Syekh Raid Sholah merupakan ulama Al Aqsa yang disegani di Palestina karena jasa-jasanya dalam mengungkap yahudisasi masjid Al Aqsa oleh kaum zionis.
Beliau lahir pada tahun 1958 di kota Umm Al-Fahm, daerah Palestina Utara yang kini dijajah Israel. Di kota ini pulalah ia mengajar untuk pertama kalinya. Setelah kemudian pindah ke kota Hebron dan mengabdi menjadi dosen ilmu hukum di sana.
Beliau merupakan salah seorang politisi di Palestina dan pendiri gerakan Islam di era di tahun 1970. Ia mendedikasikan hidupnya untuk Al Quds dan masjid Al Aqsa. Ia juga menentang berbagai upaya yahudisasi terhadap kota Al Quds.
Syekh Raid, yang merupakan pemimpin yayasan Takmir Situs Suci Al Aqsa periode 1996-2002, berhasil mengungkap dan mengekspos pelanggaran hukum oleh Israel terhadap Al Aqsa.
Beliau juga menolak secara keras perjanjian Oslo. Baginya menerima perjanjian Oslo sama dengan melepaskan Al Quds dan Al Aqsa.
Di tahun 1998 beliau memimpin sebuah aksi yang dikenal dengan nama “Ahdats Rauhah.” Aksi ini menyebabkan tentara Israel menyerang kota Umm Al Fahm. Dua tahun setelahnya atau di tahun 2000, Israel merencanakan upaya pembunuhan terhadapnya. Meski tidak berhasil, namun kepalanya sempat tertembak.
Namun hal tersebut tidak membuatnya berhenti untuk berjuang. Di tahun 2001 beliau memimpin proyek “Biraq” yang menggagalkan rencana penjajah Israel untuk mengosongkan masjid Al Aqsa dari jamaah shalat.
Ia akhirnya berhasil ditangkap pada tahun 2007 saat ikut beraksi bersama para demonstran “Kamp Penjagaan” (Khaimat I’tisham). Demo merupakan reaksi atas berbagai pelanggaran dan penggalian terowongan di pintu Maghribah, kota Al Quds.
Di tahun 2010 beliau kembali menjadi target rencana pembunuhan Israel saat tentara zionis menyerang kapal Mavi Marmara yang sedang berlayar menuju Gaza. Meski tidak terbunuh, namun syekh Raid yang berada di kapal tersebut ditangkap dan dijatuhi hukuman sembilan bulan penjara oleh pengadilan Israel.
Syekh Raid juga terancam upaya sapu bersih tentara Israel paska kemenangan penduduk kota Al Quds berhasil menggagalkan penguasaan pintu Asbat.
Di tahun 2017 Syekh Raid kembali ditangkap di rumahnya dengan tuduhan menebar kebencian. Tuduhan tersebut ditujukan hanya berdasarkan salah satu khutbahnya yang mengutip salah satu ayat di dalam AlQuran, “Janganlah kamu mengira orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati….”
Atas segala kontribusi yang diberikan syekh Raid kepada Al Aqsa, tampaknya beliau telah siap jika kelak Allah bertanya tentang tanggung jawabnya untuk menjaga Al Aqsa di hari akhir. Bagaimana dengan kita yang diamanahi tanggung jawab yang serupa. Kiranya apa jawaban kita saat Allah nanti bertanya tentang kontribusi kita untuk mengusir yahudi dari Al Aqsa dan bumi para nabi?
Sumber : @ShehabAgency
Alih bahasa : Bannasari (Ketua Kajian Adara Relief International)