Adara Relief- Jakarta. “Bayangkan sebuah rumah sakit tanpa listrik sepanjang waktu, kekurangan obat-obatan dan tidak bisa menangani anak yang sakit, jika kita tidak segera menemukan solusi maka akan membahayakan kondisi anak-anak,” kata Dr. Mohammed Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit Anak-anak Gaza.
Blokade di Jalur Gaza yang berlangsung selama 13 tahun ini, telah menyebabkan beberapa krisis yang mengancam kehidupan 2 juta warga Palestina di Gaza.
Rumah Sakit di Gaza saat ini sedang berada dalam kondisi darurat obat-obatan dan alat kesehatan. Peningkatan jumlah pasien dan kebutuhannya di rumah sakit tidak bisa dipenuhi, karena menurunnya bantuan dari lembaga-lembaga dan organisasi kemanusian international.
Akibatnya, pasien-pasien di Gaza termasuk pasien kanker tidak dapat menerima pengobatan karena sangat kekurangan obat kemoterapi. Sistem kesehatan Gaza yang terdiri dari 13 rumah sakit umum dan 14 klinik yang dikelola oleh LSM telah berada dalam kondisi serba kekurangan terutama obat-obatan dan persediaan perlengkapan bedah.
Kekurangan obat, yang ditambah dengan krisis-krisis lainnya, perlahan-lahan meningkat. Sekitar 170 obat khusus dan ratusan item bahan medis tidak tersedia di rumah sakit. Selain itu, 90% dari obat kanker dn 40% dari bahan-bahan medis lainnya juga kosong.
Setidaknya 1.000 pasien di rumah sakit yang tersebar di Gaza, tidak dapat menerima obat-obatan yang dibutuhkan untuk pemulihan kesehatan mereka. Krisis ini akan terus terjadi dan merenggut kehidupan warga Palestina terutama anak-anak.