Adara Relief – Jakarta. Semangat untuk terus peduli perjuangan Palestina tidak pernah berhenti mengalir di kalangan masyarakat, terutama kalangan ibu. Di awal tahun 2019 ini Adara Relief International kembali meresmikan komunitas yang peduli perjuangan Palestina yang dinamakan Sahabat Peduli Al-Quds. Komunitas yang terdiri dari 20 orang pengurus ini diketuai oleh Dyah Andryani.
Dalam cara yang diadakan di SDIT Hania Kebalen, Babelan, Bekasi Jawa Barat, diselenggarakan pula “Training for Trainer (TFT)” untuk membekali para pengurus agar mengetahui lebih dalam mengenai kenapa harus berjuang untuk Palestina.
TFT yang diselenggarakan diisi dengan dua materi, materi pertama bertema “Palestina Kewajiban di Pundak Umat”. Materi ini dibawakan langsung oleh pembina Adara Ir.Maryam Racmayani Yusuf, S.Th.i., MM., yang mengajak peserta untuk mengenal lebih dalam tentanh Baitul Maqdis.
Pada kesempatan itu ia menjelaskan kepada
peserta tentang arti pentingnya Palestina terutama masjid Al Aqsa bagi umat muslim dunia, sehingga wajib bagi umat muslim di seluruh dunia untuk ikut berjuang dalam membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis Israel.
Maryam menjelaskan bahwa Palestina mempunyai arti penting bagi para nabi karena Palestina merupakan tanah kelahiran, tempat tinggal bahkan menjadi tempat beberapa nabi menutup usia. Tidak hanya itu, Al quran juga mengabadikan kisah-kisah yang terjadi di Palestina seperti kisah Maryam yang lahir di Palestina.
Pada kesempatan kali ini, Maryam juga menjelaskan alasan-alasan pentingnya membela Palestina kepada peserta TFT ini. Ia juga menambahkan bahwa sampai saat ini penduduk Gaza tidak pernah berkurang walaupun terus menerus mendapatkan serangan dari Zionis Israel. Hal ini terjadi karena setiap kali penduduk Gaza syahid, pada saat itu juga Allah mengganti dengan kelahiran bayi-bayi Gaza.
Materi kedua bertema tentang “Meneladani Kehebatan Penduduk Gaza” dibawakan oleh Ketua Adara Relief Hj. Nurjanah Hulwani, S.Ag., ME. Pada kesempatan ini Nurjanah membagikan kisah keteladanan penduduk Gaza. Ia memberikan contoh keteladanan sosok Syeikh Ahmad Yasin dengan kondisi beliau yang cacat dan penuh keterbatasan fisik, namun dikenal sebagai orang yang kuat dan berperan penting dalam upaya pembebasan Palestina.
Nurjanah mengajak peserta untuk mengambil hikmah dari sosok Syeikh Ahmad Yasin bahwa seperti apapun kondisi fisik kita jangan sampai melemahkan ibadah kita kepada Allah SWT.
Nurjanah juga mengajak peserta untuk menjadikan kedua mata yang dimiliki mereka untuk membantu orang lain. Satu mata digunakan untuk memperhatikan negeri Tanah Air Indonesia dan satu mata lagi untuk memperhatikan Palestina, sehingga perhatian kita tidak lepas pada Palestina maupun tanah Air.
Ia mengajak untuk menjadikan semua aktivitas yang dilakukan selalu diniatkan selalu untuk membebaskan Palestina.
Menurutnya, kita harus keluar dari zona nyaman yang hanya fokus terhadap kesolehan pribadi karena kesolehan belum sempurna apabila kita tidak bisa mensolehkan anak, suami, keluarga, teman kantor, dan tetangga. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Syeikh Ahmad Yasin yang memulai dakwah dari orang-orang terdekat dilingkungannya.
Pada materi ini Nurjanah juga menyampaikan mengenai pentingnya kita merancang kematian, karena dengan merancang kematian akan menjadikan kita tidak absen dalam berbuat kebaikan. Bahkan kalau mampu, kita merancang agar bisa dimatikan dalam keadaan syahid fiisabilillah yang dekat dengan Al Quran. Karena meninggal dalam keadaan muslim maknanya adalah selalu menghadirkan ketundukan kepada Allah SWT.
Sebagai Aktivis Palestina Nurjanah mengingatkan peserta untuk dekat dengan Al Quran seperti rakyat Palestina yang terus menerus belajar mencintai Al Quran dalam kondisi apapun.
Dalam penutupnya Nurjanah mengatakan bahwa perjuangan Palestina kita anggap sebagai obor amal ibadah kita di Akhirat kelak.
Ia menekankan peran kita secara personal untuk Palestina yaitu perjuangan yang dilakukan semoga ditambahkan perasaan cinta kepada Palestina oleh Allah sehingga menambah semangat untuk berjuang membebaskan Palestina.
Acara ditutup dengan pelantikan pengurus komunitas. Pada kesempatan itu ketua Komunitas Dyah Andryani berharap bisa berbuat lebih banyak untuk palestina dan melatih diri untuk pantas menjadi orang-orang yang membela Palestina, meskipun dalam langkah paling kecil sekalipun.
Adapun pelantikan komunitas Sahabat Peduli Al Quds Bekasi ini telah menggenapkan jumlah komunitas binaan Adara menjadi 10 komunitas. Kedepannya akan ada beberapa komunitas lagi yang Akan diresmikan. Semoga dengan semakin bertambahnya komunitas binaan yayasan Adara Relief international ini bertambah pula kecintaan dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap permasalahan Palestina.