• Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic
Selasa, Juni 24, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Donasi Sekarang
Adara Relief International
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gerai Adara
    • Gerai Buku Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gerai Adara
    • Gerai Buku Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
No Result
View All Result
Adara Relief International
No Result
View All Result
Home Berita Kemanusiaan

Setelah pembantaian Israel di Nuseirat, ‘Kapan Dunia akan Melihat Kami?’

by Adara Relief International
Juni 10, 2024
in Berita Kemanusiaan, Hukum dan HAM
Reading Time: 5 mins read
0 0
0
Setelah pembantaian Israel di Nuseirat, ‘Kapan Dunia akan Melihat Kami?’
14
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram

Maram Humaid menulis tentang situasi yang mengerikan di Gaza pada siang dan malam, ketika Gaza terombang-ambing antara hidup dan mati sementara Israel “membebaskan” empat orang sandera.

Baca Juga

Baru Dibuka, Masjid Al-Aqsa Kembali Ditutup oleh Polisi Israel

Kamp Jurnalis di Khan Yunis Diserang Lagi, Pusat Perlindungan Jurnalis Palestina Angkat Suara

Deir el-Balah, Gaza – Kemarin adalah hari yang sangat tidak biasa.

Rasanya seperti turun ke dalam neraka, agresi kembali dengan kebrutalan dan intensitasnya ketika dunia meledak dalam kekacauan. Malam sebelumnya, tembakan artileri tanpa henti terus berlangsung di seluruh Gaza tengah, dari timur Bureij dan Deir el-Balah hingga Maghazi.

Sekitar jam 11 pagi, saya sedang sarapan bersama anak-anak saya sebelum menuju ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa untuk melanjutkan catatan harian saya ketika semuanya tiba-tiba berubah. Pengeboman artileri meningkat, pesawat tempur memenuhi langit, dan serangan udara mengguncang rumah kami. Mereka kerap menembaki rumah-rumah di Deir el-Balah dan di sekitar kami. Raungan tank, helikopter, dan drone yang menembak tanpa henti terus melayang di udara.

Rasa takut menyelimuti kami. Haruskah kami melarikan diri atau berlindung di rumah?

Berita mengatakan ada sesuatu yang terjadi di Nuseirat, tetapi pengeboman juga terjadi di sekitar kami. Kemudian, sebuah ledakan besar menghantam sebuah rumah yang tepat di dekat Rumah Sakit Al-Aqsa. Lalu kami mendengar bahwa tentara Israel telah memerintahkan seluruh orang di dalam rumah sakit untuk mengungsi. Saat itu, saya bersyukur kepada Tuhan saya tidak berada di rumah sakit, tetapi saya bisa merasakan teror yang mungkin terjadi di sana.

Rumah sakit Al-Aqsa, yang dipenuhi dengan keluarga-keluarga yang mengungsi dan tenda-tenda media, berdiri sebagai satu-satunya fasilitas medis di Gaza tengah. Mereka menghadapi jumlah korban yang sangat banyak. Nasib apa yang menunggu orang-orang ini?

Beberapa saat kemudian, ratusan orang yang mengungsi mulai panik melarikan diri dari rumah sakit, wajah mereka dipenuhi ketakutan, dan mereka berkeliaran tanpa tujuan di jalan-jalan Deir el-Balah.

Di tengah kekacauan itu, tangisan dan teriakan memenuhi udara, sebuah pertanyaan kolektif muncul,  “Ke mana kami harus pergi?”

Kenyataannya suram, sejumlah laporan yang bertentangan semakin membingungkan situasi. Beberapa melaporkan adanya serangan darat ke Nuseirat, yang lain mengatakan bahwa unit khusus menyerbu sebuah rumah dekat pasar Nuseirat. Pengeboman, tembakan, dan serangan udara serta artileri terus berlanjut.

Di rumah, di  tengah kewaspadaan kami, kegelisahan memuncak saat kami mencoba memahami rentetan peristiwa yang terjadi. Saya mencoba menghubungi sesama jurnalis yang telah mengungsi dari rumah sakit tetapi tidak berhasil. Pada satu titik, saya menyadari mereka mungkin meluncurkan operasi darat, jadi saya mulai memasukkan barang-barang penting ke dalam tas.

Saudara saya, yang telah pergi ke Mesir dua bulan sebelumnya, menelepon. Kekhawatiran terdengar di suaranya saat ia menanyakan keselamatan kami. Mereka memperingatkan agar tidak pergi karena jalan-jalan penuh dengan orang-orang yang mengungsi akibat  pengeboman.

Serangan bom dan tembakan tanpa henti berlangsung selama sekitar dua jam. Kemudian muncul berita dari media Israel, yang mengaitkan kekacauan tersebut dengan operasi militer untuk membebaskan empat orang Israel yang disandera pada 7 Oktober.

Ada momen-momen keheningan ketika pengeboman serta penembakan berhenti. Kemudian kami mulai melihat pemandangan orang-orang yang tewas dan terluka tiba di rumah sakit. Orang-orang mendokumentasikan korban yang jatuh dalam pengeboman di  pasar dan rumah-rumah. Potongan tubuh anak-anak dan tubuh orang-orang tergeletak di sepanjang jalan yang dilalui tank-tank untuk pergi. Teror, kekacauan, dan korban massal yang disebabkan oleh Israel terjadi untuk membebaskan tawanan mereka.

Awalnya, angka resmi menunjukkan 50 kematian sipil dalam operasi tersebut. Angka ini kemudian terus meningkat menjadi 226, lalu menjadi 274, seperti yang dikonfirmasi oleh Kantor Media Pemerintah.

Pertanyaan-pertanyaan yang menyiksa mulai muncul, “Apakah darah orang-orang Palestina begitu murah? Lebih dari 200 orang terbunuh dalam waktu kurang dari dua jam untuk membebaskan hanya empat tawanan Israel?”

Kesedihan menghampiri hati saya. Frustrasi dan kesedihan mendalam mencengkeram saya saat saya menyaksikan tragedi mereka yang selamat dari cobaan ini–yang harus bergulat dengan trauma mereka.

Komunikasi terputus. Saya tidak bisa menghubungi beberapa kerabat dan teman yang mengungsi dari Rafah ke Nuseirat. Suami saya mendapat telepon mengabarkan bahwa istri paman dan sepupunya telah terbunuh.

Upaya saya untuk memeriksa teman-teman tidak membuahkan hasil, hingga beberapa jam kemudian saya menemukan postingan mereka di media sosial yang merinci kengerian yang mereka alami.

Setiap orang yang selamat menceritakan pelarian ajaib dari kematian. Teman saya Nour, seorang guru UNRWA dan ibu dari tiga anak, berbagi kisahnya di X (Twitter), “Saya tidak percaya dengan apa yang saya alami hari ini. Pukul 11.00, kami berada di sebelah tenda, namun tiba-tiba helikopter Apache ada di atas kepala kami serta mulai menembakkan bom dan peluru ke orang-orang di laut dan tenda-tenda. Kami mulai berlari, seolah-olah itu adalah hari kiamat.”

Islam, teman saya yang mengikuti berita keluarganya dari Malaysia, diberitahu apa yang terjadi pada saudaranya. Dia menulis juga di X (Twitter), “Saudariku menggambarkan situasinya, ‘Seperti Hari Kiamat’, orang-orang berlari dan menangis di jalanan dan tidak tahu ke mana harus lari untuk bertahan hidup. Pengeboman udara, darat, dan laut dari segala penjuru. Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia adalah sebaik-baiknya pelindung, Wahai Yang Maha Perkasa dari langit, ganjarlah kami dan sembuhkan hati kami. #Gaza’”

Cerita itu sama bagi kami semua. Kami menjadi saksi atas apa yang terjadi, kekacauan, neraka, teriakan, teror, pengeboman tanpa henti, tembakan, eksodus, dan kematian di setiap sudut.

Di tengah-tengah pemikiran ini, saya dihentikan oleh putri saya, Baniyas, yang mengalami setiap momen dan merekamnya dengan air mata. Ia bertanya tanpa henti, “Mama, apakah mereka akan sampai di Deir el-Balah? Apakah suara-suara itu jauh?”

Aku hanya bisa menenangkannya: “Jangan takut, Nak. Jika ketakutan telah tertanam dalam diri kita; apa yang akan terjadi selanjutnya?”

Aspek paling menyedihkan dari sebuah pembantaian mungkin adalah cara media menggambarkannya. Gambar-gambar tawanan Israel yang dibebaskan beredar, pernyataan-pernyataan memuji keberhasilan Israel dalam membebaskan empat orang, tetapi bagaimana dengan 274 warga Gaza yang terbunuh?

Apakah kami hanya angka? Apakah darah dan penderitaan kami begitu mudah diabaikan? Apakah nyawa tawanan Israel lebih berharga daripada kami? Mengapa dunia tidak melihat kami? Mengapa dunia tidak merasakan keberadaan kami?

Baru dua hari yang lalu diumumkan bahwa dermaga terapung AS akan diperbaiki untuk memulihkan pengiriman bantuan kemanusian dalam jumlah minimal. Namun, truk-truknya kemudian digunakan untuk melakukan pembantaian di Nuseirat untuk membebaskan orang Israel.

Dengan logika apa dunia mengizinkan ini terjadi?

Apakah ada upaya terkoordinasi untuk melenyapkan kami? Kami tidak pernah menaruh kepercayaan kepada peran AS. Tapi betapa beraninya mereka?

Kami menghadapi kelaparan, pengeboman, dan perang sehari-hari, hanya untuk truk-truk bantuan yang datang melalui koridor yang dimaksudkan untuk membantu kami digunakan untuk menyergap kami demi menyelamatkan tawanan Israel.

Dunia bergegas melindungi Israel, berbalik melawan kami, bersekongkol atas kami. Darah kami, kesedihan kami, tragedi kami – semua orang menari di atasnya. Kami dicap teroris setiap menit sementara mereka membunuh tanpa hambatan. Gaza tidak akan melupakan atau memaafkan. Kata-kata, laporan, dan statistik tidak ada gunanya dan tidak ada gunanya pula untuk berbicara.

Setiap malam, setelah setiap pembantaian, aku kembali ke kasurku di rumah kami yang penuh sesak dengan orang-orang yang mengungsi. Aku memeluk erat anakku dan memohon kepada Tuhan untuk melindungi kami dengan rahmat-Nya, untuk menghindarkan kami dari kesedihan lebih lanjut.

Kami mengadu kepada-Mu, ya Tuhan, tentang pengkhianatan dunia, kebisuan saudara-saudara kami, dan tekanan sekutu-sekutu kami terhadap kami.

Kami tidak akan memaafkan; kami tidak akan melupakan.

Sumber: https://www.aljazeera.com

***

Kunjungi situs resmi Adara Relief International

Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.

Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini

Baca juga artikel terbaru, klik di sini

Tags: Update Palestina
ShareTweetSendShare
Previous Post

PBB: Israel Menggunakan Kamuflase Kemanusiaan dalam Penyerangan ke Kamp Pengungsi al-Nuseirat di Gaza

Next Post

Update Hari ke-248 : Korban Terbunuh Melampaui 37.000 setelah Pembantaian Nuseirat, Gaza

Adara Relief International

Related Posts

Baru Dibuka, Masjid Al-Aqsa Kembali Ditutup oleh Polisi Israel
Berita Kemanusiaan

Baru Dibuka, Masjid Al-Aqsa Kembali Ditutup oleh Polisi Israel

by Adara Relief International
Juni 23, 2025
0

Polisi pendudukan Israel kembali menutup Masjid Al-Aqsa di Al-Quds (Yerusalem) pada Ahad pagi (22/6), hanya beberapa hari setelah sempat membukanya...

Read moreDetails
Kamp Jurnalis di Khan Yunis Diserang Lagi, Pusat Perlindungan Jurnalis Palestina Angkat Suara

Kamp Jurnalis di Khan Yunis Diserang Lagi, Pusat Perlindungan Jurnalis Palestina Angkat Suara

Juni 23, 2025
Laporan: Israel Membiarkan Tawanan Gaza yang Terluka oleh Rudal Tidak Mendapat Perawatan Medis

Laporan: Israel Membiarkan Tawanan Gaza yang Terluka oleh Rudal Tidak Mendapat Perawatan Medis

Juni 23, 2025
Pertahanan Sipil Palestina: Israel Cegah Evakuasi Jenazah Korban Pembantaian di Gaza

Pertahanan Sipil Palestina: Israel Cegah Evakuasi Jenazah Korban Pembantaian di Gaza

Juni 23, 2025
Seorang anak Gaza frustasi mengantre makan

Serangan Brutal Israel Renggut Nyawa 11 Warga Palestina Saat Mengantre Bantuan

Juni 23, 2025
Bayi prematur dirawat di Rumah Sakit Nasser, Khan Yunis, Gaza, saat krisis susu formula dan obat akibat serangan Israel, 19 Juni 2025. Jika kamu ingin versi lain yang lebih fokus pada aspek tertentu (misalnya: kemanusiaan, medis, atau lokasi), tinggal minta saja.

Gaza Krisis Susu Formula: Bayi Prematur di Ambang Kematian

Juni 23, 2025
Next Post
Update Hari ke-248 : Korban Terbunuh Melampaui 37.000 setelah Pembantaian Nuseirat, Gaza

Update Hari ke-248 : Korban Terbunuh Melampaui 37.000 setelah Pembantaian Nuseirat, Gaza

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TRENDING PEKAN INI

  • Adara Salurkan Bantuan Ramadhan di Masjid Ke-2 yang Dibangun di Gaza

    Adara Salurkan Bantuan Ramadhan di Masjid Ke-2 yang Dibangun di Gaza

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Adara Palestine Situation Report 44

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Eskalasi dan Agresi; Dalih Israel untuk Mengambil Alih Kendali Masjid Al-Aqsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Global March to Gaza, Perjalanan Ribuan Orang dari Puluhan Negara Demi Satu Tujuan: “Bebaskan Gaza dan Palestina dari Penjajahan!”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Global March to Gaza, Seruan Dunia untuk Keadilan dan Kemanusiaan di Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing
  • Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional
Alamat : GrahaQu Lt.2, Jl. Warung Buncit Raya Loka Indah No. 1, Kelurahan Kalibata, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, Kode Pos 12740

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gerai Adara
    • Gerai Buku Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
Donasi Sekarang

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional
Alamat : GrahaQu Lt.2, Jl. Warung Buncit Raya Loka Indah No. 1, Kelurahan Kalibata, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, Kode Pos 12740