Hasil Asesmen Nasional (AN) 2021 atau Rapor Pendidikan tahun 2022 disebut menunjukkan sekitar 25% peserta didik di Indonesia mengalami perundungan (bullying). Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) juga prihatin atas munculnya berbagai pemberitaan tentang perundungan di satuan pendidikan. Pada Januari-Februari 2023, tercatat ada 6 kasus tindak kekerasan berupa perundungan atau kekerasan fisik dan bully yang terjadi di satuan pendidikan. Sedangkan kasus kekerasan seksual di satuan pendidikan selama Januari-Februari, tercatat ada 14 kasus yang semuanya sedang diproses di kepolisian.
Sekretaris Jenderal FSGI Heru Purnomo menyampaikan, “Berdasarkan jenjang pendidikan, FSGI menemukan bahwa kasus perundungan tertinggi terjadi di SMK yaitu 3 kasus atau 50% dari total kasus, sedangkan di MTs, di Pondok pesantren dan di SD masing-masing ada 1 kasus perundungan di lingkungan pendidikan. Dari 6 Kasus tersebut 33,33% terjadi di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Agama dan 66,67% terjadi di satuan pendidikan di bawah kewenangan KemendikbudRistek,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menekankan urgensi mengatasi perundungan di lingkungan satuan pendidikan. Jenis perundungan yang mereka dapatkan beragam, baik itu secara fisik, verbal, sosial/relasional, ataupun secara daring alias cyberbullying. “Salah satu upaya yang tengah kami lakukan untuk mengatasi perundungan di satuan pendidikan adalah menerapkan program Roots Indonesia. Sebagai sebuah gerakan tentunya upaya ini harus kita lakukan bersama. Pendidikan yang maju berawal dari sekolah yang bebas dari kekerasan,” ujar Nadiem, Minggu (21/5).
Setiap elemen Nadiem sebut memiliki peran masing-masing. Pemerintah daerah, kata dia, perlu mendukung sekolah yang melakukan Program Roots. Warga sekolah, termasuk orang tua, harus berkolaborasi mencegah dan menangani tindak kekerasan.
Sejak 2021, melalui program Roots telah dilakukan pendampingan terhadap 7.369 sekolah jenjang SMP dan SMA/ SMK yang berasal dari 489 kabupaten/ kota di 34 provinsi di Indonesia. Program tersebut juga telah melatih 13.754 fasilitator guru antiperundungan di jenjang SMP dan jenjang SMA/SMK. Berdasarkan data hasil monitoring program Roots tahun 2021, telah terbentuk 43.442 siswa agen perubahan antiperundungan yang berperan untuk menyebarkan pesan dan perilaku baik di lingkungan sekolah.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini