Pasukan penjajah Israel terus berusaha untuk melenyapkan identitas Palestina dengan berbagai cara dan sistematis, yaitu dengan cara menghalangi proses pendidikan, dan pembodohan rakyat Palestina melalui prosedur untuk menghancurkan sekolah-sekolah, menutup sekolah-sekolah, penembakan mahasiswa, penangkapan siswa dan di bawa ke pos militer, serta mencegah dan membatasi gerak siswa dan guru dalam mencapai sekolah.
Organisasi-organisasi kemanusiaan di Tepi Barat telah menemukan 61 sekolah di Tepi Barat dan al Quds terancam perintah pembongkaran atau dinonaktifkan oleh penjajah Israel.
Pada 9 April 2018, Israel telah menyita sekolah dasar dan persiapan di Khirbet Zanuta di kota Dahariya, Hebron, di sebuah komunitas perumahan yang terisolasi di Tepi Barat selatan. Sekolah ini dibangun pada bulan Maret. Tentara Israel brusaha mendeportasi penduduk desa setelah daerah itu dinyatakan sebagai situs arkeologi.
Pada 11 April 2018, Israel menghancurkan sekolah di Al Quds Timur, yang dibangun oleh penduduk pada bulan Agustus 2017. Pada 4 Februari 2018 Israel juga menghancurkan sekolah dasar di Abu Nawar, Al Quds Timur.
Sekurang-kurangnya Israel telah menyita atau menghancurkan bangunan sekolah di Tepi Barat Palestina, 16 kali sejak 2010 dan 12 kali tahun 2016.
Israel mengahancurkan bangunan sekolah dengan alasan bangunan tanpa izin (ilegal), dan mempersulit izin pembangunan sekolah baru.
Di Jalur Gaza terdapat 714 sekolah, yakni 392 milik pemerintah Palestina, 267 milik UNRWA dan 55 dari sektor swasta. Beberapa sekolah ini mencakup dua waktu belajar, pagi dan malam, yang disebabkan oleh kepadatan jumlah siswa, terutama mereka yang pergi ke sekolah UNRWA.
Sekolah-sekolah Negeri mencakup 174 sekolah untuk laki-laki dengan pesentase 44,38%,158 untuk wanita dengan persentase 40,31%, dan 60 sekolah bersama untuk anak-anak dengan persentase 15,31%. Sementara sekolah UNRWA, 115 sekolah untuk laki-laki dengan persentase 43,07%, dan 69 untuk perempuan dengan persentase 25,84%, dan 83 untuk anak-anak dengan persentase 31,09%. Sedangkan sekolah swasta, 10 sekolah untuk laki-laki 18,18%, 5 sekolah untuk wanita 9,09%, dan 40 sekolah untuk anak-anak 72,73%.
Biaya sekolah dasar Negeri di Jalur Gaza sebesar 40 syekel (setara kurang lebih $12), dan memberikan keringanan biaya untuk dua bersaudara sebesar 20 syekel (setara kurang lebih $6). Sedangkan biaya untuk sekolah tingkat menengah pertama sebesar 70 syekel (setara kurang lebih $20), dan untuk dua bersaudara sebesar 50 syekel (setara kurang lebih $14).
Keluarga syuhada dan keluarga tahanan diizinkan belajar secara gratis, serta bagi keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan ekstrim. Meskipun biaya sekolah gratis, para siswa mengeluhkan tentang kondisi ekonomi yang sulit, terutama para siswa yang membutuhkan alat tulis yang harganya mencapai 100 syekel (setara $28) atau lebih dari itu. Kadang-kadang mereka diwajibkan untuk membeli buku pelajaran kurikulum bagi yang belum memiliki buku-buku kurikulum baru. Kecuali, bagi mereka yang benar-benar dalam kondisi yang sulit.
Sementara siswa pengungsi Palestina yang dididik di sekolah UNRWA tidak dikenakan biaya tahunan, dan semua buku kurikulum diberikan gratis. Selama bertahun-tahun, pada periode ajaran baru UNRWA memberikan 100 syekel (setara dengan $28) untuk setiap siswa dan mendistribusikan alat tulis sederhana.
Biaya pendidikan swasta lebih besar baik untuk biaya sekolah tahunan maupun untuk buku-buku kurikulum, dan setiap sekolah menentukan biaya yang berbeda-beda karena saling bersaing.
Dari berbagai sumber