Ribuan anak di barat laut Suriah hidup di tengah ancaman wabah kolera dan kondisi kehidupan yang keras dan krisis ekonomi. Mereka sedikit mendapatkan dan sulit mengakses ke perawatan kesehatan dan pendidikan yang layak. Musim dingin yang lalu memaksa orang-orang Suriah kembali dari tenda mereka ketika kamp dibanjiri oleh badai salju hujan lebat. Sementara pada tahun ini, wabah kolera, konflik perang, dan ekonomi yang memburuk adalah awal bagi krisis pendidikan dan mata pencaharian bagi jutaan warga sipil di barat laut Suriah, termasuk setidaknya 1.073.932 anak-anak sekolah.
Kolera yang menyebar di seluruh Suriah jika tidak segera dihentikan maka akan menjadi bencana bagi infrastruktur kesehatan dan sanitasi negara, yang sebelumnya telah dihancurkan oleh pengeboman selama bertahun-tahun dan Covid-19. Kondisi di barat laut sangat mengkhawatirkan sebab tidak ada dana darurat yang dialokasikan untuk menanggapi krisis tersebut dan menawarkan perlindungan minimum kepada anak-anak sekolah dengan mensterilkan sumber air atau meningkatkan kewaspadaan di antara keluarga. Banyak orang tua yang tidak punya pilihan lain selain mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah untuk melindungi mereka (Menurut ACU, setidaknya 800.000 anak-anak putus sekolah di barat laut Suriah).
Dalam tiga tahun terakhir, sepuluh anak telah meninggal secara menyedihkan akibat suhu dingin dan panas yang ekstrem. Sementara tahun ini lebih banyak nyawa akan berisiko meninggal karena wabah kolera, terutama di kamp-kamp yang penuh sesak yang tidak memiliki infrastruktur dasar dan akses ke air bersih. Banyak keluarga Suriah menghadapi kesulitan yang lebih besar pada tahun ini karena krisis ekonomi dan guncangan sosial ekonomi akibat kenaikan harga dan kekurangan kebutuhan dasar.
Sekolah-sekolah di Suriah secara konsisten mencatat pengurangan kehadiran sebanyak 30–40% siswa selama bulan-bulan terdingin tahun ini, yang biasanya berlangsung dari pertengahan Desember hingga pertengahan Februari. Penyakit dan ketidakhadiran yang terkait dengan cuaca dingin adalah penyebab utama anak-anak tidak datang ke sekolah. Dalam penilaian baru-baru ini terhadap 3.992 sekolah fungsional dan nonfungsional yang dilakukan oleh organisasi Unit Koordinasi Bantuan, kebutuhan minyak pemanas menempati urutan teratas dalam daftar kebutuhan anak-anak.
Data terbaru dari HNO 2021 menunjukkan sekitar 2,45 juta anak putus sekolah, dan 1,6 juta anak lagi berisiko putus sekolah. Jika putus sekolah, anak-anak ini akan mengalami berbagai kemungkinan buruk,, termasuk pernikahan dini dan pekerja anak.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini






![Pemandangan dari Sheikh Ridwan di Kota Gaza, Gaza, menunjukkan kerusakan parah yang ditinggalkan setelah tentara Israel mundur menyusul perjanjian gencatan senjata, pada 25 Oktober 2025. [Mahmoud Abu Hamda – Anadolu Agency]](https://adararelief.com/wp-content/uploads/2025/10/AA-20251026-39523597-39523583-DAILY_LIFE_IN_GAZAS_SHEIKH_RIDWAN_NEIGHBORHOOD_AFTER_CEASEFIRE-1-1-120x86.webp)

