Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa mendesak agar bantuan darurat, terutama bahan dan perlengkapan tempat berlindung, segera diizinkan masuk ke Jalur Gaza menjelang musim dingin yang kian mendekat. Sebagian besar penduduk Gaza masih mengungsi akibat agresi Israel yang telah menghancurkan wilayah itu sejak Oktober 2023.
Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, menegaskan bahwa bantuan harus mengalir jauh lebih cepat sebelum suhu turun drastis. Ia menyebut, meskipun bantuan perlahan masuk, banyak wilayah Gaza yang kini sulit dijangkau dan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Haq menjelaskan bahwa sejauh ini hanya 300 tenda dan 14.700 selimut yang berhasil disalurkan kepada keluarga pengungsi dan warga miskin di Khan Younis. Sejak gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober, tim PBB baru mampu mengirim sekitar 10.600 ton pasokan esensial melalui perbatasan, jumlah yang masih jauh dari kebutuhan lebih dari dua juta penduduk Gaza.
Menurut data PBB, lebih dari 85 persen bangunan di Gaza hancur total atau rusak berat, sementara ribuan keluarga masih hidup tanpa makanan, obat-obatan, maupun tempat berlindung layak.
Kesepakatan gencatan senjata sebenarnya mengatur agar 600 truk bantuan per hari diizinkan masuk, namun Israel baru mengizinkan 984 truk selama sepuluh hari pertama masa gencatan. Program Pangan Dunia (WFP) menyebut bahwa volume bantuan pangan yang masuk ke Gaza masih jauh di bawah target 2.000 ton per hari, dengan rata-rata hanya 750 ton yang berhasil dikirim.
Pernyataan Haq muncul sehari sebelum Mahkamah Internasional (ICJ) menegaskan kewajiban Israel untuk mengizinkan lembaga-lembaga PBB, termasuk UNRWA, masuk ke Gaza guna menyalurkan bantuan kemanusiaan.
Sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 68.000 warga Palestina, dan Jalur Gaza kini berada dalam kondisi kehancuran total.
Sumber: MEMO, The New Arab







