persis seperti ini, 5 hari di Kairo tanpa kepastian, esok, esok, esok. Kemudian kembali menunggu di Al Arish 5 hari dan pada akhirnya gagal masuk”.
“Tapi Alhamdulillah, kegagalan kita membuahkan hasil. Dengan mudahnya kita bisa masuk di tahun 2012. Jadi ketidakikutsertaan kita di dalam kapal bukan berarti misi ini selesai. Justru—Masih banyak yang harus kita lakukan“.

Apa saja dukungan nyata masyarakat Indonesia?
- Telah mengirimkan 30 anak bangsa terbaiknya yang telah siap secara fisik dan mental untuk ikut serta langsung dalam misi penuh resiko ini.
- Menyumbang lima kapal untuk diikut sertakan dalam barisan armada Global Sumud Flotilla.
- Memberikan bantuan akomodasi bagi para peserta internasional selama di Tunisia.
Apakah perjuangan kita berhenti di sini?
Maryam menegaskan, “Tentu tidak, misi ini hanya salah satu bagian dari kontribusi kita untuk kemerdekaan Palestina. Bahkan dengan mengambil pelajaran dari kepanitiaan ini, bukan tidak mungkin Indonesia melakukan gerakan serupa. Indonesia bisa jadi pioneer di daerah Asia Tenggara dan mengajak negara lainnya”.
Kesimpulan
Bagi GPC Indonesia, jika GSF berhasil mencapai Gaza maka berarti blokade berhasil didobrak. Saat rilis ini ditulis, dengan masifnya keterlibatan bangsa dunia dalam kegiatan GSF, misi kedua sudah tercapai. Dengan ini, GPC INDONESIA kembali ke Indonesia untuk mempersiapkan misi berikutnya dengan serius, profesional, dan terencana, karena perjuangan membuka blokade Gaza adalah perjalanan panjang yang memerlukan kesabaran, strategi, dan kolaborasi berkelanjutan.
Tim Global Peace Convoy Indonesia berterima kasih pada Pemerintahan Indonesia yang diwakili Kedubes Indonesia di Tunisia atas seluruh bantuan, pengamanan, fasilitas yang diberikan.
Tim juga mengapresiasi dukungan, doa, dan keterlibatan bangsa Indonesia. Kerja kita terus kita lanjutkan.
Global Peace Convoy (GPC) Indonesia “Tidak ada kemerdekaan bagi dunia sebelum Palestina merdeka”.