Jakarta – Suasana tangis haru menyelimuti pertemuan Temu Kangen DYP yang digelar secara daring pada Kamis (10/07). Pertemuan ini menjadi momen menyentuh antara anak-anak yatim di Gaza dan orang tua asuh di Indonesia, di tengah keterbatasan dan agresi yang terus berlangsung.

“Kelaparan menjadi senjata yang digunakan Israel untuk menguasai Gaza. Saat ini, lebih dari 39.000 anak telah menjadi yatim, sehingga sangat penting untuk melanjutkan program Dekap Yatim Palestina,” papar Maryam Rachmayani, Direktur Utama Adara dalam sambutannya.
Dalam pertemuan ini, 10 yatim Gaza mereka menyapa orang tua asuh mereka di Indonesia. Mereka menceritakan perjuangan sehari-hari untuk bertahan di tengah agresi, serta cita-cita di masa mendatang.
Sapaan Hangat Yatim Gaza di Zoom Meeting
“Alhamdulillah hari ini sudah makan, tapi kami harus mengantri panjang untuk mendapatkan makanan,” ungkap Mayar Al-Masri. Lien Abo Daka, seorang yatim lainnya menambahkan bahwa setiap makanan yang diperoleh harus dibagi untuk beberapa hari ke depan akibat keterbatasan stok.
Sebelum agresi, Gaza adalah tempat yang cantik dan indah. Namun saat ini rumah, masjid, dan sekolah telah hancur akibat serangan. Kinan Samour dan Ibrahim Abo Al-Husen bercita-cita menjadi arsitek agar kelak dapat membangun kembali kampung halaman mereka.
Seperti halnya anak-anak di Indonesia, anak-anak di Gaza pun banyak yang menyatakan keinginannya menjadi tenaga kesehatan. Mulianya peran tenaga medis dalam agresi membuat mereka terinspirasi mengemban tugas mulia tersebut, dengan harapan dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa di Gaza. Dalam pertemuan ini, Mohammad Abo Daka menyampaikan cita-citanya sebagai dokter, sementara Rahaf Al-Brayim mengungkapkan keinginannya menjadi seorang perawat.
Anak-anak Gaza biasanya menggambar apa yang mereka biasa lihat atau harapan mereka. Yaqen Al-Ghol menggambar peta Palestina, dan Jinan Abo Tim menggambar seekor keledai yang biasa mereka gunakan saat berpindah antar tenda pengungsian. Sementara itu, Saiid Al-Mour membuat prakarya bunga dari karton dan kapas yang tersisa di Gaza. Ia berharap agresi segera berakhir dan bunga-bunga akan segera bermekaran di Gaza.
Tak hanya itu, hadir pula Mohammad Al-Dali yang memiliki hobi bermain sepak bola. Ia berharap dapat menjadi pemain sepak bola yang dapat mengharumkan Palestina di masa depan.
Meski jaringan tidak stabil dan lokasi siaran berkali-kali menjadi target serangan Zionis, suasana hangat masih terus terjalin. Di tengah kerisauan akan serangan, mereka tetap tersenyum dan menyapa orang tua asuh.
Dekap Yatim Palestina: Menjaga Harapan Anak Gaza Tetap Utuh

“Jika anak kita telah syahid, maka berbanggalah karena kita adalah orang tua dari syuhada. Jika anak kita masih hidup dan tengah berjuang menghafalkan Quran, maka berbanggalah karena kita adalah orang tua dari para pejuang penghafal Al-Quran,” tutur Latifah Hariawati, Direktur Program Adara.
Sejak 2022, Temu Kangen Dekap Yatim Palestina menjadi upaya konsisten Adara untuk menjaga ikatan hati antara orang tua asuh dan anak-anak Gaza. Saat ini, 2.033 anak yatim Palestina telah berada di bawah naungan program Dekap Yatim Palestina. Selama agresi masih berlangsung, pertemuan seperti ini bukan sekadar pelepas rindu, melainkan penguat harapan untuk masa depan Palestina yang damai dan merdeka.
Ingin ikut menjadi orang tua asuh dalam program Dekap Yatim Palestina? Klik https://s.id/DYPAdara








