Adara Relief – Palestina. Perang Oktober atau disebut juga dengan perang 10 Ramadhan adalah perang yang terjadi ketika Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak dengan mengejutkan Israel tepat di hari suci kaum Yahudi. Hari suci yang dikenal dengan istilah “Yom Kippur”, adalah hari di mana sebagian besar kekuatan Israel diliburkan dan prajurit juga diistirahatkan. Perang ini tepatnya terjadi pada tanggal 6 Oktober 1973 M /1393 H.
Mesir dan Suriah mengambil kesempatan ini karena Israel berada pada saat itu dalam kondisi paling rentan. Kendatipun Israel sendiri memiliki keyakinan kuat bahwa pasukan Mesir dan Suriah tidak akan mampu menerobos tembok-tembok pertahanan buatannya. Salah satunya adalah garis pertahanan yang disebut “Garis Bar Lev”. Israel mengklaim garis ini tidak akan mampu ditembus.
Namun klaim tersebut dapat dipatahkan pasukan Mesir dalam kurun waktu kurang dari 40 jam. Bahkan kurang dari 18 jam, pasukan Mesir berhasil menerobos garis pertahanan Bar Lev dan menguasai Terusan Suez.
Di sisi lain, front Suriah juga berhasil memasuki Golan melalui operasi mengejutkan. Kekuatan-kekuatan militer Suriah naik ke pegunungan Syaikh Amlaq, dan berhasil meruntuhkan penjagaan militer Israel yang ada di sana.
Namun demikian, setelah kekuatan Mesir menerobos ke Sinai, mereka dikejutkan dengan serangan udara Israel yang berhasil menghancurkan 250 tank milik Mesir. Pesawat- pesawat tempur Mesir tidak mampu membendung serangan ini.
Di tengah situasi ini, Amerika dengan cepat memberikan dukungan kepada Israel dengan mengirimkan bantuan-bantuan militer. Amerika mengirim barisan pesawat-pesawat yang mengangkut perbekalan dan perlengkapan militer canggih, hingga jeda waktu antara satu pesawat dengan pesaawat lainnya hanya terpaut beberapa menit.
Selain itu, Amerika juga menyampaikan informasi-informasi pergerakan kekuatan pasukan Arab melalui pengintaian satelit.
Ketika siaran-siaran radio Arab mengumumkan kemenangan sempurna, pada saat yang sama pasukan Israel membuka celah Terusan Suez dan menyeberang ke tepi seberang. Celah ini disebut celah Deversoir. Kekuatan-kekuatan tempur Israel berhasil meghancurkan tank-tank milik kekuatan Mesir, hingga pesawat-pesawat tempur Israel bebas terbang di wilayah-wilayah udara Mesir tanpa perlawanan. Dengan demikian, kekuatan Israel berhasil mengepung pasukan Mesir di Sinai.
Pasca perang, Arab mengambil sikap cemerlang untuk melemahkan kekuatan Israel dan negara-negara pendukungnya yaitu menggunakan senjata yang disebut “senjata minyak”.
Para menteri minyak Arab memutus pasokan minyak untuk negara-negara pro- Israel termasuk Amerika. Harga minyak negara naik secara signifikan hingga 70%. Harga minyak di Amerika Serikat yang sangat tinggi telah menyebabkan inflasi global dan stagnasi ekonomi pada tahun 1974 dan 1975.
Berdasarkan sejarah perang Yom Kippur diatas, setidaknya ada tiga hal yang penulis simpulkan dari perang ini.
Pertama, sesungguhnya peran ini menjadi satu momen bahwa apabila bangsa Arab bersatu, akan mampu mengalahkan Israel dan kroni-kroninya. Inflasi global akibat boikot negara-negara OPEC membuktikan kemampuan negara-negara Arab dalam mempengaruhi perekonomian dunia.
Tetapi sayangnya, ketidakkomitmenan bangsa-bangsa Arab untuk memperjuangkan Palestina, menjadikan momen perang ini sebagai batu landasan bagi Zionis untuk mengerdilkan persoalan Palestina.
Perang ini menjadi langkah upaya Zionis untuk menjauhkan persoalan Palestina dari bangsa Arab, dengan menyibukkan negara terdekat Palestina yaitu Suriah, Mesir dan Yordania untuk memulihkan peta wilayah dan martabat mereka. Hal ini berdampak pada kondisi Palestina yang hingga kini semakin terisolir dari perhatian bangsa Arab dan dunia.
Kedua, perang ini menjadi kerugian besar bagi bang Palestina. Sebab perang ini adalah cikal bakal perjanjian perdamaian “Camp David” antara Mesir dengan Israel.
Perjanjian ini berakibat fatal terhadap Palestina yang terus menerus diperkecil tanah airnya. Perjanjian Camp David ini hanya dijadikan wadah untuk pembagian kekuasaan belaka diantara ketiga negara (Mesir, Israel, dan Amerika Serikat).
Mesir secara jelas mengakui bahwa Israel merupakan sebuah negara. Pada saat yang sama, Mesir telah mengakui tindakan penjajahan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina adalah sebuah hal yang legal.
Ketiga, meski pada awalnya perang ini ditujukan untuk memperjuangkan kebebasan Palestina, namun akibat ketidakkomitmenan Mesir, rakyat Palestina harus merasakan penderitaannya hingga kini.
Meski penderitaan terus menerus menghantam rakyat Palestina dan tanah mereka dirampas dengan paksa tiada hentinya, namun mereka tak pernah tunduk di hadapan penjajah Zionis.
Maka teruslah menyalakan cahaya-cahaya harapan bagi Palestina. Agar perjuangan ini bernafas panjang hingga Masjid Al Aqsa kembali ke pangkuan umat Islam dan pengungsi bisa kembali ke tanah air Palestina dalam kedamaian dan kemerdekaan.
(Ana Rahmawati)
Referensi:
1. Ensiklopedi Palestina Bergambar karya DR. Thariq As-Suwaidan
2. http://www.bbc.com