Pemukim ilegal Israel dilaporkan telah melakukan 158 serangan terhadap petani Palestina di Tepi Barat yang diduduki sejak dimulainya musim panen zaitun pada Oktober lalu, menurut pernyataan pejabat Otoritas Palestina.
Kepala Komisi Perlawanan Tembok dan Permukiman, Muayyar Shaaban, mengatakan bahwa tim lapangan mencatat 17 serangan oleh tentara Israel dan 141 serangan lainnya oleh pemukim ilegal. Serangan tersebut meliputi kekerasan fisik, penangkapan, pembatasan gerak, pelarangan akses, intimidasi, pelecehan, hingga penembakan langsung terhadap petani.
Menurut data resmi, sebanyak 56 serangan terjadi di Nablus, 51 di Ramallah, dan 15 di Hebron. Shaaban juga melaporkan 57 insiden pembatasan gerak dan intimidasi terhadap pemetik zaitun, serta 22 kasus pemukulan dan kekerasan fisik terhadap petani.
Selain itu, sebanyak 795 pohon zaitun hancur dalam 74 serangan yang secara langsung menargetkan lahan perkebunan zaitun. Shaaban menyebut musim panen tahun ini sebagai “salah satu yang paling sulit dan berbahaya dalam beberapa dekade terakhir” akibat meningkatnya kekerasan yang dilakukan tentara Israel dan para pemukim ilegal.
Ia menegaskan bahwa Israel secara sistematis menargetkan musim panen zaitun karena ikatan emosional dan historis yang mendalam antara rakyat Palestina dan tanah mereka, sebagai bagian dari rencana terencana untuk menguasai geografi Palestina dan mencegah warga mengakses tanah mereka sendiri.
Sejak Oktober 2023, menurut data Palestina, pemukim ilegal Israel telah melakukan lebih dari 7.154 serangan terhadap warga dan properti Palestina di seluruh Tepi Barat, dan mengusir 33 komunitas Badui dari tempat tinggal mereka.
Sebagai catatan, Mahkamah Internasional (ICJ) pada Juli lalu menyatakan bahwa pendudukan Israel atas wilayah Palestina adalah ilegal, dan menyerukan evakuasi seluruh permukiman Israel di Tepi Barat dan Al-Quds bagian timur (Yerusalem Timur).






