Mandla Mandela, cucu dari Nelson Mandela sekaligus anggota parlemen Afrika Selatan, ikut serta dalam Global Sumud Flotilla menuju Gaza yang bertujuan menerobos blokade Israel dan menyalurkan bantuan kemanusiaan. Ia berangkat bersama sekitar 200 aktivis, politisi, dan seniman dari 44 negara, termasuk aktivis lingkungan Greta Thunberg.
Berbicara di Bandara Johannesburg sebelum menuju Tunisia, Mandela menegaskan bahwa rakyat Palestina hidup dalam kondisi apartheid yang lebih parah dibandingkan yang pernah dialami Afrika Selatan. “Apartheid runtuh di Afrika Selatan pada 1994 berkat tekanan global yang kuat. Kami percaya hal yang sama harus dilakukan untuk Palestina,” ujarnya.
Dalam konferensi pers di Tunis, Mandela juga mengecam diamnya PBB dan organisasi-organisasi Afrika terhadap genosida Israel di Gaza. Menurutnya, isu Palestina telah tersingkir dari agenda internasional, padahal situasi rakyat Gaza semakin genting.
Mandela menekankan bahwa flotilla ini bukan sekadar upaya membawa makanan dan bantuan, tetapi juga seruan untuk menghidupkan kembali solidaritas global. “Rakyat tertindas tidak punya pilihan selain melawan untuk mencapai kebebasan,” tegasnya, seraya mengingatkan bahwa rezim apartheid di Afrika Selatan dulu juga memaksa rakyat memilih antara menyerah atau berjuang.
Ia menutup dengan menegaskan bahwa Afrika, yang pernah mengalami kolonialisme dan rasisme berabad-abad, kini berdiri bersama Gaza dan seluruh Palestina yang sudah lama hidup di bawah blokade dan penjajahan.
Sumber: Palinfo, Qudsnen