Sepanjang tahun 2023, sebanyak 48 wilayah Palestina mengalami gelombang kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Periode ini ditandai sebagai salah satu periode paling berdarah dalam sejarah, dengan jumlah korban jiwa mencapai 146 kasus pembunuhan dalam rentang waktu tujuh bulan dan minggu pertama Agustus. Angka ini membuat kekhawatiran meningkat karena penghujung tahun masih cukup jauh. Ditambah dengan buruknya kemampuan penegak hukum Israel untuk menyelesaikan kejahatan ini. Hanya 14 dari ratusan kasus yang baru berhasil diselesaikan oleh polisi Israel hingga saat ini.
Jika dibandingkan antara angka tahun ini dengan periode yang sama tahun sebelumnya, muncul tren yang membingungkan (perplexing trend). Sebanyak 67 pembunuhan dilakukan pada tahun lalu, sementara itu pada masa yang sama di tahun ini jumlah kejahatan melonjak drastis hingga 111 kejahatan. Ini sangat kontras dengan data tahun 2021, yang menunjukkan total 126 kejahatan yang dilakukan.
Menggali lebih dalam catatan digital kejahatan di sektor Arab, sebuah pola yang membingungkan terungkap. Tahun 2020, terdapat 113 kematian terkait kejahatan, 96 pada 2019, 76 pada 2018, dan 72 pada 2017. Selanjutnya, 2016 mencatat 58 kematian, sedangkan 2014 menandai 51 insiden semacam itu. Angka-angka ini melukiskan gambaran menyedihkan dari lanskap keamanan kawasan.
Data terbaru yang diberikan oleh Physicians for Human Rights menyoroti rasa tidak aman yang meluas di antara penduduk, baik Arab maupun Yahudi, yang tinggal di wilayah jajahan. 44% orang Arab dan 30% populasi Yahudi telah mengungkapkan kekhawatiran yang meningkat tentang keselamatan pribadi mereka.
Sebuah survei komprehensif oleh organisasi yang sama telah menyelidiki beban emosional akibat kekerasan yang terjadi. Hasil mengungkapkan bahwa 34% orang Arab hidup dalam keadaan tidak nyaman terus-menerus tentang keamanan pribadi mereka. Sementara itu, 66% mengaku dihantui rasa takut dan cemas yang parah akibat kekerasan yang terus meningkat dalam masyarakat Arab. Tidak mengherankan, kondisi yang mengerikan ini berdampak pada kesehatan mental, dengan persentase yang signifikan mengalami gejala depresi.
Temuan survei lebih lanjut mengungkapkan dampak luas dari kekerasan yang meningkat, melampaui berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Sebanyak 63% responden melaporkan menjadi saksi insiden kekerasan di ruang publik, sementara 28% menceritakan pengalaman serupa di tempat kerja. Bahkan lingkungan terdekat pun tidak luput, dengan 19% dari responden yang disurvei mengakui terjadinya insiden kekerasan di sekitar mereka. Data-data tersebut memperlihatkan kebutuhan mendesak untuk mengatasi kekerasan yang terus meningkat demi memulihkan keselamatan dan keamanan ke komunitas Arab di Palestina.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini