Sebuah studi yang dilakukan oleh UN Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA) mengungkap bahwa sekitar 54.600 anak di Gaza mengalami gizi buruk akut atau parah, demikian dilaporkan oleh The Lancet pada Rabu (8/10).
Gizi buruk akut, atau dikenal sebagai wasting, merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan ditandai dengan tubuh anak yang terlalu kurus dibandingkan tinggi badannya. Hal ini mencerminkan penurunan berat badan yang cepat serta kekurangan energi, protein, dan zat gizi penting lainnya. Kondisi tersebut dapat diukur melalui lingkar lengan atas anak menggunakan pita pengukur khusus, seperti yang dilakukan dalam studi UNRWA.
Anak-anak yang mengalami wasting membutuhkan perawatan rutin dengan makanan terapeutik selama beberapa minggu. Dalam kasus berat, diperlukan perawatan di rumah sakit. Namun, di Gaza, akses terhadap makanan terapeutik dan fasilitas medis sangat terbatas akibat blokade dan kerusakan infrastruktur.
Menurut Dr. Masako Horino, ahli epidemiologi gizi UNRWA sekaligus peneliti utama studi tersebut, kondisi sebelum Oktober 2023 sudah menunjukkan bahwa anak-anak dalam keluarga pengungsi Palestina di Jalur Gaza mengalami ketidakamanan pangan dan pola makan yang tidak beragam, meski saat itu mereka “hanya sedikit kekurangan berat badan.”
“Paradoks ini dapat dijelaskan karena mereka masih memiliki akses rutin terhadap bantuan pangan. Namun, setelah dua tahun perang dan pembatasan ketat terhadap bantuan kemanusiaan, puluhan ribu anak pra-sekolah kini menderita gizi buruk akut yang sebenarnya dapat dicegah dan menghadapi risiko kematian yang meningkat,” ujarnya.
Para pakar juga memperingatkan dampak jangka panjang yang serius terhadap generasi mendatang. Dalam pernyataan bersama, Zulfiqar Bhutta (Universitas Aga Khan), Jessica Fanzo (Universitas Columbia), dan Paul Wise (Universitas Stanford) menegaskan bahwa kelaparan di masa kanak-kanak dapat menyebabkan “konsekuensi lintas generasi, termasuk peningkatan risiko penyakit tidak menular dan penurunan harapan hidup.”
Temuan Studi
Dalam periode Januari 2024 hingga pertengahan Agustus 2025, staf UNRWA memeriksa 219.783 anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun di 16 pusat kesehatan dan 78 pos medis di tempat penampungan serta kamp pengungsi di lima wilayah Jalur Gaza.
Pengukuran dilakukan menggunakan indikator mid-upper arm circumference (MUAC), dan hasilnya diekstrapolasi ke total populasi anak di wilayah tersebut yang diperkirakan mencapai 346.000 anak.
Hasil studi menunjukkan peningkatan luar biasa dalam kasus wasting di antara anak-anak setelah masa blokade dan pembatasan bantuan yang parah. Namun, selama gencatan senjata enam minggu pada awal 2025, ketika bantuan kemanusiaan meningkat, angka wasting sempat menurun pada Maret 2025.
Pada 15 Agustus 2025, sistem Integrated Food Security Phase Classification (IPC) PBB secara resmi menyatakan terjadinya kelaparan di wilayah Kota Gaza, sementara wilayah lain di Jalur Gaza berada dalam kondisi kritis atau di ambang kelaparan.
Dr. Akihiro Seita, Direktur Kesehatan UNRWA sekaligus penulis senior studi tersebut, memperingatkan bahwa situasi akan terus memburuk jika agresi tidak dihentikan.
Selama agresi dan kelaparan dibiarkan terjadi, meski dunia mampu mencegahnya, tanpa gencatan senjata permanen dan akses penuh bagi layanan kemanusiaan, baik nutrisi, medis, ekonomi, maupun sosial, maka kemerosotan gizi anak dan peningkatan angka kematian di Jalur Gaza akan menjadi hal yang tak terhindarkan,” tegasnya.
Sumber: MEE