TANGERANG — Adara menghadiri workshop dari Al-Khair Foundations yang bertema “Urgent Humanitarian Response to Save Lives in Gaza” (01/11). Agenda ini bertempat di Hotel Episode Gading Serpong, Tangerang.

Workshop ini bertujuan untuk membahas kondisi kemanusiaan terkini di Gaza, kebutuhan mendesak, serta pemulihan Gaza. Tak hanya itu, workshop ini juga bertujuan untuk membangun kolaborasi antar lembaga kemanusiaan untuk menciptakan dampak yang lebih luas.
Syekh imam Qasim Rashid, Ketua Al-Khair Foundations turut menyampaikan sambutannya di workshop ini. Ia menceritakan sepak terjang Al-Khair Foundations hingga dipercaya sebagai lembaga kemanusiaan muslim berskala internasional.
Israel terus melanggar gencatan senjata
Sesi dimulai dengan penyampaian materi dari Dr. Adham Abu Selmiyah, seorang pakar kemanusiaan.
Ia menyampaikan bahwa meskipun telah terjadi gencatan senjata, tetapi jumlah truk bantuan yang bisa memasuki Gaza masih jauh dari kesepakatan. Hal ini diperparah dengan Israel yang hanya mengizinkan bantuan masuk melalui Kareem Abu Salim di Rafah, padahal ada lima pintu perbatasan. Hal ini sangat menghambat proses masuknya truk bantuan.
“Penjajah tidak membiarkan truk bantuan masuk, bahkan mereka mencegatnya di tengah jalan. Mereka tidak membiarkan makanan bergizi masuk ke Gaza, padahal sebanyak 70.000 anak di Gaza mengalami kekurangan gizi akut.”
Tentara Israel juga masih berada di Gaza dan mengepung rakyat Palestina. “Sebanyak 200.000 orang berada dalam 17.000 m2. Artinya, 1000 orang mengisi 1 km2.”
Genosida Tak Menyurutkan Semangat Gaza untuk Menempuh Pendidikan
Dr. Kamalain Shaath, Mantan Presiden Universitas Islam Gaza melanjutkan bahasan dengan pendidikan di Gaza. Meskipun kondisinya sangat sulit, tapi anak-anak di Gaza menunjukkan semangat tinggi dalam pendidikan.
Terbatasnya gedung sekolah membuat satu bangunan digunakan untuk tiga sekolah. Bahkan, terdapat gedung sekolah yang menampung siswa dari TK hingga perguruan tinggi. Terdapat metode pembelajaran daring dan luring yang menyesuaikan dengan kebutuhan. Ratusan tesis dan disertasi telah terbit selama agresi, menunjukkan bahwa pendidikan tak pernah padam di Gaza.
Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat besar baik secara kemajuan bangsa maupun stabilitas ekonomi. “Biayanya lebih murah ketimbang sektor lain, tapi memiliki dampak yang lebih besar,” tutur Dr. Kamalain.
Pentingnya Kolaborasi untuk Memenuhi Kebutuhan Mendesak Gaza

Muhammad Hanousy menuturkan bahwa kebutuhan mendesak Gaza terbagi menjadi sepuluh sektor: fasilitas umum; layanan air; layanan sanitasi dan air hujan; layanan kesehatan dan lingkungan; layanan jalan; pembangkit listrik dan energi terbarukan; mesin, minyak, suku cadang; ICT; biaya karyawan; dan pemerintah kota sementara.
“Bantuan di Gaza seringkali tidak tersampaikan dengan sistematis, sehingga koordinasi antar lembaga sebagai sebuah tim sangat penting untuk mengefektifkan dan mengefisienkan penyaluran bantuan,” papar Dr. Adham.
“Allah telah menjanjikan pada kita bagaimana akhir dari semua ini, tinggal apakah kita mau ambil peran atau tidak,” tegas Mansour Shouman, penyintas genosida Gaza.
			

![Anak-anak Palestina di kamp pengungsian di Lebanon sedang fokus menghafal Al Quran meski di tengah berbagai keterbatasan dan tantangan [Dok. Penyaluran Program HAQ Adara, 2025]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/10/Sequence-02.00_03_37_45.Still012-120x86.png)

![Federasi Israel mengklaim bahwa penolakan masuk tersebut menciptakan “situasi diskriminasi" [Sumber: The New Arab]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/10/5-120x86.jpeg)


![Tim Palang Merah mengantarkan jenazah 30 warga Palestina, yang ditahan oleh pasukan Israel dari berbagai wilayah Gaza selama perang dan diserahkan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, ke Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza, pada 30 Oktober 2025. [Abdallah Fs Alattar – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/11/AA-20251031-39575829-39575827-RED_CROSS_DELIVERS_BODIES_OF_PALESTINIANS_HANDED_OVER_UNDER_CEASEFIRE_DEAL-1-75x75.jpg)
