Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan angka obesitas di perkotaan lebih tinggi dibanding penduduk yang berdomisili di pedesaan. IDAI mencatat setidaknya 40% warga berusia 15 tahun ke atas di DKI Jakarta mengidap obesitas sentral. Piprim mengatakan bahwa obesitas sentral lebih berbahaya dari pada obesitas biasa. Sebab, obesitas sentral lebih kepada kondisi tubuh dengan visceral fat atau lemak aktif yang erat kaitannya dengan penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan trigliserida tinggi.
Menurutnya saat ini obesitas dapat dikatakan menjadi epidemi dunia karena sudah banyak kasus obesitas dan bertambah dalam waktu cepat. Ia mencontohkan di Eropa pada tahun 2001 tingkat obesitas anak adalah sekitar 1% dan 2016 angkanya menjadi 11%. Tidak jauh berbeda, di Indonesia angkanya juga sekitar 10% sampai 11%. Piprim menuturkan obesitas ini memiliki siklus penyakit ‘jahat’ yang akan terjadi pada pengidap dalam masa 10–15 tahun berikutnya. Di antaranya yakni pengidap bisa terjangkit penyakit lain seperti diabetes, stroke, penyakit ginjal, hingga kanker.
Salah satu komplikasi terbesar dari obesitas adalah diabetes tipe 2 jenis. Tipe 1, yakni tubuh tidak bisa memproduksi insulin karena pankreas mengalami kerusakan sehingga tidak bisa produksi insulin, padahal insulin merupakan hormon untuk metabolisme gula. Maka, ketika tidak ada insulin, gula menjadi tidak bisa dicerna oleh sel.
Sementara diabetes tipe 2 yang biasanya muncul pada usia 40 tahun ke atas, kini banyak ditemukan pada anak-anak. Ini memang bisa disebabkan oleh sedikit faktor genetik, tetapi faktor gaya hidup merupakan sebab yang utama. Jika dilihat, tipe 2 adalah resisten insulin. Sebelumnya, IDAI menyebut kasus diabetes pada anak di tahun 2023 meningkat hingga 70 kali lipat sejak 2010 lalu. Data IDAI mencatat ada sekitar 1.645 anak di Indonesia yang mengalami diabetes. Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI Muhammad Faizi mengatakan kejadian diabetes pada anak bahkan dapat lebih tinggi dari yang telah tercatat saat ini.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini