Adara Relief – Jakarta. Perhelatan Asian Para Games 2018 memang telah usai. Namun ada kesan mendalam yang masih terpaut di hati para pengurus Adara Relief International karena berkesempatan untuk mewawancarai satu-satunya atlet Asian Para Games 2018 asal Palestina.
Adalah Mahmoud Zohud yang merupakan satu-satunya perwakilan dari Palestina untuk ajang Asian Para Games 2018 yang berlangsung di Indonesia Oktober lalu. Ia seharusnya pergi ke ajang ini bersama rekan-rekan atlet dan pelatihnya, namun sayang hingga wawancara berlangsung, pihak Israel tidak membuka perbatasan Rafah. Akibatnya tim atlet Asian Para Games tidak dapat keluar dari Palestina.
Beruntungnya, akibat dari perbatasan Rafah yang ditutup, Mahmoud yang saat itu berada di Dubai bersama istrinya, dapat berangkat menuju ajang Asian Para Games melalui Dubai. Awalnya, ia berencana untuk berangkat bersama-sama rekannya dari Palestina. Namun kesengajaan pihak Israel yang menutup perbatasan Rafah menyebabkan hal ini tidak dapat dilakukan. Meski sendirian, ia akhirnya memutuskan menghadiri ajang tersebut meski berbekal persiapan seadanya.
Saat ditanya mengenai tujuannya mengikuti turnamen ini, dengan lugas ia menjawab, “ Tujuan utama saya ikut turnamen ini adalah untuk memperlihatkan eksistensi Palestina dan mengibarkan bendera Palestina, khususnya di negara indonesia yang terkenal sangat peduli dengan permasalahan Palestina.”
Mahmoud mengakui sangat senang sekali bisa hadir di Indonesia karena kecintaan rakyat Indonesia yang sangat mendalam terhadap Palestina. Meski tidak semua negara mengakui keberadaan Palestina, namun menurut Mahmoud, “kalian (Indonesia –red) berbeda dengan mereka. Kalian mengakui eksistensi kami. Palestina adalah negara fundamental yang bebas dari entitas Israel.”
Ia juga menceritakan mengenai halangan yang harus dihadapinya agar bisa hadir di acara ini. “Kami banyak mendapatkan halangan dan rintangan untuk hadir sebagai perwakilan Palestina di berbagai kesempatan. Para pelatih dan pemain tidak diberi kesempatan untuk hadir di even ini, bahkan alat-alat bantu yang kami butuhkan dilarang.” “Tapi Alhamdulillah saya termasuk yang beruntung bisa berkesempatan (hadir) karena saya di luar perbatasan dan kemudian datang ke Indonesia mewakili Palestina, di saat semua tim saya belum berkesempatan. Saya tidak menyianyiakan kesempatan ini. Saya tetap datang walau tanpa kehadiran mereka, dan bahkan dengan persiapan alat yang seadanya, saya bersyukur masih bisa mewakili Palestina dalam acara ini,” ujarnya.
Meski beratnya rintangan yang harus dihadapi Mahmoud, namun itu tidak menghalanginya untuk bertanding di ajang Asian Para Games. Karena ketiadaan peralatan tanding yang memadai, Mahmoud hanya bisa mengikuti pertandingan tolak peluru. Menurutnya ia menguasai berbagai cabang olah raga lainnya, namun karena peralatan pertandingannya ada di Palestina, ia hanya bisa mengikuti satu pertandingan.
Adapun saat ditanya tentang kondisi disabilitas dirinya, ia menuturkan bahwa dirinya menjadi lumpuh saat usia 14 tahun. Ia ditembak di usia itu oleh tentara Israel, yang kemudian menyebabkan dirinya harus mengalami kelumpuhan. Meski mengalami kelumpuhan di usia remaja, namun ia tidak berkecil hati. Ia bergabung dengan organisasi penyandang disabilitas. Disana ia juga memberikan motivasi kepada sesama, “Saya selalu berusaha untuk memberikan arahan kepada para korban sesuai dengan kebutuhan mereka. Kami menemukan banyak orang yang bernasib sama dengan kami. Kami berjumpa secara kontinyu, hampir setiap hari. Diantara mereka ada yang cacat bawaan, (adapula) korban kecelakaan yang harus mengalami amputasi di salah satu anggota tubuhnya. Banyak juga yang harus menggunakan kursi roda sepanjang hidup mereka.”
“Saya selalu memberi motivasi kepda mereka bahwa hidup belum berakhir hanya karena kecelakaan ini. Akan ada kehidupan baru yang menunggu mereka. Dengan kondisi seperti ini, mereka masih bisa menjadi orang sukses dan berprestasi. Mereka masih bisa keliling dunia untuk mengikuti turnamen-turnamen dan mengibarkan bendera Palestine dimanapun berada,” lanjut Mahmoud. Mahmoud selalu memberikan dorongan kepada rekan-rekannya bahwa mereka masih bisa tetap mewujudkan mimpi dan obsesi , serta mengharumkan nama Palestina dengan prestasi. Meskipun saat ini kondisi mereka kurang beruntung disebabkan kondisi politik di Palestina dan keterbatasan fisik mereka.