Di wilayah terpencil Tepi Barat, di wilayah pegunungan yang diduduki Israel sejak perang Arab-Israel tahun 1967, komunitas penggembala Palestina meninggalkan rumah mereka dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, menurut PBB. Hal ini terjadi karena pemukim kolonial memblokir akses ke mata air dan kolam yang mudah dijangkau oleh domba- domba Palestina. Dengan berkurangnya pakan ternak dan air, warga Palestina dan ternak mereka semakin sulit bertahan hidup. Mereka juga menceritakan bagaimana para pemukim kolonial sering memasuki desa-desa mereka, membawa senjata, dan berteriak serta menghina warga. (The New York Times)
Gereja Anglikan di Afrika Selatan telah mendeklarasikan Israel sebagai “negara apartheid” (2/10), menyusul kampanye yang dilakukan aktivis Palestina. Amnesty International, bersama dengan LSM lainnya, menyebut kondisi yang dialami warga Palestina di masa penjajahan Israel sebagai “apartheid”, mengacu pada sistem segregasi rasial di Afrika Selatan yang berlaku hingga tahun 1994. (The New Arab)
Israel melarang Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengunjungi Ein Samiya, sebuah desa Palestina di Tepi Barat yang baru-baru ini dikosongkan oleh penduduknya setelah bertahun-tahun menghadapi kekerasan pemukim kolonial. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan pada Selasa (3/10) bahwa pihak berwenang Israel “tidak mengizinkan Menteri Luar Negeri Inggris untuk memasuki Ein Samiya, serta Menteri Luar Negeri Norwegia dan Menteri Luar Negeri Irlandia.” (MEE)
Polisi Israel mengatakan pada Rabu (4/10) bahwa mereka menangkap beberapa orang yang dicurigai meludah ke arah peziarah Kristen dan gereja di Al-Quds (Yerusalem) ketika orang- orang Yahudi merayakan Sukkot (Hari Raya Pondok Daun) selama sepekan. Satu orang ditahan setelah insiden meludah terekam dalam video dan memicu kemarahan luas di media sosial. Video tersebut menunjukkan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks meludahi kaki jemaat Kristen di Kota Tua Al-Quds. (Ohad Zwigenberg/AP)
Empat warga Palestina terbunuh dalam insiden terpisah pada Kamis (5/10) di Tepi Barat yang diduduki, tiga di tangan tentara Israel, dan satu oleh pemukim Israel. (Zain Jaafar/AFP/Al Jazeera)
Pemuda Palestina, Labeeb Muhammad Dmaidi (19) terbunuh pada Jumat (6/10) ketika pemukim Israel menyerang kota Huwwara di Tepi Barat yang dijajah, hanya beberapa jam setelah pasukan Israel membunuh warga Palestina lainnya di daerah tersebut. Para pemukim merusak rumah dan bangunan, serta meneror penduduk Palestina yang berkumpul untuk menangkis serangan tersebut. Selain itu, prosesi pemakaman Dmaidi juga diserang oleh tentara Israel, melukai sedikitnya delapan orang. (WAFA/MEE)
Sabtu (7/10), warga Palestina dengan bantuan alat penggali, mendobrak pagar pembatas antara Gaza dengan wilayah Palestina yang dijajah Israel. Pada hari ini, Hamas secara resmi melancarkan perlawanan Badai Al-Aqsa atau Thufaanul Aqsha sebagai respons atas kekerasan Israel yang terus dilakukan terhadap para perempuan penjaga Masjid Al-Aqsa dan atas semakin meluasnya pemukim kolonial yang menyerbu dan melakukan ritual Talmud di Al- Aqsa, masjid suci umat Islam. (Ashraf Amra/Anadolu Agency dan berbagai sumber)
Pada hari yang sama (7/10), warga di Jalur Gaza meninggalkan rumah mereka untuk menjauh dari perbatasan Gaza dengan Israel setelah militer Israel mengatakan telah melancarkan ‘Operasi Pedang Besi’ di Jalur Gaza, sebagai tanggapan atas ‘Badai Al-Aqsa’. (Muhammad Abed/AFP/ Al Jazeera)
Roket yang diluncurkan dari Gaza pada Ahad (8/10) dicegat oleh sistem anti-rudal Iron Dome Israel . (Amir Cohen/Reuters)
Orang-orang berkumpul di sebuah masjid untuk mendoakan jenazah keluarga Abu Quta dan tetangga mereka, yang terbunuh dalam serangan Israel pada Minggu (8/10) di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan. (Said Khatib/AFP/Al Jazeera)
Senin (9/10), warga Palestina mencari korban yang selamat di bawah reruntuhan setelah Israel meluncurkan serangan udara Israel terhadap gedung-gedung di Kamp Pengungsi Jabalia di Jalur Gaza. (Muhammad Abed/AFP/NRP)
Orang-orang berkumpul di sekitar jenazah dua wartawan Palestina, Mohammed Soboh dan Said al-Tawil, yang terbunuh akibat serangan udara Israel di Kota Gaza (10/10). Sejumlah jurnalis terbunuh saat merekam serangan terhadap sebuah bangunan tempat tinggal oleh pesawat tempur Israel di Distrik Rimal di Gaza barat. (Fatima Shbair/AP/ CNN)
Para pelancong sedang menunggu penerbangan di Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv (10/10). Setelah perang terjadi sejak 7 Oktober, Bandara Ben Gurion terus dipadati oleh pelancong dan warga Israel yang hendak keluar. (Tamir Kalifa/ The New York Times/ Redux)
Asap mengepul setelah Israel meluncurkan serangan di pelabuhan Kota Gaza pada Selasa, 10 Oktober. (Mohammed Salem/Reuters)
Pemandangan dari udara ini diambil pada Rabu (11/10), memperlihatkan gedung-gedung yang hancur akibat serangan udara Israel di Kamp Pengungsi Jabalia di Kota Gaza. (Yahya Hassouna/AFP/ NRP)
Krisis air di Gaza terjadi setelah Israel menghentikan pasokan air, listrik, dan makanan, menyasar generator listrik, dan menghancurkan penampungan air. Hal ini menyebabkan Gaza bergantung pada bantuan dari luar untuk memenuhi kebutuhan air minimal. Pada Kamis (12/10), warga Palestina terlihat antre untuk mengisi wadah dengan air minum dari kendaraan distribusi air, di tengah krisis air akibat pengepungan Israel di Jalur Gaza. (Mohammed Talatene/Picture Alliance)
Jumat (13/10), demonstran Palestina bentrok dengan pasukan Israel menyusul demonstrasi yang dilakukan untuk mendukung Jalur Gaza, di kota Nablus, Tepi Barat. (Majdi Muhammad/AP)
Dari Bagdad dan Amman hingga Jakarta dan Islamabad, protes besar-besaran diadakan sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Puluhan ribu orang turun ke jalan untuk mendukung Palestina yang bersiap menghadapi kemungkinan invasi darat Israel ke Jalur Gaza. Para pengunjuk rasa mengecam pengeboman besar-besaran Israel yang sejauh ini telah membunuh lebih dari 1.500 orang di Gaza. (Alaa Al Sukhni/Reuters)
Warga Palestina mengungsi dari Gaza utara ke selatan (13/10), setelah tentara Israel mengeluarkan peringatan evakuasi untuk mencari perlindungan di selatan, melalui leaflet yang disebarkan dari udara. (Hatem Moussa/AP)
Sekitar 40.000 warga Palestina mengungsi di Rumah Sakit al-Shifa di tengah pengeboman Israel (14/10). RS tersebut merupakan yang terbesar di Kota Gaza yang menyediakan banyak fasilitas medis. Fatima, seorang nenek berusia 80 tahun, mengatakan pengungsian bukanlah pengalaman baru baginya, tetapi kali ini terasa lebih buruk dibandingkan Nakba yang dialaminya pada 1948. “Ini jauh lebih sulit daripada apa yang saya ingat pada Nakba 1948. (Karena saat ini) Israel terus membunuh anak-anak.” (Abdelhakim Abu Riash/ Al Jazeera)
Bom tidak henti-hentinya berjatuhan dari pesawat tempur Israel yang terbang di atas Jalur Gaza (15/10). Di pusat Kota Gaza, sebuah bom menghantam rumah keluarga Ramlawi di Jalan al-Jalaa, membunuh sedikitnya dua orang dan melukai 10 lainnya. Jumlah orang yang terbunuh akibat agresi Israel di Gaza telah meningkat menjadi 2.670 orang dan yang terluka menjadi 9.600 orang. Mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan. (Abdelhakim Abu Riash/ Al Jazeera)
Pada Senin (16/10), warga Palestina menunggu untuk menyeberang ke Mesir di perbatasan Rafah di Gaza (Fatima Shbair/AP/CNN)
Pengeboman Israel menghantam kompleks Rumah Sakit al-Ahli (RS Baptis) di Gaza tengah, membunuh sekitar 500 orang, termasuk pasien dan pengungsi Palestina yang berlindung di dalamnya (17/10). Serangan tersebut dengan cepat memicu kecaman internasional, termasuk dari UNRWA yang mengatakan bahwa pengeboman RS telah menunjukkan pengabaian yang mencolok terhadap kehidupan warga sipil. (Abed Khaled/AP Photo/ Al Jazeera)
Rabu (18/10), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Presiden AS Joe Biden bergabung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat Israel lainnya saat mereka menunggu dimulainya rapat Kabinet Perang Israel di Tel Aviv. (Brendan Smialowski/AFP)
Rumah di Khan Younis, selatan Gaza, rata dengan tanah setelah terjadi pengeboman Israel yang mematikan (19/10). Pengeboman di distrik-distrik selatan terus berlanjut bahkan ketika sejumlah besar warga Palestina dari utara dan tengah pindah ke selatan Gaza untuk menghindari serangan darat Israel. Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan pengeboman Israel telah membunuh hampir 3.500 orang sejak 7 Oktober (Haitham Emad/ EPA/ Al Jazeera)
Jamaah Palestina melakukan salat Jumat di lingkungan Ras al-Amud di Al-Quds (Yerusalem) Timur (20/10). Mereka tidak dapat mencapai Masjid Al-Aqsa karena pembatasan ketat yang diberlakukan penjajah memaksa mereka untuk mendirikan salat Jumat di tempat terdekat dengan Masjid Al-Aqsa yang dapat mereka jangkau. (Ahmad Gharabli/AFP)
Kamp UNRWA di Gaza membangkitkan kenangan menyakitkan tentang Nakba 1948 bagi warga Palestina yang berjuang untuk bertahan hidup. Terdapat sekitar 200 tenda di Khan Younis, selatan Gaza, yang telah didirikan pada awal pekan ini untuk membantu pengungsi Gaza yang meninggalkan rumah mereka akibat pengeboman intensif Israel di Jalur Gaza utara dan Kota Gaza. [Ashraf Amra/Al Jazeera]
Sejumlah kecil truk yang membawa bantuan kemanusiaan mulai memasuki Jalur Gaza yang terkepung melalui perbatasan Rafah dengan Mesir (21/10). Konvoi 20 truk tersebut merupakan yang pertama memasuki Gaza sejak pertempuran antara Hamas dan Israel dimulai dua pekan lalu. Bantuan tersebut mencakup persediaan makanan dan obat-obatan, tetapi tidak ada bahan bakar, yang menurut kelompok bantuan sangat penting bagi 2,3 juta penduduk Gaza. (Belal al-Sabagh/ AFP/ Al Jazeera)
Polisi di London memperkirakan 100.000 orang turun ke jalan dalam demonstrasi “Pawai Nasional untuk Palestina” untuk mengecam kampanye pengeboman Israel yang tiada henti dan blokade total terhadap Gaza. Sambil meneriakkan “Free Palestine”, dengan memegang spanduk dan mengibarkan bendera Palestina, para pengunjuk rasa bergerak melalui London sebelum berkumpul di Downing Street, kediaman resmi dan kantor Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak. (Hannah McKay/Reuters)
Warga Palestina mencari korban selamat setelah serangan udara Israel di Deir al-Balah, Gaza (22/10). Selama 24 jam terakhir, pengeboman semakin intensif, dengan mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan. Israel telah mengancam lebih dari satu juta penduduk di bagian utara Gaza untuk pindah ke selatan demi keselamatan mereka, dan PBB mengatakan lebih dari separuh penduduk wilayah tersebut kini menjadi pengungsi internal. (Hatem Moussa/AP)
Dokter Hatem Edhair, kepala Unit Perawatan Intensif Neonatal di Nasser Medical Complex mengatakan pada Senin (23/10) bahwa bayi prematur yang bergantung pada pasokan oksigen akan meninggal jika bahan bakar tidak segera dikirim ke wilayah tersebut. Semua fasilitas non- darurat telah dimatikan, untuk mengamankan unit vital yang menjaga bayi tetap hidup, seperti ventilator, pasokan oksigen, monitor dan sterilisasi. Sejak 9 Oktober, Israel melarang bahan bakar memasuki Jalur Gaza. (Adel Hana/AP/ CNN)
Ratusan orang turun ke jalan di Tel Aviv (24/10), menuntut pemerintah Israel menjamin pembebasan sandera yang ditangkap oleh Hamas. Selain itu, puluhan pengunjuk rasa memblokir jalan di depan Kementerian Pertahanan Israel, menuntut pembebasan sandera Israel. (Faiz Abu Rmeleh/Al Jazeera)
Dengan dimulainya serangan darat, unit artileri Israel bergerak menembakkan peluru dari Israel selatan menuju Gaza (25/10). (Tsafrir Abayov/AP/CNN)
Puluhan anak berkumpul saling berdesakan dan membandingkan karya seni mereka, di tengah lautan tenda darurat yang didirikan untuk pengungsi Palestina di halaman Rumah Sakit al- Shifa pada Kamis (26/10). Banyak anak yang melukis bendera Palestina, sementara yang lain menggambar rumahnya. Beberapa dari mereka memiliki desain cerah yang dilukis di wajah mereka oleh para relawan muda yang menjalankan acara tersebut, yang semuanya berharap bahwa istirahat sejenak dari penderitaan yang berat di Gaza akan memberikan manfaat bagi anak-anak. (Abdelhakim Abu Riash/Al Jazeera).
Pengacara Palestina Jehad al-Kafarnah menggendong jenazah janin berusia delapan bulan dan memeluk tubuh istrinya yang diselimuti kafan di sebuah rumah sakit di Jalur Gaza utara (27/10). Keduanya terbunuh dalam serangan Israel. (Anas al-Shareef/ Reuters)
Tentara Israel melancarkan serangan udara besar-besaran, menargetkan Beit Lahia, Beit Hanoun, dan Zeitoun (28/10). Personel medis dan pertahanan sipil mengatakan upaya evakuasi korban terhambat oleh pemadaman komunikasi. Seluruh sistem komunikasi Jalur Gaza telah hancur, sehingga hanya menimbulkan spekulasi mengenai besarnya kerusakan yang disebabkan oleh pengeboman di bagian utara dan Kota Gaza. (Abed Khaled/AP/ Al Jazeera)
Seorang pria menggendong anak-anak yang terluka di dekat kandang hewan ternak. Serangan Israel di Kamp Pengungsian Nuseirat di Kota Gaza (29/10) menyebabkan sejumlah bangunan rusak berat dan bertambahnya korban jiwa. (Ashraf Amra/Anadolu)
Ribuan orang terus melakukan demonstrasi untuk mendukung Gaza di berbagai kota di seluruh dunia (29/10). Para pengunjuk rasa mengungkapkan kemarahan mereka kepada komunitas internasional karena dianggap lambat mengambil tindakan dalam menghentikan pengeboman Israel. Di Athena, Yunani, lebih dari 5.000 berbaris menuju kedutaan Israel sambil meneriakkan ‘hentikan pengeboman’ (Louisa Goulimaki/Reuters)
Seorang pria Palestina menggendong anaknya yang terluka saat mereka menerima perawatan medis di Rumah Sakit Al-Najjar (30/10), menyusul serangan udara Israel di Rafah, Gaza selatan. (Abed Rahim Khatib/dpa/AP)
Setelah serangan dahsyat Israel di Kamp Pengungsi Jabalia di Gaza utara (31/10), Warga Palestina bahu-membahu bersama petugas pertahanan sipil mencari korban di lokasi serangan. (Anas al-Shareef/Reuters)
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini
#Palestine_is_my_compass
#Palestina_arah_perjuanganku
#Together_in_solidarity
#فلسطين_بوصلتي
#معا_ننصرها