Para Pecinta Palestina, Rubrik Pustaka Adara akan memuat tulisan perjalanan Ketua Umum Adara Relief International H. Nurjanah Hulwani S.Ag, M.E, yang telah dibukukan dengan judul yang sama.
Buku Hikmah ini telah diterbitkan pertama kali bulan Februari 2014 oleh CV Gema Insani Press Depok
Pengantar
Soeripto, S.H.
Ketua Umum Komite Nasional untuk Rakyat Palestina
Segala puja dan puji bagi Allah SWT yang Maha Mengetahui segala rahasia kehidupan, Yang Maha Mengetahui lakon kehidupan yang dipentaskan oleh hamba-hamba-Nya di bumi yang dihamparkan-Nya, Yang Maha Mencerahkan qalbu manusia sehingga mereka menjadi khalifah dan hamba-Nya yang saleh, Yang Memutar roda perputaran bumi dan zaman; kebangkitan dan kehancuran bangsa, serta mengantarkan kecemerlangan peradaban manusia atau menghancurkannya. |
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah untuk Baginda Rasulullah saw. yang melalui ajarannya muncul manusia-manusia langka pilihan yang menjadi aktor pejuang membela bangsa Palestina.
Apa yang dilukiskan ataupun diuraikan Hj. Nurjanah Hulwani, S.Ag. dalam buku ini merupakan perpaduan antara pengetahuannya tentang masalah Palestina dengan aktivitasnya membela dan memperjuangkan rakyat Pakestina dari kezaliman. Perpaduan ini dikemas begitu rupa hingga menjelma dalam “Sosok Anutan” yang semestinya dapat diteladani oleh umat manusia umumnya dan umat Islam khususnya yang peduli dan berpihak kepada rakyat Palestina.
Mengapa demikian?
Memadukan dua kutub atau sisi yang berjauhan itu tidak mudah, apalagi membawa konsekuensi pengorbanan. Setelah saya membaca tulisan Hj. Nurjanah berulang-ulang, naskah Kumpulan Hikmah yang Berserak dari Bumi Gaza Palestina ini mengandung materi yang luas cakupannya, kemudian saya coba bingkai yaitu memuat aspek ideologi, garis perjuangan, dan langkah-langkah operasional.
Sebenarnya ketiga aspek itulah yang diemban oleh “Sosok Anutan” secara terpadu selama ini dan barangkali si penulis sendiri tidak menyadarinya. Baiklah secara singkat saya mencoba menginterpretasikan isi bingkai itu yang mengandung aspek ideologi, garis perjuangan, dan langkah operasional tersebut.
Aspek Ideologis
- Keyakinan Zionis Yahudi Israel, kawasan Palestina itu adalah “tanah yang dijanjikan tuhan” merupakan sumber konflik ideologis antara Zionisme dan Islam. Hal ini dipertegas dalam Kongres Zionis se-Dunia di Basel, Swiss pada tahun 1897 yang mengeluarkan resolusi bahwa umat Yahudi tidak sekadar umat beragama, tetapi adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup berbangsa dan bernegara.
- Allah SWT dan Rasul-Nya memuliakan bumi Syam di atas bumi lain yang meliputi Suriah, Palestina, Yordania, Libanon, dan Israel (meliputi kota Baitul Maqdis, al-Quds, dan Yerusalem). Dalam riwayat Imam at- Tarmidzi; Nabi Muhammad saw. telah menjelaskan kesucian tanah Syam ini; tanah Isra’ dan Mi’raj, negeri tempat dimakamkannya Nabi Ibrahim a.s, Ishaq a.s, Ya’qub a.s, Yusuf a.s, dan Musa a.s,. Hal ini telah menjadi keyakinan ideologis umat Islam.
- Tanda-tanda dekatnya Armagedon yang telah dan sedang terwujud adalah kembalinya (berkumpulnya) Bani Israel ke tanah Palestina. Dikaitkan dengan janji akhir (wa’dul akhirah) adalah janji akhir Allah kepada Bani Israel untuk mengumpulkan mereka di akhir zaman di Baitul Maqdis tanah Palestina. Puncak konflik ideologis itu bakal terjadi yaitu menjelang akhir zaman ketika menghadapi perang besar untuk kemenangan Islam. Kekuatan dunia terbagi menjadi dua kutub, yakni kekuatan kafir versus Islam.
Aspek Garis Perjuangan
Kondisi rakyat Palestina saat ini masih dijajah sehingga perlu ikhtiar dan tekad dari siapa pun umat di dunia yang anti-penjajahan untuk membebaskan penindasan dan penjajahan di negeri itu. Diperlukan garis perjuangan yang pokok-pokoknya diuraikan dalam buku Nurjanah. Apalagi bagi umat Islam yang telah tertanam keyakinan ideologisnya, garis perjuangan itu sesuatu hal yang dibutuhkan.
- Gerakan Perlawanan Intifadhah al-Aqsha yang dicetuskan oleh Syeikh Ahmad Yassin pada tahun 1987.
- Gerakan dari masyarakat yang peduli terhadap penderitaan rakyat Palestina atas kebiadaban, penindasan, kebrutalan, dan kezaliman Yahudi Israel, yaitu berupa:
- Mengumpulkan donasi untuk para korban.
- Sosialisasi tentang situasi dan kondisi di Palestina.
- Membangun solidaritas umat Islam sedunia serta merajut jaringan gerakan pembebasan kemerdekaan Palestina di berbagai pelosok negeri,
- Di samping ketiga hal tersebut di atas yang diuraikan dalam buku ini, saya ingin menambahkan garis perjuangan apa yang disebut Gerakan BDS, yaitu Boycott, Divesment, and Sanction. Gerakan ini telah dipelopori oleh Civil Society bangsa Palestina yang berada di pengasingan dan pengungsian yang dicetuskan pada tanggal 9 Juli 2005 dan pernyataan ini didukung oleh 170 Civil Society Organizations.
- Selain butir empat di atas, saya juga mengusulkan garis perjuangan melawan zionisme di Indonesia yaitu dengan memberlakukan kembali Keppres No. 264 Tahun 1962 yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno. Seperti diketahui, Keppres tersebut dicabut oleh Presiden Abdurrahman Wahid melalui Keppres No. 69 Tahun 2000. Dengan dicabutnya larangan tersebut, gerakan zionisme internasional di Indonesia semakin merajaKarena itu, gerakan perlawanan terhadap zionisme di Indonesia perlu dipelopori, dibangkitkan, dan disusun barisannya secara rapi (well organized).
Langkah-Langkah Operasional
Apa yang ditempuh oleh Hj. Nurjanah Hulwani, S.Ag., sebagaimana diuraikan dalam buku ini, sekiranya perlu diteladani oleh kita semua yang memang peduli atas masalah Palestina. Sosok anutan tercermin dalam aktivitasnya yang peduli kepada penderitaan rakyat Palestina dalam bentuk aksi-aksi kemanusiaan dan menyampaikan informasi tentang nasib bangsa yang terjajah, dizalimi, serta diperlakukan secara biadab oleh zionis Israel.
Selanjutnya, Hj. Nurjanah membangun maupun menggalang solidaritas dan kesetiakawanan dengan siapa pun yang terketuk hatinya dalam menyikapi masalah Palestina maupun siapa saja yang menyadari betapa kuatnya ancaman yang sedang dihadapi dari pihak zionis pada saat ini adalah perbuatan nyata yang perlu diagendakan terus-menerus dalam konteks langkah operasional pada tataran lokal, nasional, regional, dan global.
Merujuk pada aspek ideologis dan garis perjuangan, bentuk ancaman zionisme di Indonesia saat ini perlu diwaspadai, yaitu melalui suatu gerakan pada tahap awal berupa penyadaran tentang apa yang disebut “security awareness” yang perlu dimiliki oleh umat Islam.
Mengapa?
Sejak era reformasi, gerakan zionisme di Indonesia berusaha menanamkan pengaruhnya melalui demokratisasi ala Barat, nilai-nilai kebebasan, keterbukaan, kesetaraan, transparansi, dan akuntabilitas publik. Gerakan Zionisme yang tadinya masih klandestin, tetapi sekarang sudah terang-terangan menampilkan dirinya.
Pada tahun 2009 mereka telah membentuk organisasi Yahudi dengan nama The United Indonesia Jewish Community dan The Indonesia-Israel Public Affairs Community. Adapun oknum-oknum zionis yang masuk ke Indonesia antara lain Yahudi Bene Israel (dari India), Yahudi Kaefeng (dari India), Yahudi Askenasi (dari Eropa), Yahudi Sefardin (dari Israel), dan Yahudi Mirzahim (dari Israel).
Zionisme yang masuk melalui operasi intelijen Mossad untuk merekrut penduduk keturunan Yahudi di Indonesia disebut “Sayanim.” Mereka sudah menyusup ke mana-mana; media cetak dan elektronik, ke berbagai yayasan (Asia Foundation, Simon Peres Foundation, dan Temple of Solomon Foundation), tokoh-tokoh politik dan ormas, kalangan militer (he is our man and he is not our man), dunia bisnis level papan teratas, travel agency, dan seniman maupun artis.
Jadi, gerakan penyadaran tentang masalah Palestina bukan saja menyadarkan tentang nasib bangsa Palestina yang hingga kini masih dijajah, tetapi juga membangun kesadaran tentang ancaman zionisme sebagai gerakan global yang juga telah merasuk ke Indonesia.
Semoga buku ini bisa menjadi salah satu referensi kita dalam merajut suatu gerakan yang sadar terhadap ancaman potensial maupun aktual yang sedang kita hadapi dewasa ini dan ke depan. Aamiin.
Jakarta, 20 November 2013