Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan pada Rabu (23/10) bahwa Israel terus melanjutkan kampanye penghancuran dan pengusiran paksa di wilayah pendudukan Tepi Barat.
“Masa depan Gaza dan Tepi Barat adalah satu kesatuan. Penarikan pasukan di Gaza tidak boleh dijadikan alasan untuk memperketat cengkeraman pendudukan di wilayah lain,” kata Roland Friedrich, Direktur UNRWA untuk Urusan Tepi Barat, melalui platform X.
Friedrich menyoroti meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim ilegal Israel serta ekspansi permukiman di seluruh Tepi Barat. Tindakan ini, menurutnya, telah memaksa komunitas-komunitas Palestina yang rentan untuk meninggalkan tanah mereka di bawah tekanan yang semakin keras, membuka jalan menuju aneksasi.
Data Palestina mencatat bahwa sejak Oktober 2023, pemukim Israel telah melakukan 7.154 serangan terhadap warga Palestina dan properti mereka di Tepi Barat, membunuh 33 orang dan mengusir 33 komunitas Badui dari tempat tinggal mereka.
Friedrich juga melaporkan bahwa kamp-kamp pengungsi di Jenin, Tulkarm, dan Nur Shams kini telah dikosongkan, sejalan dengan taktik ilegal Israel yang melarang keras penduduk Palestina untuk kembali.
Ia menegaskan kesiapan UNRWA untuk bekerja sama dengan semua pihak “guna memastikan solusi komprehensif yang dapat menjadi dasar bagi perdamaian dan stabilitas di seluruh wilayah pendudukan Palestina.”
Sejak Oktober 2023, lebih dari 68.200 warga Palestina terbunuh dan 170.300 terluka di Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Di Tepi Barat, kekerasan juga meningkat tajam dengan setidaknya 1.056 warga Palestina terbunuh, sekitar 10.300 terluka, dan lebih dari 20.000 ditahan, termasuk 1.600 anak-anak.
Sumber: Anadolu Agency, MEMO






