Pidato Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Sidang Majelis Umum PBB pada Jumat (27/9) menuai penolakan luas. Puluhan delegasi diplomatik melakukan walkout massal sesaat sebelum Netanyahu naik podium yang membuat aula hampir kosong. Aksi itu menjadi simbol penolakan global atas langkah politik Israel dan genosida yang masih berlangsung di Gaza.
Foto dan video memperlihatkan hanya delegasi Israel dan segelintir negara lain yang tetap tinggal di ruang sidang. Media Israel menyebut kejadian itu sebagai “aib publik” bagi Netanyahu di hadapan komunitas internasional. Aksi ini dilaporkan merupakan inisiatif misi Palestina di PBB yang mengajak delegasi melakukan boikot terkoordinasi untuk menunjukkan bahwa dunia tidak akan turut serta dalam genosida, kejahatan perang, dan pendudukan ilegal.
Bersamaan dengan itu, ribuan demonstran memenuhi jalanan New York dan kota-kota besar lain di AS, menuntut penghentian perang serta menyerukan pertanggungjawaban Israel atas kejahatan di Gaza. Mereka menyebut Netanyahu sebagai penjahat perang yang diburu Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Sementara itu, di Gaza, militer Israel dengan sengaja menyiarkan pidato Netanyahu langsung ke wilayah yang hancur akibat serangan, melalui pengeras suara di truk, tembok perbatasan, hingga pesan digital ke ponsel warga. Namun, karena gempuran serangan dan kondisi krisis, warga Gaza melaporkan tidak mendengar siaran tersebut. Organisasi HAM Palestina mengecam langkah itu sebagai propaganda paksa dan bentuk perang psikologis yang merendahkan martabat manusia serta melanggar hukum internasional.
Sejak 7 Oktober 2023, agresi Israel dengan dukungan AS dan Eropa telah membunuh lebih dari 231.000 warga Palestina, termasuk korban luka dan hilang, mayoritas perempuan dan anak-anak. Lebih dari 65.000 orang terbunuh, 167.000 luka-luka, dan ribuan lainnya masih hilang. Blokade dan penghancuran sistematis juga memicu kelaparan yang merenggut ratusan nyawa, terutama anak-anak, serta menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza hingga tak lagi layak huni.
Sumber: Palinfo, Qudsnen