Pengungsi Palestina dalam Sorotan
Konflik, penjajahan, agresi, kemiskinan, dan ketidaksetaraan menjadi pendorong global yang membentuk pola mobilitas manusia. Sebagian orang terpaksa mengungsi. Saat ini, sekitar 300 juta orang di seluruh dunia merupakan pengungsi. Sebagian dari mereka berpindah dengan kemauan sendiri, tetapi sebanyak 117,2 juta orang pada 2023 harus mengalami pemindahan secara paksa.
Dari Palestina hingga Afganistan, dari Venezuela hingga Ethiopia, dari Ukraina hingga Somalia, berita utama media memberikan pengingat setiap hari tentang besarnya isu tersebut dalam kehidupan saat ini.
Hampir satu tahun sejak invasi Rusia ke Ukraina, sepertiga warga di negara tersebut terpaksa meninggalkan rumah mereka. Sebanyak 7,9 juta orang mengungsi ke seluruh penjuru Eropa, sementara 5,9 juta lainnya mengungsi di dalam negeri dan harus menghadapi suhu musim dingin yang ekstrem dengan pemadaman listrik berkepanjangan.
Di Republik Demokratik Kongo, salah satu krisis kemanusiaan terlama di dunia telah memasuki fase baru yang mematikan dengan meningkatnya serangan terhadap warga sipil oleh kelompok pemberontak bersenjata, terutama di bagian timur negara itu. Serangan baru-baru ini oleh kelompok bersenjata M23 telah memaksa hampir 521.000 orang meninggalkan rumah mereka di Provinsi Kivu Utara, berkontribusi terhadap sekitar 5,65 juta warga Kongo yang sudah mengungsi di dalam negara mereka. Sementara itu, sebanyak 1 juta lainnya hidup sebagai pengungsi di negara lain di seluruh Afrika.
Di tanduk Afrika, kegagalan musim hujan berturut-turut selama empat musim telah membawa Somalia, Ethiopia, dan sebagian Kenya mengalami kekeringan terparah dalam sejarah. Lebih buruknya, musim hujan 2023 juga diperkirakan akan gagal, sehingga setidaknya 36,4 juta jiwa akan terkena dampak. Kombinasi kekeringan dan konflik di wilayah ini membawa lebih dari 1,7 juta jiwa orang mengungsi sejak Januari lalu.
Adapun di Palestina, dampak penjajahan telah diperparah oleh pemulihan yang lambat dari agresi Mei 2021 dan Agustus 2022 di Gaza, peningkatan kekerasan di Tepi Barat yang telah mencatat 66 orang Palestina terbunuh sejak awal 2023, dampak berkelanjutan pandemi COVID-19, krisis iklim, serta perang di Ukraina yang memengaruhi kelangkaan dan kenaikan harga barang. Kemiskinan, pengangguran, dan tidak adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia atas orang Palestina telah membawa mereka ke dalam krisis multidimensi. Pada September 2022, Tim Kemanusiaan PBB (HCT) memperkirakan bahwa sekitar 2,1 juta warga Palestina di seluruh wilayah membutuhkan beberapa bentuk bantuan kemanusiaan, dengan 64 persen atau 1,3 juta di antaranya adalah orang yang tinggal di Gaza. Termasuk di antara kelompok yang paling membutuhkan adalah 1,4 juta pengungsi, 900,000 anak-anak, dan 800,000 orang yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Sementara itu, kebutuhan kemanusiaan bagi para pengungsi dan orang-orang yang terlantar akibat konflik berkepanjangan ini tumbuh lebih cepat daripada yang dapat diperluas oleh respons kemanusiaan. Tentu masih ada banyak hal terkait pengungsi dan krisis kemanusiaan yang perlu disampaikan, tetapi dalam laporan ini Adara Relief International menyoroti nasib para pengungsi Palestina terutama yang berada di dalam berbagai kamp pengungsian.
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini