Ketika majalah Glamour mengumumkan daftar Women of the Year 2025, daftar tersebut terasa bukan sekadar deretan nama selebritas, melainkan sebuah pernyataan moral bahwa keberanian dan suara hati masih berarti dalam budaya populer.
Di saat banyak figur publik memilih diam terhadap genosida Israel di Gaza, sosok Rachel Accurso yang dikenal sebagai Ms Rachel, dan Rachel Zegler, aktris film Snow White dan The Hunger Games justru melakukan hal sebaliknya. Keduanya menggunakan platform mereka untuk berbicara dengan keberanian, menunjukkan empati, dan berdiri bersama rakyat Palestina.
Rachel Accurso, atau Ms. Rachel, adalah pendidik dan kreator YouTube berusia 42 tahun yang dicintai jutaan anak dan orang tua berkat lagu-lagu dan pelajaran edukatifnya. Namun kali ini, ia menjadi sorotan bukan karena baju merah mudanya atau video bernyanyinya, melainkan karena sikap tegasnya mendukung rakyat Gaza.
Media sosial dipenuhi pujian ketika namanya diumumkan dalam daftar kehormatan Glamour. Seorang warganet menulis, “Pilihan Glamour yang menjadikan Ms Rachel sebagai Woman of the Year benar-benar menghangatkan hati.” Yang lain menulis, “Ms. Rachel menggunakan platform besar miliknya untuk mengubah cara orang melihat situasi di Gaza. Ia pantas mendapat penghargaan ini!”
Bagi banyak orang, penghargaan itu terasa seperti pembenaran moral setelah berbulan-bulan Ms. Rachel menghadapi serangan daring karena sikapnya terhadap agresi Israel di Gaza yang kini telah diakui PBB sebagai genosida, dengan lebih dari 68.000 warga Palestina terbunuh dan puluhan ribu lainnya terluka.
Dalam salah satu podcast, Ms Rachel pernah berkata, “Aku sering memikirkan rasa sakit yang akan kurasakan jika aku tahu bahwa aku tidak mengatakan apa-apa padahal bisa membantu.”
Pernyataan itu menggambarkan prinsip moral yang membuatnya tetap bersuara di tengah ketakutan banyak orang untuk berbicara.
Rachel Zegler: Menolak Diam meski Ditekan Disney
Penghargaan Glamour juga diberikan kepada Rachel Zegler, aktris muda pemeran Snow White dan The Hunger Games, yang selama ini dikenal karena keberaniannya menyuarakan “Free Palestine” di media sosial.
Pada Maret 2024, beredar laporan bahwa para eksekutif Disney berupaya membungkam Zegler setelah unggahannya di X (Twitter) pada Agustus 2024 yang bertuliskan “and always remember, free Palestine.”
Penolakannya untuk mencabut unggahan itu dikabarkan membuat produser film marah. Jonah Platt, putra dari produser Snow White, Marc Platt, bahkan menuduh Zegler–dalam komentar Instagram yang kini telah dihapus–sebagai salah satu penyebab film tersebut gagal di box office. Namun, Zegler tidak pernah mundur dari sikapnya.
Simbol Kemenangan Moral
Bagi banyak orang, masuknya dua Rachel dalam daftar Glamour menjadi momen penting di dunia hiburan, terutama ketika banyak artis, pendidik, dan influencer yang bersuara untuk Gaza justru dicabut kontraknya, kehilangan pengikut, atau masuk daftar hitam. Keduanya kini justru dihormati karena keteguhan moral mereka telah memberi harapan baru bagi publik yang lelah melihat sikap bungkam dan netral para selebritas.
Ms. Rachel sendiri kembali menjadi bahan perbincangan pada pekan setelah mengunggah video emosional di mobilnya. Ia menceritakan bahwa dirinya berusaha mengadakan pesta untuk Rahaf, seorang anak Palestina penyintas amputasi ganda akibat serangan udara Israel. Namun, tiga tempat acara menolak dengan alasan “situasinya rumit.”
Video itu viral, dan banyak warganet menulis, “Bayangkan merasa ‘tidak aman’ hanya karena seorang anak berusia tiga tahun. Aku belum pernah melihat dehumanisasi sekejam ini.”
Perubahan Budaya yang Mulai Terasa
Bagi para pendukung Palestina, kisah dua Rachel ini merupakan angin yang menyegarkan sekaligus kabar yang menggembirakan.
Momen ini juga mencerminkan gelombang solidaritas budaya yang terus tumbuh meski di tengah represi dan boikot: dari aksi mogok pelajar, protes di festival film, hingga musisi dunia yang mengenakan pin semangka di tur mereka.
Dengan demikian, penghormatan Glamour terhadap Ms. Rachel dan Rachel Zegler bukan sekadar apresiasi, melainkan juga penanda perubahan arus budaya populer, bahwa di tengah kebisuan industri hiburan, belas kasih dan keberanian masih bisa menjadi tren.
Sumber: MEE







