Pada sore hari ketika serangkaian gempa mengguncang Turki dan Suriah, Dr Hany Maarouf (43 tahun) kembali ke tugasnya di Rumah Sakit Jehan di Afrin, barat laut Suriah, setelah memastikan istri dan ketujuh anaknya selamat. Sekitar jam 3 sore, seorang pria dan perempuan berlari masuk dengan membawa bedongan bayi dan berteriak bahwa mereka membutuhkan dokter anak. Wajah mereka menunjukkan kepanikan yang berubah menjadi keputusasaan. Ini adalah rumah sakit keenam yang mereka kunjungi dengan membawa bayi korban bencana. Bayi Aya adalah bayi yang baru saja lahir di reruntuhan bangunan, sementara ibunya meninggal.
Meyakinkan mereka bahwa dia adalah seorang dokter anak, Maarouf dengan lembut mengambil bayi itu. Namun, apa yang dilihatnya membuatnya khawatir, “Saya bahkan tidak yakin dia masih hidup, dia pucat, dingin, dan diam. Anggota tubuhnya membiru dan tubuhnya dipenuhi memar,” kenangnya. Saat denyut samar ditemukan, dia dan timnya segera tanggap menanganinya. Mereka membungkus bayi itu dengan selimut hangat dan menempatkannya di inkubator. Tim medis mengawasinya sampai dia cukup hangat sehingga mereka dapat menemukan pembuluh darah untuk menginfusnya dengan larutan kalsium dan glukosa.
Empat hari setelah bayi Aya pertama kali dibawa masuk dan diberi nama oleh staf rumah sakit, Maarouf mengatakan bahwa kondisinya jauh lebih baik. Tim rumah sakit telah bekerja sama untuk memastikan dia dirawat dengan baik. Meskipun dia masih menghabiskan hari di inkubator, bayi Aya disusui oleh seorang sukarelawan yang datang beberapa kali sehari. Maarouf mengatakan bayi Aya bertambah berat badannya dan terus menunjukkan indikator positif. Banyak staf perawat mengunjunginya, duduk di inkubatornya dan mengawasinya tidur atau mendekat dan melambaikan tangannya.
Maarouf mengatakan sangat mungkin bagi seorang perempuan untuk melahirkan karena syok dan persalinan terus berlanjut sampai akhir. Anehnya, ada kemungkinan bahwa upaya penyelamatan dan dingin yang ekstrem telah berperan dalam menjaga bayi Aya tetap hidup sampai dia ditemukan. Karena kedinginan, dia mengalami hipotermia, yang sebenarnya merupakan terapi yang digunakan di rumah sakit neonatal untuk menyelamatkan bayi yang otaknya kekurangan oksigen saat lahir. Ini akan mempertahankan fungsi otaknya sampai staf rumah sakit dapat menghangatkannya dan memulai perawatannya.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini






![Pemandangan dari Sheikh Ridwan di Kota Gaza, Gaza, menunjukkan kerusakan parah yang ditinggalkan setelah tentara Israel mundur menyusul perjanjian gencatan senjata, pada 25 Oktober 2025. [Mahmoud Abu Hamda – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/10/AA-20251026-39523597-39523583-DAILY_LIFE_IN_GAZAS_SHEIKH_RIDWAN_NEIGHBORHOOD_AFTER_CEASEFIRE-1-1-120x86.webp)

