Israel dan Hamas pada Kamis (9/10) sepakat untuk memulai tahap pertama gencatan senjata di Gaza. Kesepakatan tersebut akan ditandatangani hari ini yang mencakup pembebasan tawanan serta peningkatan pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza, setelah lebih dari dua tahun agresi.
Menurut pernyataan Qatar sebagai mediator, kesepakatan ini merupakan tahap pertama dari perjanjian gencatan senjata Gaza, yang akan mengarah pada berakhirnya perang, pembebasan tawanan Israel dan Palestina, serta masuknya bantuan. Hamas dikabarkan akan menukar 20 tawanan hidup dengan hampir 2.000 tawanan Palestina, termasuk 250 orang yang divonis seumur hidup dan 1.700 lainnya yang ditahan sejak perang dimulai. Pertukaran ini diperkirakan terjadi dalam waktu 72 jam setelah perjanjian diteken.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan keberhasilan kesepakatan itu setelah pertemuan di Mesir dan menyebutnya sebagai bagian dari “rencana perdamaian 20 poin” yang mencakup gencatan senjata, pembebasan seluruh tawanan dan penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza. Ia juga berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki.
Meski demikian, beberapa jam setelah pengumuman kesepakatan, serangan Israel terhadap Gaza masih berlanjut. Jet tempur Israel membombardir wilayah barat Kota Gaza, termasuk satu rumah di Kamp Shati, serta meledakkan kendaraan lapis baja bermuatan bahan peledak di lingkungan Sabra, selatan Kota Gaza. Hingga kini belum ada laporan korban jiwa.
Sementara itu, suasana harap-harap cemas meliputi warga Gaza, terutama di wilayah pesisir Al-Mawasi, yang menunggu kabar resmi pelaksanaan gencatan senjata. Banyak warga yang mengungsi dari utara Gaza menyambut berita tersebut dengan takbir dan kembang api ke udara, meski bunyi ledakan masih terdengar di perbatasan.
Agresi yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah membunuh lebih dari 67.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Meski gencatan senjata ini memberi harapan akan berakhirnya kekerasan, situasi di lapangan menunjukkan bahwa perdamaian masih rapuh. Serangan udara yang terus berlangsung menandakan jalan menuju penghentian agresi di Gaza masih panjang dan penuh ketidakpastian.
Sumber: The New Arab, Al Jazeera