Hisyam Munawwar
Penjajah Israel sangat paham bahwa negara-negara Arab dalam kondisi tidak mampu membalas serangan atau menyerang. Walaupun dengan tujuan membela Masjid Al-Aqsha. Negara-negara ini tenggelam dalam kepentingan dan persoalan keamanan, politik dan social dalam negeri mereka. Yang lebih utama lagi mereka tahu bahwa wajah baru dunia Islam akibat kelakuan teroris boneka tidak menyisakan teman, sekutu bahkan yang bersimpatik pada persoalan Al-Aqsha dan kesuciannya. Bahkan sebagian negara Eropa menerapkan syarat visa bagi pengunjung dari Timur tengah hanya untuk yang beragama Nasrani atau lainnya asal bukan Muslim.
Penjajah Israel juga sangat menginginkan posisi aman pada konflik di Timur tengah . Peperangan yang mengguncang dunia saat ini dengan lakon teroris hingga ke berbagai negara bahkan benua. Tidak ada keterlibatan Israel di sana, tidak juga bertanggungjawab atas apa yang terjadi. Tetapi konflik tersebut adalah akibat konflik Arab dengan Arab, Arab dengan Iran. Hingga perseteruan Arab Israel pada persoalan pembebasan Palestina juga situs-situs suci umat Islam dan Nasrani dari penjajahan dan Yahudisasi serta pengembalian hak-hak warga Palestina telah berubah menjadi wacana yang ditelan zaman.
Yang menjadi kepentingan Israel adalah mendorong kedua belah pihak yang bertikai, Arab dan Iran agar terus bertikai. Kepentingan selanjutnya adalah memperdalam konflik antar mereka, membuat persoalan Palestina tidak lagi menjadi prioritas dalam daftar perhatian Arab dan Islam, hingga mereka melenggang menjalankan rencana perluasan dan Yahudisasi. Demikianlah kenyataannya saat ini
Karena itu Israel menuntut pengakuan Arab dan Iran terhadap Kedaulatan Yahudi sebagai prasyarat bagi pemukiman wilayah dan pengakuan bahwa Negara Palestina adalah milim Yahudi yang berarti mereka berhak membangun Haikal. Dan Letak Haikal ada di dalam Masjid Al-Aqsha.
Negara-negara Arab yang disangka hati mereka bersatu padahal berpecah, menyadari bahwa jika tuntutan tersebut dikabulkan maka akan menjadi permulaan bagi mereka. Konsekuensinya secara tidak langsung hal tersebut akan menjadi dukungan bagi rakusnya Yahudi dalam memperluas tegaknya negara Yahudi berdasarkan agama Taurat palsu di Masjid Al-Aqsha. (yang juga akan membuat rencana Yahudi membangun Haikal di reruntuhan Al-Aqsha terwujud) ditambah lagi tanah-tanah bangsa Arab (yang membentang dari sungai Nil hingga sungai Efrat)
Kepentingan Israel lainnya adalah menyulut api pertikaian Arab-Iran, memperluas celah konflik antar suku dan madzhab antar keduanya untuk mendukung rencana pembagian wilayah negara-negara kecil berdasarkan agama, madzhab dan ras. Iran tidak akan bergerak sendiri. Proyek yang dimulai di awal 50an abad 20 (surat2 Ben Gurion Mosche Sharett) dan yang secara rinci dibahas oleh orientalis Yahudi berkebangsaan amerika Bernard Louis dalam studi terhadap data departemen Pertahanan Amerika tahun 1978 , merupakan tonggak yang kokoh dalam strategi keamanan Israel. Setelah Sudan dibagi menjadi dua negara beradasarkan perbedaan agama dan ras, Irak terpecah beradasarkan suku dan madzhab dan pengusiran paksa para penganut Nasrani maka pertikaian-pertikaian yang terjadi di Yaman dan Suria serta peperangan antar suku di Libya membuat Israel memiliki keberanian melanjutkan langkah penghancuran yang berbahaya ini.
Penerapan teori pecah belah negara ini dimaksudkan untuk melanjutkan proyek pembagian Dunia Arab terlebih adanya sekelompok negara-negara sektarian yang menari di atas reruntuhan pembagian memanfaatkan situasi yang terjadi hingga menerima kenyataan yang terjadi dan menjalaninya dengan damai. Artinya menurut teori ini bahwa masalah-masalah yang terjadi saat ini yang menghambat kemajuan masyarakat Arab tidak akan mengulang pertikaian dengan Israel tidak juga menghamburkan materi untuk persenjataan demi memerangi Israel, hal yang tidak ada manfaat dan hasil.
Ada dua persoalan terkait arah kebijakan ini, pertama, persoalan konflik internal yang meletus di sebagian besar negara-negara Arab, kedua persoalan konflik antar negara Arab. Baik tuduhan Iran sebagai dalang dari seluruh konflik atau bukan. Kedua persoalan ini membuat militer Israel jauh lebih kuat dan mampu bertahan dari berbagai serangan. Dan proyek perluasan Israel tidak akan menghadapi rintangan apapun.
apakah pertikaian Arab-Iran sudah sampai pada titik tidak bisa rujuk. Apakah semua pintu upaya perdamaian dan ajakan bersatu sudah tertutup. Apakah tuntas sudah pembelaan terhadap wilayah yang dikuasai musuh Israel dengan proyek perluasan dan yahudisasinya.
Satu hal yang pasti bahwa konflik yang terjadi saat ini antara Iran dan Dunia Arab tidak akan memberikan kemenangan kecuali pada penjajah Israel. Apakah Arab dan Iran tahu akibat dari persoalan politik yang melelahkan dan menguras energi mereka bagi Israel musuh bersama?