Huda al-Kuzundar (34) memeluk putrinya (2) yang ketakutan saat roket Zionis jatuh di atas rumahnya.
“Sebuah ledakan besar terjadi pada Kamis (20/5) fajar. Ledakan itu mengguncang seluruh rumah, menyebabkan arus listrik terputus, menyebarkan debu, serta merobohkan jendela dan pintu. Saat itu, kami hanya mendengar teriakan anak-anak, “Selamatkan kami! Selamatkan kami!” dari dalam dan luar rumah,” ungkap Mohammed al-Khuzundar (40), suami Huda.
Keluarga al-Khuzundar masih belum sepenuhnya menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Mohammed terbangun, menuju kamar anak-anaknya, dan memanggil mereka dengan keras, “Di mana kalian?”. Pertanyaan ini disambut teriakan anak-anaknya, “Selamatkan kami, ayah!” Namun, Mohammed tidak mendengar suara istrinya dan sulit menemukannya di tengah kegelapan.
Mohammed ditembak di bagian kaki dan tangannya, tetapi ia tidak merasakan sakit dari cedera tersebut karena yang ia pedulikan saat itu adalah keselamatan istri dan anak-anaknya. Dia menggendong satu demi satu anggota keluarganya ke luar ruangan sambil berteriak dan menangis.
“Huda, Huda! Kamu di mana?” Mohammed memanggil istrinya, namun tak ada yang menanggapi.
Beberapa menit kemudian, ia menemukan istrinya sedang memeluk anaknya, Malak. Mohammed mencoba berbicara dengan Huda, namun tidak ada jawaban. Ia kemudian melihat punggung Huda bersimbah darah. Mohammed terkejut dan kemudian menyadari bahwa Huda telah tiada saat berusaha menyelamatkan anaknya. Huda mengalami luka parah di bagian perut dan kaki.
Mohammed mendengar tetangganya memanggil ambulans yang tiba beberapa menit kemudian. Pesawat Zionis Kembali menjatuhkan dua roket ke rumah di sebelahnya tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ia pergi ke jendela dan memanggil ambulans, lalu membawa istri dan anak-anaknya ke rumah sakit. Sayangnya, Mohammed diberitahu bahwa istrinya tidak bisa diselamatkan.
“Saya trauma. Saya tidak percaya bahwa istri saya pergi dan meninggalkan anak-anak kami sendirian. Apa kejahatan yang ia lakukan? Kami hanya tidur seperti keluarga lainnya. Namun roket menimpa kami. Kami tidak tahu apa-apa. Kami kehilangan hal terindah dalam hidup kami. Saya tidak tahu harus berkata apa kepada anak-anak saya ketika mereka bertanya kondisi ibu mereka,” ungkap Mohammed.
Selama wawancara, Mohammed kerap menangis. Teman dan kerabatnya berusaha menenangkannya. Ia pun melanjutkan ucapannya dan berdoa untuk istrinya.
“Saya terkejut kami menjadi sasaran (roket Zionis). Saya kira pemboman itu jauh dari wilayah kami karena di sini tidak ada situs militer dan jauh dari perbatasan. Saya juga terkejut dengan parahnya kerusakan yang terjadi pada rumah kami. Saya tidak mengerti bagaimana para Zionis berpikir untuk membom wanita dan anak-anak yang merupakan warga sipil? Bagaimana para Zionis bisa menganggap bahwa wanita dan anak-anak merupakan ancaman bagi keamanan mereka?” kata Mohammed.
Mohammed mengungkapkan bahwa anak-anaknya merindukan ibu mereka dan bayi Malak menangis sepanjang waktu karena dia menolak ibu lain memberinya makan.
Baca juga: BREAKING NEWS: Gencatan Senjata di Gaza, Perjuangan Kita Belum Usai
Selama agresi Zionis terbaru di Gaza yang berlangsung selama 11 hari, sebanyak 254 warga Palestina tewas, termasuk 39 wanita, 69 anak-anak, dan 17 lansia.
Sumber: Safa
***
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina.
Bagi Sahabat Adara yang ingin menyalurkan donasi untuk bantuan untuk anak dan perempuan Palestina, dapat melalui rekening bantuan untuk Palestina a.n Yayasan Adara Relief International:
- Bank Muamalat: 309-000-2717
- Bank Mandiri: 070-000-5658799
- OVO / Gopay: 087780464183.
Konfirmasi donasi dapat dilakukan melalui WhatsApp ke nomor 085692956689.
Klik disini untuk cari tahu lebih lanjut tentang program donasi untuk anak-anak dan perempuan Palestina.