Pasukan Israel mencegat dan membajak sejumlah kapal yang tergabung dalam Armada Global Sumud, sebuah misi kemanusiaan internasional yang berupaya memecah blokade Israel atas Gaza. Para aktivis di atas kapal turut diculik, memicu gelombang kecaman dari berbagai negara.
Menurut penyelenggara, pasukan Israel mencegat armada pada Rabu (2/10), di sekitar 70 mil laut (130 km) dari pesisir Gaza. Sinyal komunikasi mereka ditanggung dan diputus ketika kapal-kapal semakin mendekati wilayah terblokade itu.
Juru bicara Global Sumud, Saif Abukeshek, mengonfirmasi bahwa 13 kapal telah dicegat dengan lebih dari 201 orang dari 37 negara di dalamnya. Tercatat ada 30 peserta dari Spanyol, 22 dari Italia, 21 dari Turki, dan 12 dari Malaysia. Secara keseluruhan, misi ini melibatkan lebih dari 40 kapal sipil dan sekitar 500 aktivis dari berbagai negara.
Armada tersebut membawa bantuan kemanusiaan seperti susu bayi, makanan, dan obat-obatan. Penyelenggara menegaskan misi mereka damai, non-kekerasan, dan mendesak. Namun Israel menuding armada memiliki kaitan dengan Hamas dan berupaya melanggar blokade lautnya.
Sebelum penyerangan, Italia, Spanyol, dan Turki menarik pengawalan militer serta pengawasan udara mereka. Italia menghentikan pengawalan kapal pada 30 September setelah mencapai batas 150 mil laut yang dinyatakan Israel sebagai area terlarang, dan mendesak peserta untuk menghentikan misi. Spanyol menyusul pada 1 Oktober dengan menarik kapal perang Furor, sementara Turki menarik drone pengintai Akinci pada hari yang sama. Hal ini membuat armada benar-benar tanpa perlindungan ketika Israel melancarkan serangan.
Padahal, sejak September armada telah berulang kali mendapat serangan drone dan bom api yang diduga berasal dari Israel sebagai upaya intimidasi. Meski demikian, para pemimpin flotilla menegaskan akan terus berlayar hingga bantuan mencapai Gaza, tempat lebih dari 66.000 warga Palestina telah terbunuh sejak Oktober 2023. Penyerangan Israel terhadap armada kemanusiaan ini memicu kecaman global:
- Malaysia: PM Anwar Ibrahim mengutuk keras tindakan intimidasi Israel terhadap kapal yang membawa warga sipil tak bersenjata dan bantuan hidup. Ia menilai Israel telah menunjukkan “penghinaan terhadap hati nurani dunia”.
- Irlandia: Menlu Simon Harris menyebut aksi Israel “sangat mengkhawatirkan” dan menegaskan misi ini damai untuk menyoroti krisis kemanusiaan di Gaza.
- Kolombia: Presiden Gustavo Petro mengusir diplomat Israel dan membatalkan perjanjian perdagangan bebas dengan Israel. Ia menyebut Netanyahu sebagai “penjahat dunia”.
- Venezuela: Menlu Yvan Gil menyebut blokade bantuan sebagai “alat perang kriminal” untuk melenyapkan penduduk Gaza lewat kelaparan.
- Turki: Kemenlu menyebut serangan Israel sebagai “tindakan teror” dan jaksa Istanbul membuka investigasi terkait penahanan 24 warganya.
- Brasil: Pemerintah mengecam aksi Israel yang membahayakan keselamatan aktivis damai, menegaskan Israel bertanggung jawab atas keamanan warga Brasil yang ditahan.
- Pakistan: PM Shehbaz Sharif menyebut serangan ini sebagai tindakan “keji” dan menuntut pembebasan segera para aktivis.
PBB: Pelapor Khusus Francesca Albanese mempertanyakan mengapa negara-negara dengan angkatan laut kuat tidak ikut memecah blokade, sementara “warga dunia” dengan perahu kecil mampu mendekati Gaza. - Inggris: Pemerintah menyatakan “sangat prihatin” dan menegaskan Israel harus segera membuka akses bantuan ke Gaza tanpa syarat.
- Australia: Canberra menyerukan semua pihak menghormati hukum internasional dan memastikan perlakuan manusiawi bagi para aktivis.
- Spanyol: Pemerintah memanggil perwakilan Israel di Madrid untuk meminta penjelasan atas serangan yang menimpa 65 warga Spanyol dalam armada tersebut.
Insiden ini kembali menyoroti blokade ketat Israel atas Gaza yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Armada Global Sumud, yang dipimpin oleh ratusan aktivis internasional termasuk tokoh politik dan figur publik seperti Mandela Mandela, Greta Thunberg, Rima Hassan, dan Ada Colau, menegaskan misi mereka akan terus berlanjut.
“Misi ini damai, non-kekerasan, dan mendesak. Rakyat Gaza sedang kelaparan dan terkepung. Kami tidak bisa berhenti,” tegas para penyelenggara.
Sumber:
Qudsnen