Laporan Fathimah Ridwan
Di tengah minimnya sarana prasarana dan kerasnya kehidupan di Gaza, terdapat hal yang menggembirakan dan membanggakan. Khususnya bagi kami di bumi ribath Gaza, akan kreativitas, inovasi dan kecemerlangan di seluruh sisi kehidupan yang diperankan Rawan Al-Asadi untuk tetap konsisten membuat film-film dokumenter. Berikut catatan perbincangan kami dengannya.
Rawan Abu Asad, 21 tahun, penduduk Deir Al-Balah, peraih ijazah pendidikan tinggi jurusan jurnalistik dan informasi di Universitas Islam Gaza menceritakan tantangan dan rintangan sebagai perempuan yang mengambil spesialisasi dan bekerja di bidang tersebut. Karya-karyanya sangat cemerlang dan belum pernah dibuat orang lain sebelumnya di usia tersebut.
Rawan mengatakan, aku sampai di tahap tersebut tiga tahun yang lalu, yaitu tahun kedua kuliahku saat aku sedang bersemangat mengikuti pelatihan-pelatihan lewat chanel-chanel youtube dan blog-blog ilmiah.
Aku juga banyak belajar dari Lembaga Pelatihan di Women Centre, khususnya dari kedua orang produser I’timad Wasyhi dan Khalil Al-Muzayyin, hingga aku menguasai semua teknik-teknik penyutradaraan, editing dan pengambilan gambar.
Keluarga saya seperti layaknya keluarga yang memberi dukungan utuh meskipun awalnya mereka menentang tapi akhirnya mereka mendukung. Terutama ibuku selain dukungan dari produser I’timad Wasyhi.
Salah satu karyaku yang meraih nominasi pertama dalam Festival Film Palestina, film dengan judul “Di Perbatasan” yang menceritakan tentang derita Palestina di Perbatasan Utara dan Selatan lebih spesifik lagi setelah peperangan terjadi. Film tersebut didukung Pusat Informasi Generasi Muda, termasuk dalam rangkaian film Generasi Muda 2014 yang disponsori Lembaga Aman Palestina di Malaysia.
Pencapaian di usiaku ini bukan hal yang mudah bahkan sangat sulit, terutama saat melakukan riset untuk ide dan penerimaan orang terhadap ide serta momentumnya. Kesulitan lainnya adalah penilaian dari berbagai pihak dan tidak adanya lembaga resmi yang bisa melakukan hal tersebut.