Adara Relief – Jakarta. “Menyampaikan kepada orang lain tentang permasalahan Palestina sesungguhnya pekerjaan yang dibenci setan.” Kalimat ini menjadi kalimat pembuka yang diucapkan oleh dr. Amal Khalifa dihadapan para peserta acara TFT (Training for Trainer) yang diselenggarakan oleh KQPP (Komunitas Quran Peduli Palestina) di hotel Sahati, Jakarta.
Adapun tujuan diselenggarakannya TFT ini adalah agar kedepannya ada banyak relawan-relawan peduli Palestina yang mampu menyebarluaskan dan mengedukasi masyarakat luas tentang Palestina.
Dokter sekaligus sejarawan tentang Palestina ini pada sesi pertama dari TFT yang diselenggarakan pada Ahad (6/5) kemarin memaparkan mengenai 10 penting persoalan Palestina yang harus dipahami masyarakat.
Pertama, persoalan Al Quds adalah persoalan agama, bukan persoalan politik. Apalagi persoalan faksionalisasi antara Hamas dan Fatah. Kedua, meski jauh jaraknya dengan Indonesia, namun letak Palestina masih di benua yang sama. Hal ini ditujukan agar masyarakat Indonesia merasa dekat dengan Palestina. Selain isu agama, bagi orang yang tidak dekat dengan agama, isu yang diangkat dari Palestina adalah isu kemanusiaan.
Ketiga, Al Quds adalah persoalan utama Palestina. Meski Gaza saat ini tengah diblokade Israel, namun isu utama adalah tetang kota tua Al Quds, dimana di dalamnya ada masjid Al Aqsa. Keempat, menjelaskan gambar masjid Al Aqsa secara utuh. Kelima, mengungkapkan peran Indonesia terhadap pembuatan mimbar replika Nurudin Zanki yang sekarang sekarang ada di Al Aqsa.
Keenam, kita tidak menginginkan bendera Israel berkibar di Indonesia. Meski Israel berani membayar hingga triliunan agar hal itu dapat terjadi. Ketujuh, mereka yang ada di Palestina tidak pernah diam. Mereka meninggalkan keluarga mereka anak dan istri/suami untuk menjaga Al Aqsa, yang merupakan tugas kita umat islam. Para penduduk Palestina telah menggantikan tugas kita, sehingga kita wajib bersyukur.
Kedelapan, zionis berusaha berkontribusi dalam menyampaikan visi mereka dimanapun, kapanpun dan dengan cara apapun. Salah satu contohnya adalah ketika Menteri Kebudayaan Israel pergi ke suatu festival, ia tidak menggunakan gaun mewah, tetapi menggunakan gaun yang ada gambar Al Quds. Ini memandakan bahwa Israel telah menguasai Al Quds. Hal ini merupakan kreativitas yang patut kita contoh, meski dalam kebatilan.
Kesembilan, kita adalah satu umat. Begitu banyak persoalan umat yang ada, tapi mayoritas ulama berpendapat bahwa persoalan Palestina adalah prioritas. Jika kita umat Islam bersatu untuk persoalan ini, maka kita akan dengan mudah mengalahkan Yahudi. Selama ini kita lemah karena terpecah. Terakhir adalah meyakini bahwa sesungguhnya musuh kita lemah. Israel sesungguhnya seperti rumah laba-laba yang termaktub dalam surat Al Ankabut yang rapuh dan lemah.
Pada sesi yang kedua di acara yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 14.00 ini, dr. Amal menguraikan mengenai Al Quds dan kondisi terkini paska keputusan sepihak dari Israel yang memindahkan ibukotanya ke Al Quds.
Beliau juga menjelaskan alasan utama mengapa Amerika membiarkan tindakan tak berperikemanusiaan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina adalah karena Amerika juga melakukan hal yang sama terhadap suku Indian hingga akhirnya mendominasi wilayah Amerika kini.
Sekretaris Umum Adara Sri Vira Chandra pada sesi terakhir menyampaikan materi tantang Yahudisasi yang terjadi di Al Quds kepada 60 orang peserta TFT. Ia juga mengingatkan mengenai haramnya pergi ke masjid Al Aqsa pada saat ini karena itu sama saja melegitimasi pemerintahan Israel. Kewajiban umat Islam terhadap Al Aqsa sangat jelas. Nabi sendiri hanya datang ke masjid Al Aqsa satu kali, namun ada ratusan hadits yang menyuruh untuk menjaga bumi Baitul Maqdis.