Piala dunia U-20 FIFA 2023 merupakan salah satu ajang pertandingan sepakbola dunia ke-23 yang pada tahun ini yang akan diadakan di Indonesia pada bulan Mei – Juni 2023. Meskipun pelaksanaannya masih dua bulan lagi namun persiapan acara ini sudah dimulai sejak jauh hari. Terdapat 24 negara yang berhasil lolos kualifikasi dan akan bertanding di Indonesia nantinya, termasuk di dalamnya ialah Timnas Israel yang kedatangannya menimbulkan kontroversi di dalam negeri.
Kontroversi itu sendiri disebabkan karena tidak adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel. Selain itu, isu apa pun menyangkut Israel di tanah air sangat sensitif karena Indonesia sendiri mempunyai relasi historis dan solidaritas yang kuat dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina, terlebih dengan serangkaian aksi kekerasan tanpa henti yang dilakukan oleh Israel. Beragam organisasi keislaman telah menyatakan penolakan dan mendesak pemerintah untuk tidak mengizinkan Timnas Israel turut berlaga di Indonesia.
Namun, penolakan-penolakan tersebut menuai respon kontradiktif yang disampaikan oleh pihak PSSI maupun pihak lainnya. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir mengomentari bahwa urusan olahraga sebaiknya jangan dicampuradukkan dengan urusan politik. “Kemarin sudah ada rapat. Kalau PSSI fokusnya ke penyelenggaraan, kami fokus di situ. Kami juga fokus mempersiapkan timnas, urusan politik itu domain-nya bukan di kami, itu jelas domain pemerintah,” (Kumparan, 9/3).
Senada dengan Ketum PSSI, Mantan Kemenpora yang juga merupakan Waketum PSSI menyampaikan bahwa Indonesia bisa saja di-banned oleh FIFA kalau menolak Timnas Israel. Untuk itu, ia mengimbau untuk tidak mencampuradukkan politik dan olahraga. “Kita harus menjadi tuan rumah yang baik dan kita harus menerima tamu siapa saja yang datang dari berbagai negara, baik itu timnasnya maupun suporternya,” tambah Zainudin (Kumparan, 9/3).
Mahfud M. D. selaku Menko Polhukam menyampaikan bahwa urusan terkait dengan masalah Tim Nasional Israel Under-20 yang akan berlaga di Indonesia, mulai dari urusan politik, diplomatik, keamanan, dan sebagainya sudah dibicarakan. Ia mengatakan, “Sudah disiapkan, jadi nggak ada masalah,” (CNN, 8/3).
Berkaitan dengan isu sepakbola dan olahraga, serta kedatangan Israel, Indonesia pernah menentukan sikapnya lebih dari 60 tahun yang lalu dalam perhelatan Asian Games ke IV dan Piala Dunia tahun 1958 untuk menolak bermain dengan Israel. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 1945, dunia sepakbola Indonesia mengalami kemajuan di Asia. Sepakbola Indonesia berhasil lolos ke Olimpiade Melbourne 1956. Walaupun Indonesia harus kalah setelah berhadapan dengan Uni Soviet dengan skor akhir 4-0. Namun, masuknya Indonesia ke Piala Dunia pada saat itu merupakan suatu prestasi tertinggi dalam sepak bola untuk Indonesia. Pada 1958, Indonesia juga merasakan hasil terbaik di Kualifikasi Piala Dunia 1958, yakni setelah berhasil mengalahkan Cina pada pertandingan pertama. Namun, Indonesia menolak untuk bertanding melawan Israel pada pertandingan kedua dikarenakan alasan politis. Sejak saat itu Indonesia tidak pernah mengikuti kualifikasi Piala Dunia hingga tahun 1970.
Pada tahun 1962 Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Asian Games IV. Perjuangan Indonesia untuk menjadi penyelenggara Asian Games dapat dikatakan tidak mudah. Perjuangan panjang dimulai sejak tahun 1951 ketika Indonesia untuk kali pertama mengajukan diri sebagai penyelenggara, tetapi kondisi dalam negeri Indonesia yang tidak stabil menyebabkan Indonesia belum bisa mendapatkan kesempatan pada tahun tersebut. Barulah selepas terselenggaranya Konferensi Asia Afrika pada 1955, Indonesia mulai mendapat sorotan dari dunia Internasional. Jakarta terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games ke IV tahun 1962 setelah berhasil mengungguli dua suara atas Karachi, Ibu Kota Pakistan.
Pada saat penyelenggaraan Asian Games IV tersebut terdapat kontroversi ketika Indonesia yang gencar mendukung kemerdekaan Palestina menolak untuk memberikan visa terhadap kontingen Israel dan Taiwan. Oleh sebab tindakan itu, Indonesia mendapat teguran dari Wakil Presiden Federasi Asian Games, Guru Dutt Sondhi. Sondhi menyayangkan sikap Indonesia yang melibatkan urusan politik dalam perhelatan olahraga. Namun, komentar tersebut justru menjadi bumerang baginya. Pasalnya, pernyataannya memicu demonstrasi menentang Kedutaan Besar India di Jakarta. Masyarakat Indonesia pada saat itu menganggap bahwa pernyataan Sondhi tersebut dinilai tidak menghargai keputusan Soekarno dan bangsa Indonesia itu sendiri. Akhirnya, Sondhi meninggalkan Indonesia dan permasalahan ini dibawa ke forum International Olympic Committee (IOC).
Permasalahan akibat sikap Indonesia yang menolak Israel tidak berhenti sampai di situ. Pada pertemuan di Lausanne, Swiss 7 Februari 1963, International Olympic Committee (IOC) dalam sidang Executive Board yang dihadiri oleh ketua IOC Avery Brudge memutuskan untuk menskors Indonesia dari olimpiade hingga waktu yang tidak ditentukan. Ini berarti sekaligus Indonesia dilarang untuk mengikuti Olimpiade Tokyo, Jepang tahun 1964. Alasan yang IOC lontarkan berkaitan dengan sikap Indonesia yang menolak Israel dan Taiwan pada Asian Games IV di Jakarta. IOC akan mencabut skors jika Indonesia meminta maaf terhadap Sondhi dan kedua negara tersebut dan tidak mengulanginya lagi. Selama 69 tahun, baru kali itu IOC memberikan sanksi kepada negara pesertanya dan itu adalah Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Soekarno selaku pemimpin Indonesia pada saat itu bersikap tegas dan sangat marah. Melalui pidatonya dalam musyawarah Front Nasional tanggal 13 Februari 1963, Ia kemudian memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk segera menarik diri dari keanggotaan IOC. “Kita bangsa Indonesia ini bukan bangsa tempe, bukan bangsa kintel. Oleh karena itu perintahkan agar Indonesia keluar saja dari IOC. Biarlah kita keluar dari IOC, asal kita tetap menjadi bangsa yang kuat”, tegas Soekarno.
Sebagai gantinya, Indonesia kemudian membentuk dan melaksanakan Ganefo (Game of New Emerging Forces) sebagai protes keras untuk IOC. Ganefo merupakan ajang olahraga yang diikuti oleh negara-negara Nefo (New Emerging Forces) atau negara-negara dunia ketiga seperti negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk mengkampanyekan semangat anti penjajahan. Diselenggarakannya Ganefo ini secara jelas memperlihatkan manuver politik untuk melawan IOC dan para imperialis, “..katanya olahraga tak boleh dicampur adukan dengan politik. Itu bohong! Asian Games itu adalah penjelmaan dari rangka politik. Kalau tidak dengan politik, kenapa RRT tidak boleh ikut dalam Asian Games? Apa itu bukan politik? Itu malah mbahnya politik. Olahraga tidak bisa dipisahkan dari politik dan sekarang kita terang-terangan saja..”, tegas Soekarno dalam pidatonya.
Sudah sejak 60 tahun yang lalu pemimpin dan founding fathers kita memberi contoh yang jelas akan sikap tegasnya untuk sama sekali tidak berhubungan dengan negara yang melakukan penjajahan karena itu jelas bertentangan dengan spirit nasional dan cita-cita bangsa Indonesia untuk menentang segala bentuk penjajahan di atas dunia. Maladi, Menpora era Presiden Soekarno mengatakan “Sport tidak dapat dipisahkan dengan politik, yang secara terus terang dan terbuka dinyatakan oleh Indonesia kepada dunia”.
Yunda Kania Alfiani
Penulis merupakan Relawan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan.
Referensi:
- CNN Indonesia. “Mahfud soal Israel Ikut PD U20 di Indonesia: Disiapkan Semua Jalur”. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230308200116-20-922642/mahfud-soal-israel-ikut-pd-u20-di-indonesia-disiapkan-semua-jalur.
- Kumparan Bola. “Timnas Israel U-20 Bakal ke Indonesia, PSSI: Lagi Ditangani Kemenkopolhukam”. https://kumparan.com/kumparanbola/timnas-israel-u-20-bakal-ke-indonesia-pssi-lagi-ditangani-kemenkopolhukam-1zySnrzNAGx/full.
- Pauker, Ewa T. (1965). “Ganefo I: Sports and Politics in Djakarta”. Asian Survey, 5(4): 171-185. Diakses online: https://www.jstor.org/stable/2642364.
- Putro, Widhi Setyo. “Ketika Presiden Sukarno Menolak Atlet Taiwan dan Israel di Asian Games IV”. https://www.kompasiana.com/widhisetyoputro8199/63e38bd379342c4c6722af42/ketika-presiden-sukarno-menolak-atlet-taiwan-dan-israel-di-asian-games-iv?page=1&page_images=1.
- Wirayudha, Randy. “Mengucilkan Israel di Arena Olahraga (Bagian II – Habis)”. https://historia.id/olahraga/articles/mengucilkan-israel-di-arena-olahraga-bagian-ii-habis-vxGpn/page/1.
- Yulianti, Nia Riski, dll. (2021). “Pengaruh Asian Games IV Tahun 1962 Terhadap Hubungan Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin”. Jurnal Candi, 21(1): 51-68. Diakses online: https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/86633/Asian-Games-IV-Tahun-1962-dan-Pengaruhnya-Terhadap-Pelaksanaan-Politik-Luar-Negeri-Indonesia-pada-Masa-Demokrasi-Terpimpin.
- Zara, Muhammad Yuanda. (2016). “Tuan Rumah yang Ramah, Peserta yang Berprestasi: Imej Indonesia di Asian Games 1962 di Surat Kabar Kedaulatan Rakjat”. Patrawidya, 19(2): 173-196. Diakses online: https://patrawidya.kemdikbud.go.id/index.php/patrawidya/article/view/142.
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini